Katekismus Heidelberg P20 – Syarat Keselamatan Kita

Renungan harian

19 April 2021

Katekismus Heidelberg

P20 – Syarat Keselamatan Kita

Pert. Apakah semua orang diselamatkan oleh Kristus, sama seperti mereka telah terkutuk oleh karena Adam?

Jaw. Tidak semua orang (a), tetapi hanya mereka yang oleh iman yang sejati dijadikan anggota tubuh-Nya dan menerima seluruh karunia-Nya (b).

(a) Mat 7:14. (b) Yoh 1:12.

Tuhan Yesus Kristus telah mengorbankan diri-Nya untuk menebus dunia. Ini tidak berarti bahwa semua manusia telah mendapatkan keselamatan itu. Alkitab menyatakan bahwa ada satu syarat agar manusia mendapatkan keselamatan itu yaitu ia harus beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada syarat lain yang perlu ditambahkan atau yang bisa menggantikan syarat ini.

Perbuatan baik bukanlah syarat keselamatan tetapi hasil atau buah keselamatan. Ketika seseorang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus maka ia menjadi anggota tubuh Kristus, menerima seluruh karunia-Nya, dan diperlengkapi untuk melakukan perbuatan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.

Memberikan respons terhadap kabar baik itu merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari hidup setiap orang. Allah tidak memaksa seorang pun untuk menerima atau menolak Injil-Nya. Inilah kebebasan yang Ia berikan kepada setiap manusia. Manusia harus membuat pilihannya dan menerima segala konsekuensi dari pilihan tersebut.

Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

13 Juni 2020: Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan

PENDAHULUAN

             Kita akan membahas tentang ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan. Kita akan melihat dari 1 Yohanes 5:13-14 dan 2 Korintus 13:5. Salah satu kebutuhan jiwa kita adalah adanya kepastian dan jaminan hidup. Dalam hal apapun kita membutuhkan kepastian dan jaminan. Apakah ada perbedaan antara kepastian (certainty) dengan jaminan (guarantee) keselamatan? Pasti ada. Mengapa ada orang yang sudah percaya kepada Kristus tetapi belum pasti atau tidak Yesus yakin akan keselamatannya? Ada orang-orang yang sudah bertobat namun karena pergumulan tertentu akhirnya mereka ragu akan keselamatan mereka. Mengapa ada orang Kristen yang yakin akan keselamatannya walaupun dasar percayanya karena rasio dan perasaan diri sendiri? Apakah orang-orang seperti ini diselamatkan atau tidak? Sampai sejauh mana pentingnya ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan? Ini sangat penting. Jika keselamatan kita tidak diuji, maka kita tidak bisa sungguh-sungguh tahu apakah kita ini anak-anak Tuhan atau bukan. Apakah keyakinan keselamatan berdasarkan kata Alkitab itu penting? Ini juga sangat penting. Ini agar kita bisa menghidupi kepastian keselamatan kita dengan damai sejahtera, bukan dengan ketakutan, kekhawatiran, atau keraguan. Jika semua ini beres, maka pertumbuhan kerohanian kita juga akan menjadi beres. Jika kerohanian kita beres, maka buah-buah keselamatan dan pelayanan kita juga beres. Namun jika itu tidak beres, maka itu akan mengganggu kerohanian, buah keselamatan, dan pelayanan kita.

PEMBAHASAN

1) Program Tuhan

            Alkitab menyatakan bahwa Tuhan memiliki program untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Keselamatan itu bersifat pasti karena keselamatan itu dikerjakan oleh Allah sendiri. Tidak ada rekayasa atau sandiwara dalam keselamatan yang Allah kerjakan. Seluruh nubuat yang Allah berikan itu pasti dan tergenapi. Yesus hidup memenuhi semua tuntutan hukum Taurat dengan sempurna. Ketika Yesus mengajarkan, Ia mengajar dengan kuasa. Ia menjalankan kehendak Bapa dengan sempurna. Jadi semua itu pasti. Ini penting karena bisa menjadi suatu dorongan bagi kita untuk menghasilkan buah-buah iman. Kita diselamatkan bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk Allah dan sesama kita. Orang yang tidak menghasilkan buah iman harus dipertanyakan keselamatannya. Penjahat di sebelah Yesus tidak memiliki kesempatan untuk menyatakan buah imannya selain pengakuannya akan siapa diri Yesus. Ia memercayakan dirinya kepada Tuhan dan Tuhan memberikan kepastian dan jaminan keselamatan kepadanya. Bagi kita yang masih memiliki waktu, kita harus menyatakan buah iman kita.

2) Program Setan

            Orang percaya bisa mengalami kemunduran iman. Ia sudah diselamatkan namun tidak tampak buah imannya dan mengalami kemunduran iman. Akhirnya Setan membuatnya meragukan keselamatannya. Keraguan itu merupakan kemunduran iman. Orang itu mungkin menjadi ragu karena terus jatuh-bangun dalam kerohanian dan terus bergumul dengan dosa tertentu. Ia menjadi depresi dan merasa tidak pasti atau bingung dengan keselamatannya. Ia kemudian bisa mempertanyakan apakah Tuhan sungguh hidup dalam dirinya. Orang yang terikat dengan pergumulan dan masalah tidak akan bisa mengalami kemenangan iman. Orang itu tidak akan bertumbuh dalam kerohanian dan pelayanan. Ini karena ia kalah terhadap penderitaan, pergumulan, dan tekanan. Ia tidak sungguh-sungguh bergantung pada Tuhan dan firman-Nya. Orang seperti ini akan sulit melayani karena untuk menghadapi diri sendiri saja sudah susah. Kita tidak menunggu sampai diri kita menjadi sempurna baru kemudian melayani. Minimal kita harus bertumbuh dalam kerohanian dan tanggung jawab. Tuhan tidak pernah menanamkan keraguan. Keraguan adalah pekerjaan Setan.

3) Tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan

            Macam pertama adalah orang yang percaya dan tahu atau yakin berdasarkan iman. Ini adalah tipe keselamatan yang objektif. Ia tahu bahwa imannya mengandung keselamatan dan hidupnya bertemakan melayani Tuhan. Macam kedua adalah orang yang percaya tahu atau yakin berdasarkan diri sendiri. Ia belum mengalami kelahiran baru dan perubahan hidup. Imannya hanya berdasarkan rasio dan perasaan. Jadi ia percaya karena kekuatan diri sendiri. Orang seperti ini belum diselamatkan. Jadi ini adalah tipe keselamatan yang relatif. Macam ketiga adalah orang yang percaya namun tidak tahu atau tidak yakin akan keselamatannya. Jadi ini tipe keselamatan yang subjektif. Ia sudah sungguh-sungguh mengalami keselamatan itu namun di dalam waktu ia menjadi ragu.

4) Jenis pertama: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan iman

            Orang seperti ini memiliki A) kesaksian Roh Kudus (1 Yohanes 5:6b, 10 a). Roh Kudus tinggal dalam hati orang yang diselamatkan (1 Yohanes 3:24, 4:13; Roma 8:9) dan bersaksi. Roh Kudus menggarap hidup kita dalam kesucian dan membangun kepekaan kita terhadap dosa. Ia memampukan kita hidup dan berjalan dalam kebenaran. Ia melengkapi kita dalam pelayanan. Roh Kudus juga menolong kita dalam pengenalan kita akan Tuhan. Allah Roh Kudus menyucikan hati nurani kita sehingga kita tidak berani bermain-main dalam dosa. Kesaksian Roh Kudus paling diketahui oleh diri kita sendiri. Semua pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita adalah kesaksian Roh Kudus. Roh Kudus juga menjadi saksi bagi hubungan seseorang yang telah diselamatkan dengan Allah (Roma 8:16; Galatia 4:6). Ketika kita sadar bahwa kita adalah anak Tuhan, maka hati kita akan penuh damai dan sukacita. Kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah.

            Orang seperti ini juga B) memiliki tanda-tanda hidup baru (1 Yohanes 5:11-12). Kita sudah bersatu dengan Kristus. Kita percaya akan inkarnasi dan karya keselamatan Tuhan Yesus Kristus serta penggenapan yang Allah Roh Kudus kerjakan dalam diri kita. Tanda pertama adalah kita mengalami pembaruan tabiat manusia batiniah kita (karakter rohani) – Yohanes 1:12; 2 Korintus 5:17; Kolose 3:9-10. Orang yang berada dalam Kristus akan berubah ke arah Kristus. Salah satu yang mengalami perubahan adalah karakter roh kita. Ada enam tanda hidup baru dalam Kristus yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

5) Tanda-tanda hidup baru

            a) Tanda persekutuan dengan Allah dan umat-Nya (1 Yohanes 1:3). Orang yang hidup baru punya kerinduan dan kenikmatan yang baru yaitu persekutuan dengan Tuhan dan tubuh Kristus. Mereka menjadi anggota keluarga Allah dan memiliki ikatan di sana. Dalam persekutuan fisik, kita melihat keindahan dalam berbagi misalnya pergumulan kita, iman kita, dan lainnya. Persekutuan tanpa membuka diri dan berbagi bukanlah persekutuan sesungguhnya. Orang yang belum diselamatkan tidak akan memiliki kerinduan untuk memiliki relasi dengan Tuhan dan sesama. Ia malah punya kecenderungan untuk memberontak terhadap Firman Tuhan dan Gereja (Yohanes 3:20; Yohanes 15:19; Roma 3:11, 18). Kita dipanggil ke luar dari dosa kepada terang. Itu adalah bukti bahwa kita sudah diselamatkan.

            b) Tanda ketaatan kepada Allah (1 Yohanes 2:3). Orang itu sungguh-sungguh mau taat kepada seluruh Firman Tuhan. Semua yang Alkitab tuntut harus kita kerjakan. Ia memiliki kerinduan untuk taat secara total. Respons kita terhadap Injil merupakan permulaan hidup ketaatan kita kepada Kristus (2 Korintus 5:15). Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak pernah rela menaati Allah (Roma 3:12, 8:7-8; Efesus 2:2). Itu karena ia masih menjadi musuh Allah. Ia merasa tenang walaupun melawan Allah. Salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah menggarap ketaatan kita. Ia menegur kita jika tidak taat. Ia memampukan kita untuk hidup dalam ketaatan total.

            c) Tanda melakukan kebenaran (1 Yohanes 2:29). Tujuan surat 1 Yohanes ditulis adalah supaya para pembacanya tahu bahwa mereka yang percaya sudah memiliki hidup kekal dalam Tuhan Yesus Kristus. Orang itu melakukan kebenaran yaitu melakukan kehendak Allah dalam kuasa-Nya (Ibrani 13:21; Filipi 1:11). Kita bukan mesin rohani dalam melakukan kebenaran. Kita diberikan kebebasan untuk melakukan tanggung jawab dalam segala aspek. Kita melakukan kebenaran bukan untuk menyatakan diri kita benar melainkan untuk menyatakan Tuhan. Kita bisa menghidupi kebenaran karena pertolongan Allah Roh Kudus karena kebenaran itu adalah milik Allah sendiri. Dengan dimilikinya Roh Kudus, orang percaya dimampukan untuk merindukan dan melakukan kehendak Allah ketika mereka menyerahkan diri dalam kontrol-Nya (Roma 8:4; Filipi 2:13, 4:13). Jika kita ingin dipakai oleh Tuhan, maka kita harus berserah kepada-Nya. Jadi ini bukan karena kehebatan kita. Sebaliknya, orang tidak percaya tidak pernah melakukan apa yang benar di hadapan Allah karena kerusakan status dan tidak adanya kasih dalam diri mereka (Roma 3:10, 12; 1 Yohanes 3:10). Dalam Gereja ada orang-orang seperti ini dalam izin Tuhan. Dalam Gereja pasti ada gandum dan lalang. Keberadaan orang-orang diizinkan untuk melatih iman kita. Mereka tidak menjadi murid kebenaran tetapi memanfaatkan kebenaran. Mereka bisa terlihat sibuk dalam pelayanan namun hati mereka tidak dibuka untuk Firman Tuhan.

