Keselamatan dalam Pandangan Calvin – TULIP (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

6 Juni 2020: Keselamatan dalam Pandangan Calvin (TULIP)

            Kita akan secara khusus belajar tentang TULIP. Kita akan melihat Yohanes 15:16. Kristus adalah pokok anggur dan kita adalah rantingnya. Apapun yang kita minta kepada Allah Bapa itu berkaitan dengan hidup kita yang berbuah di hadapan Tuhan. Kita jadi melihat 2 Tesalonika 2:13. Dalam konteks ini rasul Paulus mengingatkan kita bahwa dari mulanya Allah memilih kita, jadi ada foreordination. Kita juga melihat Efesus 1:4-5. Dalam bagian ini konsep foreordination juga ada.

PENDAHULUAN

            Apakah dosa merusak kemampuan rasio, emosi, dan kehendak manusia? Ada yang menyatakan total depravity, namun ada yang menyatakan tidak demikian. Apakah Allah tidak adil karena ada yang dipilih untuk diselamatkan dan ada yang tidak? Di mana kasih Tuhan dalam bagian ini? Apakah kematian Yesus Kristus di kayu salib terbatas untuk orang-orang pilihan-Nya saja? Jika demikian, maka mengapa dikatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang? Apakah kematian-Nya bersifat universal? Jika keselamatan bersifat anugerah, mengapa ada orang yang berani menolak anugerah keselamatan ini? Bukankah jaminan kekal itu hal yang istimewa? Jika anugerah Tuhan bisa ditolak, maka apakah itu berarti kuasa Tuhan tidak efektif? Apakah keselamatan itu pasti atau bisa hilang? Manusia punya pilihan, kebebasan, dan kedaulatan. Namun apakah keselamatan itu bergantung pada manusia? Sinode di Dort berkumpul untuk menyusun tulisan yang melawan teologi Arminian. Akhirnya mereka menghasilkan TULIP. Ini adalah konsep keselamatan Alkitab berdasarkan pandangan Calvin. Namun Calvin sendiri sudah menulis tentang banyak hal melebihi TULIP itu sendiri.

PEMBAHASAN

A) PENGERTIAN TULIP

1. Total depravity/total inability

            Manusia sudah rusak total. Jadi manusia tidak mampu untuk menyelamatkan diri sendiri. Dosa merusak rasio, emosi, dan kehendak. Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan manusia. Allah tidak ingin manusia melawan-Nya dan menjadi rusak. Namun Allah memberikan kebebasan dan pilihan kepada manusia. Alkitab mencatat bahwa Adam dan Hawa jatuh di dalam dosa karena bujukan Setan (Kejadian 3). Kejatuhan ini adalah kejatuhan di dalam waktu. Mereka juga jatuh dalam kebebasan. Kebebasan mereka adalah kebebasan yang netral. Jadi mereka bisa memilih untuk taat atau melawan Tuhan. Akibat kejatuhan itu bagi seluruh manusia adalah semuanya mendapatkan dosa warisan. Akhirnya seluruh manusia tidak mampu secara total. Ini memengaruhi rasio, emosi, dan kehendak. Rasio tidak lagi bisa mengerti kebenaran Tuhan dan kesucian Tuhan. Emosi tidak lagi bisa suci sesuai standar Tuhan. Kepekaan emosi itu menjadi tumpul dan bersifat antroposentris. Akhirnya seluruh kehendak dan tindakan manusia pasti berdosa.

k          1 Raja-Raja 8:46 Apabila mereka berdosa kepada-Mu–karena tidak ada manusia yang tidak berdosa –dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat. Jadi Salomo dengan jelas menyatakan bahwa semua manusia itu berdosa.Karena kerajaan Yehuda tidak taat, maka Tuhan menyerahkan mereka kepada Babel. 1 Raja-Raja-Raja 14:4 Isteri Yerobeam berbuat demikian. Ia berkemas, pergi ke Silo dan masuk ke rumah Ahia. Ahia tidak dapat melihat lagi, sebab matanya sudah kabur karena ia sudah tua. Manusia ketika menjadi tua akan turun kondisi fisiknya dan kemudian pasti mati. Jadi hidup kita akan berakhir dalam waktu. Kita juga bisa melihat Mazmur 143:2, Amsal 20:9, Pengkhotbah 7:20, Roma 3:10-18. Dari ayat-ayat ini kita mengerti bahwa manusia mengalami total depravity dan total inability.

