Kasih Karunia Allah dan Pengucapan Syukur

Kutipan oleh Billy Kristanto dalam buku “Ajarlah Kami Bertumbuh” (Surabaya: Momentum, 2011) halaman 4-5.

“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (1 Kor. 1:3). Paulus menyatakan bahwa kesabarannya itu bukan berasal dari dirinya sendiri tetapi karena kasih karunia (anugerah) Allah yang menyertainya. Di sini kembali yang disampaikan bukan sisi subjektif (mis., kebesaran pelayanannya), melainkan sisi objektif, yaitu karena anugerah Allah saja. Inilah yang membuat pelayanan seorang hamba Tuhan diberkati.

Ayat 4-9 menyatakan bagaimana Paulus senantiasa mengucap syukur kepada Allah. Di tengah segala persoalan rumit yang sedang dihadapinya dengan jemaat Korintus, Paulus tetap melihat secara positif bagaimana Allah telah berkarya dalam kehidupan mereka. Salah satu rahasia hidup berbahagia adalah melatih diri untuk selalu mengucap syukur, karena hal ini akan memberikan kekuatan dalam segala persoalan kehidupan yang kita hadapi. Kita dapat bermegah atas segala kondisi yang terjadi di sekeliling kita jika kita melihatnya dengan perspektif yang lebih luas di dalam Tuhan.

“Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu” (ay. 5-6). Orang-orang Korintus memiliki kebudayaan dan pendidikan yang tinggi; banyak di antara mereka yang memiliki keahlian dalam hal perkataan (berpidato), sementara Paulus tampaknya bukanlah seorang yang fasih lidah. Namun Paulus tetap mengucap syukur akan hal ini, dan tidak menjadi rendah diri (minder) walaupun orang-orang Korintus memegahkan kelebihan mereka.

“Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus” (ay. 7). Jemaat Korintus adalah salah satu jemaat yang memiliki karunia terlengkap dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain yang pernah Paulus layani. Sekalipun karunia-karunia itu membuat mereka memegahkan diri, dan tentang hal itu Paulus harus menegur mereka, ia tetap menyatakan bahwa kelengkapan karunia-karunia tersebut merupakan berkat Tuhan. Tentang hal ini Paulus pun bersyukur.

Paulus adalah seorang yang bersyukur; ia menghitung anugerah Tuhan satu per satu. Orang yang belajar mengucap syukur pasti berbahagia hidupnya. Orang yang terus-menerus mengeluh tidak akan melihat dengan jelas anugerah Tuhan sehingga kehidupannya tidak dapat dialirkan menjadi berkat bagi orang lain. Ia akan cenderung berpikir bahwa semua orang harus melayaninya dan dialah yang seharusnya mendapatkan berkat dari orang lain. Orang yang demikian bersikap egois dan Tuhan sulit memakai orang seperti itu.

Sering kali kita mengucap syukur secara umum, sedangkan kita meminta dengan sangat mendetail. Manusia jarang mengucap syukur kepada Tuhan secara mendetail. Kita perlu banyak belajar dari Paulus. Paulus mengucap syukur dengan menghitung berkat Tuhan satu per satu. Ia tidak mengucap syukur secara umum atau borongan – sekali mengucap syukur berlaku untuk selama-lamanya, dengan asumsi Tuhan sudah tahu detailnya karena Ia mahatahu.