            d) Tanda kasih kepada Allah (1 Yohanes 3:14). Ini adalah kasih Kristus yang mengalir dalam hati kita oleh karena pekerjaan Roh Kudus (Roma 5:5; Galatia 5:22). Orang yang mengasihi Allah akan memiliki kasih untuk mengasihi orang-orang berdosa. Orang itu akan terus rindu untuk melayani Tuhan dan mencapai kebaikan orang lain sekalipun ia harus mengorbankan dirinya (1 Yohanes 3:16-18). Mereka mau agar semua pelayanan bisa dikerjakan dengan baik dan sempurna. Kristus sudah berkorban untuk kita. Ia menjadi teladan bagi kita. Jadi pengorbanan adalah bagian dari karakter hidup Kristen. Jika mau berkorban dalam pelayanan namun tidak merasa berkorban, maka itu berarti karakter kita sudah dekat dengan karakter Kristus. Manifestasi kasih ini merupakan tanda sejati seorang murid Tuhan (Yohanes 13:34-35). Ketika kita mengasihi, kita tidak akan senang ketika melihat sesama kita terjatuh. Kita akan memiliki belas kasihan terhadap orang itu.  Dalam kasih itu tidak ada dendam, iri, dan benci. Semua itu bukanlah karakter anak Tuhan. Kita akan mau berkorban untuk orang itu untuk menyatakan kasih Tuhan. Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak mengasihi umat Allah dengan cara sedemikian (Yohanes 15:17-19). Mereka juga tidak mengasihi Allah yang meminta ketaatan mereka (Yohanes 3:20, 14:15). Orang yang hitung-hitungan dalam pelayanan perlu dipertanyakan kasihnya. Semua yang Allah berikan adalah titipan Tuhan yang harus kita pakai untuk kemuliaan Tuhan.

            e) Tanda pengakuan akan Kristus (1 Yohanes 4:15). Orang yang diselamatkan sudah menerima kesaksian Allah tentang Anak-Nya serta dengan rela mengaku iman mereka terhadap kebenaran tersebut (1 Yohanes 5:6, 9:10). Sebaliknya, orang yang tidak percaya menolak kesaksian yang Allah berikan tentang Anak-Nya yaitu Kristus (1 Yohanes 4:1-3). Jadi orang yang tidak mengakui Tuhan Yesus Kristus perlu dipertanyakan keselamatannya. Kepastian dan keyakinan keselamatan itu sejalan dengan pengenalan akan Tuhan. Antikristus berasal dari Gereja itu sendiri. Mereka adalah titipan Setan. Mereka tampak seperti orang Kristen namun menyatakan iman yang menyeleweng.

            f) Tanda kerendahan hati di hadapan Tuhan. Orang percaya yang sejati tidak dapat tenang jika tidak mengakui adanya dosa dalam dirinya karena ada Roh Kudus yang selalu menegur hati nuraninya dan hal itu juga tidak cocok lagi dengan keberadaan dirinya yang baru dalam Kristus (Efesus 4:30; Roma 6:1-13, 14:17; Galatia 5:25). Yohanes menyatakan bahwa orang yang sudah percaya tidak akan menikmati dosa. Kalau kita masih menyimpan dan menikmati dosa, maka kita bukanlah anak-anak Tuhan. Anak-anak Tuhan tidak akan menyimpan dosa. Kita justru akan melakukan kebenaran di dalam Tuhan. Allah Roh Kudus tidak akan membiarkan kita bermain-main dalam dosa. Ia akan menarik kita ke luar dan membangunkan kita. Hati kita akan digarap oleh Roh Kudus sehingga kita akan bersinar bagi Tuhan. Enam tanda inilah yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

6) Jenis kedua: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan diri sendiri

            Orang percaya model ini adalah orang yang pertobatannya semu karena aspek psikologis belaka. Orang seperti ini bisa sungguh yakin bahwa ia menerima Kristus dan keselamatan, tetapi semua itu hanya sebagai keyakinannya sendiri, bukan keyakinan dari iman yang benar dalam Kristus. Contoh: Matius 7:22-23, 25:1-13; Yohanes 2:23-25. Ada orang-orang yang bisa melayani dan menunjukkan fenomena rohani. Namun pada akhirnya Tuhan menolak mereka dan menyatakan bahwa Tuhan tidak mengenal mereka. Ada orang-orang yang kelihatan Kristen dan ikut melayani namun sebenarnya mereka meremehkan anugerah keselamatan. Kita harus terus waspada iman sehingga kita siap dipanggil oleh Tuhan. Orang yang percaya akan selalu siap sedia menjaga kesucian hidup dan berfokus kepada Tuhan. Ada orang-orang yang mau mengikut Tuhan karena fenomena rohani tetapi tidak benar-benar mengenal Tuhan. Mereka mengikut Tuhan agar bisa ikut berkuasa dan mendapatkan kepopuleran. Banyak orang mengaku Kristen namun tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan secara pribadi.

            Pertobatan yang semu atau karena aspek psikologis disebabkan karena orang itu bertobat karena tekanan hidup. Ada orang yang terus mengalami tekanan dalam hidupnya. Namun ketika ia diundang ke suatu KKR, ia mendapatkan ketenangan secara psikologis. Akhirnya ia menyatakan diri bertobat, padahal ia tidak benar-benar mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ia hanya mau lari dari tekanan hidup dan memakai Tuhan untuk mengambil semua tekanan hidupnya. Sebab kedua adalah orang itu bertobat karena pelarian hidup. Ada orang-orang yang memiliki penyakit mental dan tidak berani menghadapi masalah itu. Mereka selalu lari dari kenyataan. Yakub juga selalu lari dari masalah namun pada akhirnya Tuhan mengajarkannya untuk menghadapi masalah. Banyak orang memilih untuk menjadi Kristen karena merasa nyaman di Gereja. Jadi mereka hanya menumpang dalam Gereja. Gereja menjadi tempat pelariannya. Mereka mencari khotbah yang lucu dan santai karena mereka mencari kenyamanan.

            Ada orang-orang yang kelihatannya bertobat untuk mencari pengakuan. Mungkin lingkungannya merendahkannya, namun Gereja menerimanya dan mengakuinya. Mereka merasa nyaman di Gereja namun ia tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Biasanya orang-orang seperti ini di masa depan akan memanfaatkan Gereja dan akan banyak menipu. John Wesley dan Billy Graham baru bertobat setelah menjadi hamba Tuhan. Ada orang-orang yang baru bertobat setelah masuk sekolah teologi. Orang-orang yang pertobatannya semu perlu kita layani dan arahkan.