            Ada beberapa akibat dosa yang harus kita pahami: 1) sinful nature menghancurkan kehendak bebas manusia. Ketika dikatakan bahwa manusia sungguh rusak, maka kerusakannya itu sesungguhnya tidak terbatas sampai titik tertentu. Ada teolog yang menyatakan bahwa rasio manusia masih bersih dan masih bisa mencari Tuhan, namun Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Ada yang menyatakan bahwa kehendak bebas manusia bisa menentukan nasibnya sendiri. padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa sinful nature menghancurkan kehendak bebas manusia. Salomo sudah menyatakan bahwa manusia pasti berbuat dosa.

            2) Manusia tidak berdaya untuk membarui diri sendiri kecuali Allah Roh Kudus bekerja dalam diri orang tersebut. Ini berarti manusia tidak bisa memiliki inisiatif untuk mencapai kesucian Tuhan. Manusia tidak bisa mengubah dirinya menjadi orang suci dengan kekuatan sendiri. Kejatuhan manusia adalah kejatuhan di dalam waktu yang membuatnya kehilangan potensi kekekalan. Upah dosa ialah maut. Jadi manusia tidak bisa menjalankan kehendak Tuhan kecuali Allah Roh Kudus bekerja dalam diri orang tersebut. 3) Kejatuhan manusia dalam dosa mendatangkan hukuman dan kematian (sementara, rohani, dan kekal). Semua manusia berdosa terpisah dari Tuhan. Dalam keberdosaan, kerohanian manusia mati. Jadi manusia harus mendapatkan pembaruan dari Tuhan. Kalau tidak, ia akan mendapatkan kematian kekal dalam hukuman Tuhan. Dosa selalu memiliki nilai konsekuensi. Tidak ada kejatuhan yang bersifat relatif. Kejatuhan itu bersifat mutlak. Kejatuhan itu menghasilkan akibat. Dalam keberdosaan, manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengerti hal-hal rohani. Pembaruan dari Tuhan memberikan kemampuan tersebut. Charles Hodge menyatakan bahwa manusia berdosa bisa mengerti pengetahuan tentang Tuhan tetapi tidak bisa mengerti hal-hal rohaninya. Calvin berpendapat bahwa manusia bisa mengerti tentang ketuhanan namun tidak bisa menjalankan hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan tersebut. Ini berarti manusia dengan kekuatannya sendiri pasti gagal. Manusia bisa terlihat saleh namun tetap tidak selamat karena kesalehannya tidak sempurna dan ia tidak lahir baru. Dalam Gereja pun ada orang-orang yang seperti ini.

2) Unconditional election

            Pemilihan Tuhan itu tidak bersyarat. 1) Keselamatan manusia ditentukan oleh pilihan Allah sendiri (Efesus 1:4, Yohanes 15:16). Kaum Arminian menyatakan bahwa Allah menyelamatkan seseorang karena sudah melihat potensi kebaikan orang itu dari sebelumnya. Jadi ada syarat. Namun Alkitab menyatakan bahwa tidak ada syarat. Efesus 1:4 berbicara soal foreordination atau ketetapan Tuhan. Saat kita dipilih kita bukanlah orang-orang kudus atau sempurna. Kaum Arminian menyatakan bahwa Tuhan memilih berdasarkan foreknowledge Tuhan. Namun konsep ini tidak sesuai dengan Efesus 1:4. Kita dipilih bukan karena kebaikan, kesalehan, atau kerohanian. Yohanes 15:16 menyatakan bahwa Allah-lah yang memilih kita, bukan sebaliknya.