7) Jenis ketiga: percaya dan tidak tahu atau tidak yakin memiliki hidup yang kekal dalam Kristus (1 Yohanes 5:13)

            Mungkin orang yang seperti ini imannya sedang terguncang (bandingkan dengan Ibrani 10:22 dan 2 Timotius 1:12). Iman kita seharusnya teguh dan kuat. Namun ada orang-orang tertentu yang tidak bisa menghadapi masalah dan tekanan hidup. Mereka mudah guncang dan guncangan itu bisa terjadi terus menerus. Sebab kedua adalah orang itu dalam masa depresi (bandingkan dengan 2 Timotius 2:13). Ada orang-orang yang mudah depresi karena berasal dari lingkungan keluarga yang hancur atau karena mereka tidak siap mental menghadapi kesulitan. Mereka terus menerus melihat masalah namun tidak melihat kepada Tuhan. Akhirnya mereka tidak bisa merasakan kepastian keselamatan. Mereka meragukan pimpinan Tuhan dalam hidup mereka. Sebab ketiga adalah orang itu merasa tidak ada kejadian yang spektakuler terjadi dalam hidupnya (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 16:30-34). Ia merasa hidupnya biasa-biasa saja selama menjadi Kristen. Iman kita tidak ditentukan oleh hal-hal spektakuler tetapi oleh pengenalan kita akan Kristus. Hidup Kristen harus menyatakan ketaatan dan perjuangan. Kita memiliki pengharapan yang luar biasa di dalam Kristus. Dalam pengharapan itu kita aktif, bukan pasif. Pengharapan yang mulia itu mendorong kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. Ada orang-orang yang sungguh-sungguh percaya namun karena berada dalam komunitas yang tidak benar akhirnya ia mengharapkan hal yang salah. Lambat laun ia akan mempertanyakan keselamatannya. Jika kita mengalami keraguan iman, maka itu bukanlah program Tuhan. Tuhan mau agar buah kebenaran dan buah iman kita muncul. Tuhan menguji hidup kita agar kita bertumbuh dan berbuah sehingga hidup kita menjadi kesaksian bagi nama Tuhan. Kita harus meninggalkan keraguan kita dan melihat kepada Tuhan. Kita tidak perlu mengharapkan hal-hal yang spektakuler secara fenomena. Hal yang harus kita harapkan adalah hidup kita dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Fanny Crosby hidup sederhana namun ia menjadi berkat bagi banyak orang.

KESIMPULAN

            Ada tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan. Dalam macam yang pertama, iman orang itu membuatnya percaya dan ia tahu dengan pasti karena realitas iman. Orang macam kedua percaya namun karena rasio atau perasaan. Ia tahu dengan pasti karena berpatokan pada hal-hal lahiriah. Orang macam ketiga percaya karena iman namun ia tidak tahu dengan pasti karena realitas hidup yang dihadapinya. Kita pasti mau menjadi orang macam pertama. Kita mau percaya karena iman kita di dalam Tuhan dan kita tahu pasti karena realitas iman, bukan karena rasio atau perasaan atau realitas hidup. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk bergantung pada fenomena rohani seperti kekayaan, kesembuhan, dan lainnya.

            Jadi ada beberapa pertanyaan yang bisa menjadi ujian keselamatan dan keyakinan kita:

1) Apakah kita memiliki kesaksian batiniah dari Roh Kudus dan sukacita surgawi?

2) Apakah kita menikmati persekutuan rohani dengan Allah dan sesama orang percaya?

3) Bagaimana sikap kita terhadap tawaran kenikmatan dunia dan nilai-nilai lainnya? Orang percaya harus menolak itu semua.

4) Pernahkah doa kita dijawab Tuhan berkaitan dengan kehendak-Nya?

5) Apakah kita secara mendasar taat kepada perintah-perintah Alkitab?

6) Apakah kita memiliki kepekaan dosa dan gelisah ketika ada dosa di dalam diri kita? John Calvin berkata bahwa orang yang kudus akan peka terhadap dosa-dosa yang kelihatan kecil.

7) Apakah dosa yang kita lakukan sebelum dan setelah menerima Kristus semakin berkurang?

8) Apakah kita memiliki kemampuan untuk membedakan mana kebenaran yang sejati atau tidak dan bisa membedakan kesalahan rohani? Jadi kita harus mengerti Firman Tuhan dan mengerti teologi yang benar.

9) Apakah kita mencintai Tuhan Yesus Kristus dan kasih-Nya semakin hidup dalam kehidupan kita? Jika kasih-Nya hidup dalam diri kita, maka kita pun akan mengasihi jiwa-jiwa. Kita akan memiliki belas kasihan Tuhan terhadap orang-orang di sekitar kita.

10) Apakah kita mencintai firman yang sejati, Gereja-Nya, dan menantikan kedatangan-Nya? Kita harus senantiasa membaca Alkitab, melakukan penginjilan, dan selalu siap sedia menunggu kedatangan-Nya.

11) Apakah kita percaya pada doktrin-doktrin dasar iman Kristen? Jika kita menganggap bahwa doktrin itu tidak penting, maka kita sudah menganut doktrin yang salah. Doktrin pasti akan memengaruhi hidup kita dan pelayanan kita.

12) Pernahkah kita mengalami penganiayaan, penderitaan, tekanan hidup karena kualitas iman kita dan nilai kekristenan kita?

            Jika kita sudah mengerti 12 poin ini dan sudah memiliki jawaban yang benar, maka kita sudah melewati ujian keselamatan dan keyakinan kita.

Q & A.

Q. Orang percaya memiliki kebebasan. Apakah perbedaan dan persamaan antara kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa dengan kebebasan orang percaya?

A. Kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa adalah kebebasan netral. Ia bisa taat atau melawan Tuhan. Ia bebas namun terbatas, bukan sebebas-bebasnya. Kebebasannya mengandung nilai tanggung jawab rohani terhadap perintah Tuhan dalam mandat budaya. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kebebasan mereka mengandung dosa. Manusia yang belum lahir baru memiliki kebebasan dalam dosa. Jadi segala perbuatannya akan mengandung dosa. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam memberikan kebebasan kepada anak-anak kita. Mereka bisa jatuh karena kebebasan. Orang-orang zaman ini terus menuntut hak dan kebebasan namun tidak melihat kewajiban mereka. Namun bagi kita yang sudah percaya, kita tahu bahwa kebebasan kita harus terikat dalam tanggung jawab kepada Tuhan.

Q. Apakah ajaran agama lain di luar ajaran Kristus punya keyakinan juga akan keselamatan mereka? Jika ya, maka mengapa mereka bisa yakin? Padahal menurut pandangan kita keselamatan mereka keliru.

A. Setiap manusia bisa membangun suatu keyakinan. Keyakinan itu bisa bersumber dari hukum alam, misalnya ‘saya yakin akan menjadi kenyang setelah banyak makan’. Jika kita berani makan di suatu restoran karena mendengar pendapat yang positif dari orang lain, maka kita yakin berdasarkan kata orang lain. Jadi kita bisa yakin karena hukum alam atau kata orang lain. Keyakinan yang paling berat adalah keyakinan yang tidak bisa dipikirkan secara rasio. Ada orang-orang yang tidak mau berdiskusi tentang keyakinannya dan terus menjawab ‘pokoknya’. Mereka sudah menuhankan keyakinannya dan tidak bisa berpikir jernih. Kita, orang Kristen, percaya karena Kristus memang pernah datang ke dalam dunia untuk menebus kita. Ia memelihara kita sehingga kita terus beriman kepada-Nya. Keyakinan kita bisa diuji, namun keyakinan agama lain belum tentu bisa.

Q. Apakah fenomena rohani oleh pendeta-pendeta (melakukan mukjizat, dan lainnya) yang dimaksud adalah yang berasal dari Gereja-Gereja lain? Apakah itu tidak dibenarkan dalam kekristenan?

A. Kitab Ulangan sudah memberitahu kita untuk berhati-hati terhadap semua nabi palsu. Mereka biasa muncul dengan pendekatan mukjizat dan fenomena rohani, namun Kristus disingkirkan. Perjanjian Baru sudah mengajarkan kita bahwa para antikristus akan muncul dalam Gereja dan menampilkan diri sebagai orang Kristen. Mereka bisa membuat orang-orang terkagum namun membuat orang-orang jauh dari Kristus. Iman kita bertumbuh bukan karena mukjizat, fenomena rohani, atau hal-hal yang menghibur kita. Iman kita bertumbuh karena Firman Tuhan. Kita tidak menarik orang-orang dengan hal-hal yang spektakuler. Kuasa Tuhan itu bukan kuasa yang murahan. Kita percaya bahwa Tuhan masih bisa menyatakan mukjizat-Nya, namun kita tidak boleh memaksa Tuhan untuk menyatakan mukjizat-Nya. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita. Sebaliknya, kita harus mengikut kehendak Tuhan. Banyak pendeta ingin terlihat hebat agar ia mendapatkan banyak jemaat sehingga ia bisa mendapatkan banyak persembahan untuk memperkaya diri. Namun kita harus mengerti bahwa iman tidak dibangun di atas dasar mukjizat tetapi Firman Tuhan.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Iman, Pengetahuan, dan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

9 Mei 2020: Iman, Pengetahuan, dan Keselamatan

PENDAHULUAN

            Kita akan membahas tentang iman, pengetahuan, dan keselamatan. Setiap manusia memiliki akal budi dan diberi kemampuan untuk dapat mengetahui sesuatu, baik yang ada di dalam dirinya dan di luar dirinya sendiri (image of God). Demikian pun setiap orang dalam kebebasannya dapat membangun konsep tentang Allah, tetapi masalahnya tidak semua pengetahuan ini mendatangkan keselamatan dan mengandung iman yang benar.

            Alkitab berbicara tentang mengenal Allah dengan berbagai cara. Contoh seseorang dapat mengetahui tentang Tuhan secara kognitif – mind faith (Roma 1:18-21), dan secara perasaan (feeling faith (Roma 10:1-3). Tetapi dengan jelas Alkitab mengatakan dua macam pengetahuan ini tidak mengandung iman, bahkan tidak menyelamatkan. Ada orang-orang yang tahu tentang Tuhan (mind faith) tetapi tidak memuliakan Tuhan. Ada pula orang-orang yang giat dalam ibadah (feeling faith), namun tidak mengetahui kebenaran. Mengapa pengetahuan tentang bisa tidak mengandung iman, bahkan tidak menyelamatkan?

PEMBAHASAN

Allah menanam benih iman dalam diri kita melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Setelah itu kita bisa lahir baru dan bertobat. Itulah yang mendatangkan keselamatan dalam hidup kita. Apakah kalimat ini benar: ‘pengetahuan dahulu baru beriman’? Ataukah ‘pengertian dahulu baru beriman’? Efesus menyatakan bahwa iman mendahului pengetahuan dan pengertian. Kita tidak melihat bukti terlebih dahulu baru kemudian percaya. Yesus berkata: berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya (Yohanes 20:29). Saat itu Thomas meminta bukti dahulu sebelum percaya, sedangkan yang benar adalah iman dahulu kemudian pengetahuan, pengertian, dan bukti. Jadi di sini ada peran iman dalam Yesus Kristus. Iman inilah yang memimpin pengetahuan dan pengertian kita. Kita tidak mungkin mengerti Tuhan yang begitu besar dengan akal budi kita sendiri. Akal budi kita sudah jatuh dalam dosa. Saat Tuhan menebus kita, akal budi kita juga tidak mungkin menampung semua pengertian yang terlalu luas dan dalam tentang Tuhan. Kita harus diberikan iman dari Tuhan terlebih dahulu.

Ketika iman memimpin pengetahuan dan pengertian, keduanya akan menghasilkan kebenaran yang mengandung aspek kekekalan. Kebenaran itu akan memimpin kita bertumbuh ke arah Kristus. Di sini ada konsep from faith to faith. Jika iman tidak memimpin, maka itu bukan true faith. Iman yang benar adalah kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat (Yohanes 6:68-69). Kebenaran itu mengandung nilai yang mutlak. Kebenaran itu sempurna. Kebenaran itu bersifat asali dalam Alkitab. Jadi kebenaran itu tidak bisa ditiru, ditambah, atau dikurangi. Kebenaran adalah kebenaran tanpa dibela sekalipun. Roma 1:17a mengatakan bahwa iman kita akan dipimpin kepada iman (from faith to faith). Jadi kebenaran itu membuat iman kita tidak abu-abu. Jika kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, maka kita juga akan mencintai kebenaran yang kembali kepada Alkitab. Kita akan mendengarkan Alkitab, bukan kita orang.