            2) Pemilihan ini dilakukan Allah sejak kekekalan – foreordination (Efesus 1:3). Jadi pemilihan itu bukan karena foreknowledge. 3) Alasan pemilihan ini murni berasal dari Allah sendiri dan bukan karena faktor manusiawi yang diketahui Allah sebelumnya yaitu kebaikannya (foreknowledge). Setelah kita diselamatkan baru kemudian kita bisa berbuat baik dan memenuhi standar kebaikan Tuhan. Pola pemilihan Allah selalu berkaitan dengan keselamatan umat-Nya. Saul dipilih bukan untuk diselamatkan tetapi untuk menggenapkan keselamatan melalui Daud. Yudas pun demikian. Jadi ada orang-orang yang mendapatkan jabatan yang mulia namun semua itu bukan untuk dirinya tetapi untuk keselamatan orang lain. Dalam pemilihan Allah ada pra-ketetapan Allah (foreordination) yaitu segala sesuatu sudah dirancang Allah sebelum dunia dijadikan (Roma 8:28; Efesus 1:11, 3:11). Jadi ada rencana Tuhan yang memakai kata ‘tunggal’. Dari awal mula Tuhan sudah mendesain keselamatan bagi umat pilihan-Nya. Dalam Roma 8:28, kata ‘rencana Allah’ merujuk kepada sesuatu yang linear dan pasti. Dalam Efesus 1:11, frasa ‘keputusan kehendak-Nya’ menjelaskan sesuatu yang bersifat tunggal. Pola pemilihan Allah juga mencakup segala sesuatu dan bersifat rinci (all inclusive). Ini berarti rancangan Allah tidak mungkin gagal (jamak). Kita bisa gagal dalam ketaatan kita, misalnya karena ego kita. Ketaatan kita bisa gagal karena masih ada kedagingan yang belum disucikan. Kita bisa gagal juga karena tidak atau kurang beriman. Namun rancangan Allah bagi kita tidak mungkin gagal (Kejadian 45:8, 50:20). Kedaulatan Allah tidak mungkin digagalkan oleh usaha manusia. Rancangan Tuhan agar Yusuf menjadi raja tidak bisa digagalkan oleh saudara-saudaranya yang iri hati. Kita bisa melihat Matius 10:29-30. Kehendak Bapa tidak mungkin gagal hanya karena kondisi sulit kita. Keselamatan kita tidak akan gagal karena pandemi Covid-19. Kuasa-Nya itu ajaib untuk memelihara kita. Jika ada orang yang mendapatkan jabatan dari Tuhan namun tidak selamat berarti memang dari semula orang itu tidak dipilih oleh Tuhan.

            Kita akan membahas karakteristik pemilihan Allah. 1) Allah memilih bukan karena kebaikan orang tersebut. Contoh, Abraham dipilih padahal ia adalah penyembah berhala sebelumnya (Yosua 24:2-3). Israel dipilih bukan karena jumlah yang banyak dan kesalehannya (Ulangan 7:7-8, 9:4-6). Pilihan Tuhan itu seringkali melampaui akal dan pikiran kita dan kondisi seseorang. Paulus dipilih bukan karena ia sudah menjadi baik. Pada saat itu ia masih menganiaya jemaat Tuhan. Jadi orang-orang pilihan Tuhan belum tentu baik semuanya. Kita dipilih karena anugerah Tuhan. 2) Allah memilih karena kedaulatan-Nya (bukan karena foreknowledge). Ishak dan Yakub dipilih Tuhan bukan karena mereka anak sulung melainkan karena kedaulatan Allah yang bebas (Roma 9:7-16; Kejadian 18:10, 14, 21:12). Ishak menjadi anak perjanjian karena Allah yang memilihnya. Yakub memiliki kakak, jadi ia bukan anak sulung. Namun Allah memilih Yakub. Jadi Allah tidak selalu memilih anak sulung.