Jadi kita memiliki iman yang mendahului pengetahuan dan pengertian. Ketika kita bisa mengerti, maka itu adalah anugerah. Pengetahuan akan Tuhan itu dimulai dengan hati yang takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Ketika kita mau mengerti Alkitab, kita harus memiliki sikap ibadah. Kita diberikan iman sehingga kita bisa hidup dalam iman dan iman itu memimpin kita kepada kebenaran. Jadi iman yang sejati dan kebenaran sejati tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan ‘beriman saja tanpa teologi yang benar’. Iman itu bertumbuh dari pendengaran akan Firman Tuhan tentang Yesus Kristus. Jadi iman tidak bisa dikompromikan, ditambah, atau dikurangi. Kebenaran itu memengaruhi muatan iman seseorang.

Credo ut intelligam (I believe in order to understand – Roma 1:17b). kalimat ini pertama kali diutarakan oleh Anselmus pada abad ke-11 awal. Kalimat ini begitu terkenal. Kita yang percaya akan terus terdorong untuk mengerti kebenaran Firman Tuhan. Jadi kita haus akan kebenaran. Kalimat ini juga merupakan konsep Agustinus, yaitu iman yang mencari pengertian. Jika ada orang yang mengaku beriman tetapi tidak mencari kebenaran, memakai imannya perlu dipertanyakan. Tanpa rasa haus akan kebenaran, iman orang itu perlu dipertanyakan. Konsep credo ut intelligam menyadarkan kita bahwa iman yang sejati itu harus berdasarkan apa kata Alkitab (2 Timotius 3:16-17). Alkitab itu benar adanya dan cukup dalam menjelaskan keselamatan kita. Alkitab itu cukup untuk menyatakan tentang Allah, Gereja, dan doktrin-doktrin penting lainnya. Jadi Alkitab tidak boleh ditambah atau dikurangi. Otoritas Alkitab itu menyatakan bahwa Alkitab itu benar dan sempurna. Alkitab itu juga jelas dan diinspirasikan oleh Allah Roh Kudus. Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru tidak ada tulisan yang bertentangan. Semuanya saling melengkapi. Penulisan Alkitab mencakup empat zaman yang berbeda namun semuanya harmonis. Maka dari itu Alkitab baik untuk mengajar kita, menyatakan kesalahan kita, membina kita, dan memimpin kita kepada kebenaran. Setelah kita bergaul dengan Alkitab, membaca, mengerti, dan menghidupi Alkitab, semuanya itu akan melengkapi kita untuk melayani Tuhan. Kita tidak boleh bersemangat dengan iman tanpa pengetahuan. Paulus menulis bahwa pelayanan tidak boleh dipercayakan kepada orang yang baru bertobat (1 Timotius 3:6). Ini karena ia bisa dengan mudah dicobai Setan sehingga terjatuh. Hal ini akan menghalangi pekerjaan Tuhan. Orang yang bertobat boleh melayani dalam porsinya. Orang itu harus dimuridkan sampai matang iman.

Iman yang sejati dibangun di atas dasar Firman Tuhan. Yesus berkata: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya (Matius 16:18). Jadi perlu ada fondasi. Gereja memiliki fondasi kebenaran. Jadi orang yang mengerti kebenaran berhak mendirikan Gereja. Iman yang sejati harus berkaitan dengan kebenaran dan pengetahuan tentang hidup kekal. Ini karena iman yang sejati memengaruhi pikiran dan emosi (Roma 12:1-3 dan Filipi 4:8). Iman yang sejati akan membentuk cara berpikir kita. Roma 12:1-3 menjelaskan hal ini. Pikiran kita harus diubahkan. Dahulu mungkin kita berpikir bahwa uang adalah segala-galanya, namun setelah bertobat kita mengerti bahwa Tuhan adalah segala-galanya. Perubahan pikiran itu dimulai dari iman yang sejati. Filipi 4:8 juga mengajarkan tentang apa yang harus kita pikirkan. Jadi Tuhan-lah yang membarui pikiran dan emosi kita. Allah Roh Kudus menggarap pikiran dan emosi kita sehingga menjadi kudus. Di sana kita menjadi haus akan kebenaran dan menjadi cerdas dalam Tuhan. Emosi kita juga dicerdaskan dalam Tuhan. Jadi iman itu sangat penting.

Bagaimana dengan orang yang mengaku Kristen tetapi pikirannya dan emosinya tidak berubah? Banyak orang menjadi Kristen hanya karena ikut-ikutan atau karena emosi. Kalau seseorang memiliki iman yang sejati, maka Allah Roh Kudus akan menggarap pikiran dan emosinya sehingga menjadi selaras dengan pikiran dan emosi Tuhan. Jadi kalau ada orang yang mengaku Kristen tetapi pikiran dan emosinya tidak beres, maka sangat mungkin imannya tidak beres atau sedang bermasalah. Imannya mungkin bermasalah karena ia tidak membaca Alkitab setiap hari. Orang itu mungkin tidak pernah menundukkan dirinya sebagai murid kebenaran. Ia tidak mau mengakui dosa dan kelemahannya. Jadi masih ada kesombongan yang perlu dihancurkan supaya ia kembali kepada Tuhan.

Iman yang sejati juga akan menggarap karakter seseorang (Galatia 5:22-23 dan Matius 5-7). karakter bisa terbentuk karena pengaruh orang tua, lingkungan, dan pelajaran. Namun setelah kita ada di dalam Tuhan, maka Tuhan akan menyucikan karakter kita sehingga menjadi serupa dengan karakter Kristus. Kita dituntut untuk memiliki karakter rohani, bukan lahiriah. Karakter lahiriah bisa diadopsi atau ditiru. Karakter rohani didapat ketika kita bergaul dengan Firman Tuhan yang membarui kita. Di sana kita menjadi orang yang kasih, baik, dan lainnya sampai penguasaan diri. Jadi kita harus memiliki disiplin rohani dalam membaca Alkitab. Khotbah di Bukit juga berbicara tentang karakter rohani. Orang yang memiliki karakter rohani itu pasti dekat dengan Tuhan. Yesus membuka khotbah ini dengan kalimat: berbahagialah orang yang miskin dalam roh (Matius 5:3). Orang yang seperti ini merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. Yesus menutup ucapan bahagia dengan menyatakan tentang orang yang berbahagia karena menderita bagi Tuhan (ayat 11-12). Jadi karakter rohani itu terbentuk dalam relasi dengan Tuhan dan kebenaran-Nya.