            Ada empat model pemilihan tanpa syarat: 1) karena kasih dan kerelaan-Nya (Efesus 1:5, 9), 2) karena kehendak-Nya (Efesus 1:11), 3) karena hikmat-Nya (Efesus 1:8), 4) karena anugerah-Nya (Efesus 1:6-7). Kita dipilih bukan karena diri kita tetapi karena keempat hal ini. Jadi kita tidak bisa sombong jika kita diselamatkan. Kesombongan seseorang mungkin saja menyatakan bahwa orang itu memang belum diselamatkan. Tidak menghidupi keselamatan dengan benar membuktikan bahwa orang itu memang belum diselamatkan.

3) Limited atonement

            1) Kematian Kristus di bukit Golgota ditujukan untuk semua orang tetapi tidak semua orang terpanggil dan dapat menikmati penebusan Kristus. Secara tindakan, kematian Kristus ditujukan untuk semua orang tetapi kematian Kristus punya nilai penebusan yang menggantikan orang percaya sehingga ia tidak dimurkai oleh Allah. Orang yang mendapatkan penebusan ini adalah ia yang beriman kepada Kristus. Jadi secara target atau tujuan hanya untuk anak-anak-Nya. Kita bisa melihat Yohanes 6:37-40; Mazmur 74:2; Lukas 1:68; Matius 1:21; Titus 2:14; Ibrani 2:17. Semua orang yang diberikan Bapa kepada Kristus itu diselamatkan, jadi tidak semua orang diselamatkan. Orang-orang yang percaya akan dibangkitkan pada akhir zaman. Allah Roh Kudus menebus kita dan memberikan kelahiran baru, dan pada akhirnya kita akan dibangkitkan. Kristus mati sebagai manusia di dalam waktu untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Jadi orang pilihanlah yang didamaikan. Hanya orang yang terpanggil yang bisa mendapatkan keselamatan itu. penebusan Kristus tidak diberikan secara universal. Banyak orang yang mati dalam dosa dan tidak mau percaya kepada Tuhan. Alkitab jelas menyatakan bahwa ada orang-orang yang ke neraka setelah mati.

            2) Penebusan yang terbatas bukan berarti kuasa/nilai penebusan dari Kristus terbatas dalam kualitas dan waktu. Ini karena kuasa penebusan Kristus berdasarkan keagungan pribadi Kristus sebagai manusia. Ada teologi yang menyatakan bahwa Kristus itu hanya manusia, bukan Tuhan. Ada pula yang menyatakan bahwa Kristus adalah manusia yang dijadikan sebagai Tuhan. Pandangan ini jelas salah. Penebusan kita bisa efektif jika Allah menjadi manusia untuk menebus kita. Seluruh penebusan Kristus itu sempurna. Dalam 1 Korintus 2:8 Paulus memanggil Yesus sebagai Tuhan yang mulia. Banyak catatan Alkitab menyatakan bahwa Kristus adalah Tuhan. Mukjizat-mukjizat tertentu yang dicatat menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Yesus bukanlah manusia biasa tetapi Ia adalah Pemimpin kepada kehidupan (Kisah Para Rasul 3:15). Penebusan tanpa kebangkitan itu kosong adanya. Penebusan tanpa nilai kekal bukanlah penebusan sejati. Penebusan Kristus cukup untuk semua orang, tetapi efektif bagi orang-orang pilihan Allah sendiri (Kristus tidak berkorban bagi dunia) – Yohanes 10:15, 15:13; Kisah Para Rasul 20:28; Wahyu 5:9; Efesus 5:25). Kuasa penebusan Kristus itu melampaui ruang dan waktu.

4) Irresistible grace

            Apakah benar bahwa anugerah Tuhan bisa ditolak? Manusia punya pilihan dan kebebasan. Namun jika anugerah itu bisa ditolak, maka itu berarti Allah itu lemah dan terbatas. Bagaimana kita mengerti poin ini? 1) Allah memampukan orang berdosa yang Allah pilih untuk ditebus untuk mampu merespons panggilan Injil dengan efektif dalam karya Roh Kudus (1 Korintus 2:10-13, bandingkan dengan Yesaya 1:9-10). Ada para hamba Tuhan yang memanggil bukan berdasarkan Injil yang benar. Mereka memanggil dengan memberikan janji bahwa setiap orang percaya pasti sukses dan kaya. Panggilan seperti ini salah, jadi tidak mungkin efektif. Benih iman dan perubahan hidup itu merupakan anugerah Tuhan. Itulah yg terkandung dalam panggilan Roh Kudus. Anugerah itu tidak mungkin kita tolak. Pada diri orang Kristen palsu, panggilan itu kelihatannya efektif untuk sementara. Ketika ujian dan pencobaan datang, ia akan mundur. Orang yang memahami penebusan Kristus bagi dirinya dan mengalami pertobatan pasti akan menghargai penebusan itu. Orang yang tidak mendapatkan anugerah Tuhan tidak mungkin merespons dengan benar. Pertobatannya akan bersifat pura-pura sehingga persembahannya pun bersifat pura-pura juga. Manusia bisa berpura-pura dalam ibadah, namun Tuhan mengetahui isi hatinya. Tanpa anugerah, orang itu tidak akan merasa bersalah. Pertobatan itu lebih baik daripada persembahan korban karena pertobatan itu membuka pintu kepekaan kita akan dosa dan akan kesucian Allah.

            2) Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah anugerah yang efektif dalam hasilnya yang pasti dari buah keselamatan seseorang yang mengenal Allah karena dipilih oleh Allah (bandingkan dengan Yohanes 8:19). Yesus menyatakan bahwa seseorang bisa mengenal Allah Bapa hanya melalui Yesus Kristus. Anugerah keselamatan itu akan nyata dalam buah iman yang mencakup pengenalan akan Tuhan. Orang yang sudah bertobat harus dimuridkan untuk diajarkan tentang kebenaran-kebenaran dasar dari Firman Tuhan. Ia harus diajarkan bahwa Kristus adalah pusat dari kekristenan. Buah pikiran kita yang pertama adalah kita mengenal Allah yang kita sembah. Buah pikiran itu akan mendorong kita untuk haus akan kebenaran. Kita akan mencari kehendak Tuhan. Kasih karunia Tuhan tidak bisa ditolak karena kasih karunia ini akan terus memimpin rasio, emosi, dan kehendak kita kepada Tuhan. Kasih karunia Tuhan tidak bisa ditolak karena ada program Tuhan untuk memunculkan umat pilihan Tuhan yang lain. Sebagai anggota tubuh Kristus kita dipakai dalam Kerajaan Allah.

            3) Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah panggilan internal yang bersifat efektif. Panggilan ini membedakan panggilan Injil secara universal yang seringkali ditolak oleh manusia yang mendengarnya (bandingkan dengan Roma 8:6-8; 1 Korintus 2:14). Injil bisa diberitakan dengan luas, namun tidak sedikit yang menolaknya. Mereka bisa terlihat setuju dengan Injil, namun itu hanya tampak luar yang sementara. Benih firman yang jatuh itu seperti jatuh di luar tanah yang subur. Orang yang masih hidup dalam dosa dan kedagingan akan menolak berita Firman Tuhan. Orang yang belum lahir baru akan melihat Injil sebagai kebodohan. Orang yang menerima Injil sungguh-sungguh adalah orang yang mendapatkan panggilan internal dari Allah Roh Kudus.

            4) Dalam realisasi anugerah ini, posisi manusia adalah pasif. Artinya hanya Allah Roh Kudus yang bekerja (Yohanes 3:3-5). Mengapa manusia pasif? Ini karena manusia mati dalam dosa dan tidak mampu menghidupkan diri sendiri. Kelahiran baru itu datang dari atas ke bawah. Allah Roh Kudus harus menghidupkan kita terlebih dahulu baru kemudian kita bisa aktif.