Iman yang sejati juga mengajarkan tentang satu sikap (Roma 3:27-28). Orang yang melihat keselamatan sebagai anugerah dengan orang yang melihat keselamatan sebagai suatu upaya diri itu memiliki sikap yang berbeda. Orang yang melihat keselamatan sebagai anugerah itu tidak memiliki kebanggaan diri. Ia tidak bisa membanggakan apapun dari dalam dirinya. Orang itu sadar bahwa dirinya adalah pendosa besar dan ia perlu diselamatkan oleh Allah. Di dalam Tuhan kita boleh berjalan dalam terang dan kesucian. Kita bisa hidup dalam kesalehan dan kerohanian. Semua itu bukan berasal dari kekuatan diri kita tetapi anugerah Tuhan. Jadi secara sikap kita tidak menjadi orang yang sombong. Kita tidak boleh merasa lebih baik daripada orang lain. Kita memiliki tanggung jawab iman untuk meraih yang terbaik bagi Tuhan. Setelah mengerjakan semua itu, kita harus mengakui bahwa itu adalah anugerah. Saat kita membanggakan diri, kita sudah berdosa. Iman yang sejati akan menghancurkan kesombongan-kesombongan kita. Ketika sikap kita digarap oleh Tuhan, maka kita akan selalu mau mempersaksikan Kristus (2 Korintus 3:2-3). Kita adalah surat terbuka yang bisa dibaca oleh setiap orang melalui apa yang kita lakukan. Jadi kita harus hidup berhati-hati. Orang-orang akan melihat hidup kita dan bisa mempermalukan kita jika kita tidak benar. Sikap kita yang digarap oleh Roh Kudus adalah untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan. Ketika kita menginjili, orang-orang harus bisa melihat keteladanan kita. Sikap itu bukan untuk menyatakan kehebatan kita tetapi kehebatan Tuhan. Di sana kita menyatakan siapa Penebus yang sejati. Sikap kita juga adalah untuk menggenapkan kehendak Allah (Matius 7:21). Kehendak Allah selalu berkaitan dengan nilai Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu mengandung kebenaran, damai, dan sukacita. Kita membawa sukacita ketika kita membawa Injil. Kita membawa damai di manapun kita berada. Kebenaran akan senantiasa kita nyatakan sebagai anak-anak Tuhan. Kehendak Allah selalu bernilai kekal (kairos). Jadi fokus kita bukanlah hal-hal yang tidak kekal.

Tuhan mau kita bertumbuh ke arah Kristus berdasarkan Alkitab. Iman akan terus mendorong sikap kita sehingga kita mementingkan penggenapan kehendak Tuhan, bukan diri. Dalam hal ini terkadang adalah peperangan otoritas diri dengan otoritas Tuhan. Pada akhirnya kita harus menundukkan otoritas diri kita di bawah otoritas kehendak Tuhan. Murid kebenaran akan senantiasa menghidupi dan mempersaksikan Firman Tuhan. Ia pasti rindu untuk menggenapkan semua kehendak Tuhan dalam hidupnya. Ia sadar bahwa kehendak Tuhan itu kekal. Orang-orang Kristen teladan yang telah meninggal sebenarnya sudah meninggalkan jejak-jejak kaki rohani yang kekal. Perjuangan hidup kita adalah menggenapkan kehendak Tuhan. 1 Korintus 10:13 mengingatkan kita untuk mengaitkan segala hal dengan kemuliaan Tuhan. Jika sikap kita tidak berkaitan dengan kemuliaan Tuhan, maka sikap itu tidak berasal dari iman. Jadi dari iman yang sejati, ujung akhirnya adalah kemuliaan bagi Tuhan. Iman itu mendorong kita untuk mencari pengertian. Orang yang beriman akan mencintai kebenaran dan membagikan kebenaran itu.

Apakah kalimat ini benar: ‘tidak perlu doktrin atau teologi. Saya hanya perlu nama Yesus’? Orang yang mengatakan ini merasa tidak membutuhkan pengetahuan. Sebagai manusia kita diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang memiliki aspek kebenaran, pengetahuan, dan kesucian. Dengan pikiran kita mau mengerti kebenaran Tuhan. Kita mau bergaul dengan Tuhan dalam kesucian. Sebagai manusia kita juga memerhatikan etika dan keadilan. Hewan tidak memiliki ketiga hal ini. Kalimat di atas itu salah dan berbahaya. Alkitab mengingatkan kita akan bahayanya nabi palsu (Ulangan 13:1-3 dan 18:20-22). Mereka bernubuat palsu untuk membawa orang-orang jauh dari Tuhan. Mereka memakai nama Allah untuk menipu orang-orang. Menurut Perjanjian Lama, orang-orang seperti itu harus dihukum mati. Tuhan tidak pernah bermain-main dengan kesucian-Nya, kemuliaan-Nya, dan kebenaran. Setan akan terus membuat kepalsuan, jadi kita harus berhati-hati. Orang yang berkata ‘teologi tidak penting’ sebenarnya sudah membangun suatu teologi yang menyatakan bahwa teologi itu tidak penting. Matius 7:15-23 dan 24:3-11 juga menyatakan tentang nabi palsu di akhir zaman. Para pendeta dan rasul palsu itu bagaikan domba, namun sebenarnya mereka adalah serigala. Mereka akan melakukan mukjizat untuk menyesatkan banyak orang. Keberadaan rasul palsu sudah disebut dalam Matius 24:4-5. Mereka menjual nama Tuhan untuk menunjukkan kehebatan diri. Peran nabi dan rasul sudah selesai. Sekarang peran yang masih ada adalah gembala dan penginjil. Orang-orang yang mengaku sebagai nabi atau rasul baru perlu dipertanyakan.