Mengapa ada orang-orang yang seolah bisa menolak anugerah itu? ada orang-orang yang memang kerohaniannya palsu. Mereka tampak baik di luar namun dalam hatinya tidak demikian. Kita akan membahas model orang yang menolak anugerah Tuhan atau tidak mendapat anugerah Tuhan. 1) Orang berdosa yang giat dalam pekerjaan Tuhan tetapi semua itu dilakukan tanpa pengertian yang benar tentang Allah (Roma 10:2; Kisah Para Rasul 17:22-23). Jadi orang yang semangat melayani Tuhan belum tentu sudah mengenal Allah dengan benar. Ia melayani Tuhan karena mau membalas budi atau karena mempertontonkan diri. Ada pula yang melayani Tuhan karena merasa tidak dihargai di rumah atau tmpt kerjanya. Ini semua bukan alasan yang benar. Ada orang-orang yang bersemangat namun dengan semangat yang antroposentris, bukan untuk Tuhan. Di Atena Paulus bertemu dengan orang-orang yang menyembah Allah yang tidak dikenal. Jadi mereka tidak mengenal Allah dan mereka belum mendapatkan anugerah keselamatan. Namun mereka menolak penginjilan oleh Paulus.

Model kedua: orang yang sudah mendapatkan penyertaan Allah dengan jelas dan limpah namun tetap tidak hidup dalam Tuhan (Roma 9:4-6). Kita takut jika ada anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen namun hanya menjadi Kristen secara lahiriah. Tidak semua Israel percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias. Mereka membaca hukum Taurat dan hidup berdasarkan hukum Taurat, namun tanpa anugerah Tuhan mereka tetap tidak akan mengenal Mesias yang sejati. Tugas kita sebagai orang tua Kristen adalah terus menabur benih firman dan terus berdoa memohon anugerah dari Tuhan. Model ketiga: orang yang seperti mengenal Allah dengan benar, namun mereka menolak untuk menyembah Tuhan (Roma 1:19-25). Orang yang belajar teologi belum tentu hidup untuk Tuhan. Orang-orang yang hanya mengerti tentang Tuhan tetapi tidak berelasi dengan Tuhan pada akhirnya akan tetap hidup dalam dosa. Kita bisa menemukan orang-orang di penjara yang sebelumnya mereka adalah majelis Gereja, guru sekolah Minggu, penatua, dan lainnya. Mereka memiliki status namun tidak ada Kristus dalam hati mereka. Model keempat:  orang yang sudah ada dalam lingkungan Kristen namun mereka tidak mampu percaya pada Kristus dengan sungguh-sungguh (1 Yohanes 2:19). Orang-orang antikristus mungkin adalah orang-orang pernah membaca Alkitab sampai selesai dan juga melayani di Gereja. Mereka aktif tetapi bukan karena firman menggerakkan mereka. Mereka terlihat rajin bisa karena situasi memaksa mereka. Jadi mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan.

5) Perseverance of the saints / of God

            Ketekunan Allah memelihara kita. Orang kudus bisa menjadi tekun karena ada pemeliharaan Allah. 1) Allah bukan saja memilih manusia berdasarkan kedaulatan dan kebaikan-Nya, tetapi Allah juga aktif merealisasikan pilihan-Nya sampai eskatologi (Roma 8:28-30).  Program Tuhan tidak mungkin gagal. Ia memilih kita dan memelihara kita sampai akhir. Kita akan menikmati kemuliaan bersama dengan Kristus. Daud diizinkan mengalami kesulitan hidup sampai jiwanya tertekan, namun Daud bisa menang karena imannya dipelihara oleh Tuhan. Iman Ayub tidak gugur ketika ia mengalami penderitaan yang begitu luar biasa. Tuhan memelihara iman dan jiwa kita. Akhirnya dalam penderitaan pun kita tetap bisa memuliakan Tuhan. Allah Roh Kudus berdiam dalam hati kita dan Ia lebih besar dari apapun juga.

            2) Allah yang memulai pekerjaan yang baik akan mampu melengkapi anak-anak-Nya dalam melewati tantangan dunia. Ini karena ada peran Allah Roh Kudus yang sudah melahirbarukan (Yohanes 3:3), membangkitkan (Efesus 1:19-20), menghidupkan kita (Efesus 2:5), membarui kita (2 Korintus 5:17, Galatia 6:15) adalah Allah yang tidak akan membiarkan umat pilihan-Nya diperbudak lagi oleh dosa (1 Yohanes 3:9, bandingkan dengan Roma 6:1-2, 6, 7, 14). Hidup Kristen pasti mengalami kesulitan. Itu diizinkan Allah untuk menguji kematangan karakter kita. Allah pasti menopang kita dalam situasi apapun. Iman yang diberi oleh Allah membawa kita kepada kemenangan.

3) Penebusan Kristus di kayu salib untuk menggantikan hukuman Allah bagi manusia berdosa. Jika itu bisa gagal oleh karena kehendak bebas manusia dalam menjalankan tanggung jawab rohaninya, maka di mana kuasa kasih Tuhan? Allah yang tidak pernah berubah, memungkinkan umat pilihan-Nya juga tidak berubah (Maleakhi 3:6; Ibrani 13:8). Keselamatan dari Allah itu tidak bisa hilang karena kegagalan manusia. Kuasa kasih Tuhan tidak bisa dikalahkan oleh apapun juga. Tuhan terus mengasihi Israel secara rohani dan Tuhan tidak pernah berubah. Tidak ada satupun jiwa yang bisa diambil dari tangan Tuhan.

4) Kasih Allah yang besar terhadap orang berdosa tidak mungkin gagal karena ada peran pemeliharaan Tuhan, melalui karya Allah Roh Kudus, di mana manusia tidak akan gagal taat atau tidak bisa hidup dalam kasih karunia Tuhan (Yohanes 3:16; Roma 5:8; 1 Yohanes 4:8-10). Rancangan Allah untuk menyelamatkan kita yang lemah, terbatas, dan merupakan musuh Allah tidak mungkin gagal. Kita atau didorong untuk hidup suci dan berjuang bagi Allah.

KESIMPULAN

            Dosa menurut konsep teosentris itu secara total merusak manusia (rasio, emosi, dan kehendak). Namun menurut konsep antroposentris, dosa itu hanya menghasilkan kerusakan terbatas. Konsep pemilihan dalam pengertian teosentris itu adalah berdasarkan kedaulatan dan kebaikan Tuhan. Namun pandangan antroposentris melihat bahwa pemilihan itu berdasarkan kebaikan manusia dan responsnya. Konsep penebusan dalam pengertian teosentris itu adalah kematian Kristus untuk semua orang, tetapi targetnya hanya untuk orang pilihan Allah. Dalam pandangan antroposentris penebusan itu diberikan kepada semua orang (universal). Konsep anugerah dalam pandangan teosentris adalah anugerah Allah melalui karya Roh Kudus tidak dapat ditolak karena kehendak Allah. Dalam pandangan antroposentris, anugerah Allah itu dapat ditolak karena keputusan manusia sendiri. Konsep ketekunan secara teosentris menyatakan bahwa keselamatan tergantung pada Allah sebagai sumber jaminan. Pandangan antroposentris menyatakan bahwa jaminan keselamatan tergantung pada ketaatan manusia.

            Pertemuan Canons of Dort (1618-1619) menghasilkan TULIP sebagai kristalisasi konsep keselamatan berdasarkan Alkitab untuk melawan ajaran Arminian. Mengerti TULIP semakin membuat kita kagum akan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Q & A.

Q. Jika pemilihan itu tidak bersyarat, lalu bagaimana dengan orang-orang yang berbuat baik di luar kekristenan yang secara moral jauh lebih baik? Apakah mereka tidak punya kesempatan untuk dipilih? Bagaimana kekristenan memandang hal ini?

A. Kita dipilih karena foreordination, bukan foreknowledge. Roma 3 menyatakan bahwa tidak ada manusia yang berbuat baik. Banyak orang bisa melakukan kebaikan secara antroposentris, namun tidak secara teosentris. Kebaikan manusia bukanlah investasi rohani supaya manusia dipilih oleh Tuhan. Kedaulatan dan kebaikan Tuhan-lah yang menentukan pemilihan kita. Efesus 2:8-10 menyatakan bahwa kita diselamatkan terlebih dahulu baru kemudian berbuat baik, bukan sebaliknya. Keselamatan adalah anugerah Allah. tidak ada satupun dari kita yang layak untuk diselamatkan.

Q. Bagaimana dengan orang-orang yang baik tetapi tidak mengenal Kristus sebagai Juruselamat karena tidak ada yang mengabarkan Injil?

A. Alkitab menyatakan bahwa penginjilan harus dikerjakan oleh semua orang percaya. Orang-orang yang mati sebelum mendengarkan Injil akan dihakimi berdasarkan perbuatan-perbuatannya. Pada penghakiman terakhir semua akan tampak. Ada orang-orang yang rajin berbuat baik namun ternyata karena kesombongan. Ada pula yang berbuat baik karena alasan-alasan lain. Alkitab sudah menyatakan bahwa tidak ada manusia yang berbuat baik. Kebaikan manusia tidak bisa memuaskan hati Tuhan. Kita harus rajin mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum tahu.

Q. Apa maksud ‘kematian kekal’? Apakah kematian kekal itu berarti kita tidak masuk neraka maupun surga?

A. Kematian kekal adalah kematian di dalam dosa. Pada akhir zaman orang-orang yang mati di dalam dosa akan dibangkitkan untuk mendapatkan hukuman kekal. Mereka akan mendapatkan neraka. Kita yang percaya masih bisa mengalami kematian sementara, namun kita tidak akan mengalami kematian kekal. Kita akan mendapatkan kebangkitan untuk kemudian kita hidup bersama-sama dengan Allah.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Kesombongan dan Iri Hati Adam

Kutipan oleh G. J. Baan dari buku “TULIP” (Surabaya: Momentum, 2012), hal. 13.

Apa sebenarnya dosa Adam itu? Secara sederhana, Adam berdosa karena memakan buah dari sebuah pohon, meskipun Allah telah melarang dia untuk memakannya. Pada waktu kita membandingkan dosa ini dengan hukuman berat yang ditimpakan karenanya, kita mungkin berpikir bahwa dosa yang satu ini dihukum dengan terlalu berat, jika melihat kejahatan seperti apa yang sudah dilakukan. Namun demikian, dosa yang satu ini mencakup seluruh rangkaian dosa lain. Marilah kita pertama-tama membahas dua dosa yang bersifat “umum.”

Pertama, dosa memakan buah terlarang merupakan pertanda kesombongan. Ini juga yang dikatakan Iblis kepada Adam. Dengan kesombongan ini, ia menggerakkan Adam untuk berbuat dosa. Adam ingin menjadi seperti Allah dan tidak mengakui adanya Allah lain di atas dirinya. Ini menandakan ciri-ciri manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa: ia tidak mau mengakui suatu Allah yang lebih tinggi dari dirinya sendiri. Kesombongan sudah mendarah daging dalam diri kita.

Kedua, kita dapat memandang dosa ini sebagai dosa iri hati. Manusia iri kepada Allah karena Ia tahu apa yang baik dan apa yang jahat, dan manusia pun ingin mengetahui hal itu. Ini tidak hanya berlaku dalam hal mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat tetapi juga dalam hal-hal lain yang diketahui Allah dan tidak diketahui manusia. Iri hati ini berhubungan sangat dekat dengan kesombongan. Sebagai akibatnya, setiap hari kita melakukan banyak dosa lain. Terlebih lagi, kesombongan adalah akar dari banyak kejahatan. Selanjutnya, dosa Adam dapat disebut sebagai pelanggaran terhadap Sepuluh Perintah, tanpa kecuali, yang telah diberikan oleh Allah di dalam hukum-Nya.