Mengapa kalimat di atas tidak benar? Rasul Paulus menegaskan bahwa keseluruhan Firman Tuhan harus diajarkan dalam Gereja (Kisah Para Rasul 20:26-27). Gereja yang tidak dibangun di atas batu karang yang sejati itu bukanlah Gereja. Orang yang tidak mengerti kebenaran tidak berhak mendirikan Gereja. Jika orang yang tidak mengerti kebenaran mau mendirikan Gereja, maka ia akan menyesatkan banyak orang. Para penilik jemaat harus mengajarkan Firman Tuhan secara menyeluruh, bukan sebagian. Ada pendeta-pendeta yang terus menekankan berkat tetapi tidak pernah menegur dosa. Kita harus berhati-hati dengan pendeta yang demikian. Gereja yang sehat pasti ingin mengerti Firman Tuhan secara menyeluruh. Gereja yang sehat pasti mengajarkan Firman Tuhan dalam prinsip-prinsip yang memimpin praktik dalam hidup. Orang yang hanya mau mengerti hal-hal praktis tanpa prinsip tidak akan bertumbuh. Teologi itu penting untuk mengarahkan bangunan iman kita dengan benar kepada Tuhan.

Mengapa rasul Paulus menegaskan hal itu? Supaya jemaat memiliki iman yang matang dan dewasa (Ibrani 5:14 dan Efesus 4:11-16). Mengapa kita harus mengerti kristologi dengan dalam dan benar? Alkitab menuntut demikian. Jika kita tidak mengerti ajaran-ajaran yang benar, maka kita akan mudah guncang ketika ajaran palsu datang. Tuhan mau kita memiliki iman yang matang dan dewasa. Orang yang matang dan dewasa iman akan siap menerima ajaran yang keras. Ia mau mempelajari semua doktrin. Doktrin itu melengkapi kita agar kita tidak berdosa dalam hal pengajaran. Makanan keras melatih panca indra kita sehingga kita tahu mana yang baik dan yang jahat. Orang yang tidak matang atau dewasa iman berarti tidak memiliki iman yang menyelamatkan. Orang itu bisa memiliki pengetahuan tetapi tidak memiliki iman. Pengetahuannya tidak memimpinnya kepada pengertian yang lebih dalam lagi. Orang yang matang dan dewasa iman tidak akan mudah jatuh ke dalam dosa. Ia tidak akan dengan mudah menerima pengajaran palsu. Pengalaman rohani harus diuji berdasarkan Alkitab. Seluruh pekerjaan, baik yang berhasil maupun tidak, jadi harus diuji. Efesus 4:13 mengajarkan kita untuk mencapai pengetahuan yang benar tentang Allah Anak dan kedewasaan yang penuh sehingga kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengajaran palsu. Tuhan mau kita memiliki kedewasaan dan kematangan iman. Dalam hal itu kita memiliki kecerdasan iman. Orang yang haus akan kebenaran pasti akan memiliki kecerdasan iman. Orang yang cerdas iman bisa membedakan mana ajaran yang benar dan yang palsu. Jemaat Efesus dalam kitab Wahyu itu cerdas iman, namun mereka tidak melakukan penginjilan.

Hati-hati dengan kepalsuan iman yang selalu dikerjakan oleh Iblis dengan cara menanamkan pengetahuan dan pengertian yang salah tentang kebenaran Alkitab mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Jadi ada peperangan iman untuk mengerti kebenaran. Setan tidak akan tinggal diam tetapi terus bekerja untuk menyesatkan manusia. Jadi kita harus mengerti doktrin. Kalimat ‘doktrin tidak penting’ itu tidak benar karena yang pertama: bahaya karena ada Kristus palsu (2 Tesalonika 2:8-10). Dalam zaman akhir ini ada Kristus palsu. Kalimat di atas tidak benar karena hal yang kedua yaitu bahaya karena Injil palsu (Galatia 1:8). Paulus sedih karena jemaat Galatia begitu mudah tertipu oleh Injil palsu. Injil palsu bisa menghasilkan feeling faith (Injil yang ditambah). Injil itu sendiri sudah cukup untuk menyelamatkan orang percaya. Jadi tidak perlu ada penambahan. Injil palsu juga bisa menghasilkan mind faith (Injil yang dikurangi). Ada orang-orang yang menyatakan bahwa ada kalimat-kalimat tertentu dari Alkitab yang harus dikurangi karena tidak dianggap sebagai Firman Tuhan. Alasan ketiga adalah bahaya karena ada Gereja palsu (Wahyu 2:9). Tuhan mengingatkan jemaat di Smirna bahwa akan ada bahaya aniaya, namun mereka diminta setia sampai mati. Orang-orang yang menganiaya itu disebut sebagai Gereja palsu. Alasan keempat adalah bahaya karena ada kebenaran palsu (Roma 10:3). Dalam zaman ini ada banyak kepalsuan. Alasan kelima adalah bahaya karena ada saudara-saudara palsu atau Kristen palsu (2 Korintus 11:26). Pelayanan penginjilan rasul Paulus dihalangi dan dihambat oleh saudara seiman yang palsu. Banyak orang dengan mudah mengatakan: kita semua bersaudara. Kita sebenarnya bersaudara jika iman kita beres. Ada orang-orang yang memakai nama Tuhan dalam pelayanan namun sebenarnya mengincar kekayaan dan ketenaran. Mereka adalah saudara-saudara palsu. Alasan keenam adalah bahaya karena ada tanda-tanda dan mukjizat palsu (Matius 24:24). Pada zaman akhir ini ada banyak tanda palsu yang memakai nama Tuhan. Dalam masa pandemi ada orang-orang yang mau menunjukkan kehebatannya dengan bernubuat palsu. Menurut kitab Ulangan, orang-orang seperti ini seharusnya dihukum mati.

Apa kata Alkitab tentang kepalsuan iman yaitu feeling faith dan mind faith? Mengapa iman perasaan (feeling faith) yang menuntut fenomena rohani disertai dengan semangat dan sukacita dalam beribadah dan juga giat dalam Tuhan (melayani) tidak menyelamatkan? Kita bisa melihat dari Roma 10:1-3. Roma 10:2 berbicara tentang orang yang giat melayani Tuhan tanpa pengertian yang benar tentang Tuhan. Orangseperti itu tidak diselamatkan. Semua pelayanannya berfokus kepada manusia. Ia memuaskan hati sendiri, bukan hati Tuhan. Kebenaran tidak menjadi pokok dalam pelayanannya. Roma 10:3 berbicara tentang orang yang beriman dan beribadah tanpa mengenal kebenaran Allah. Mengapa ada orang-orang yang seperti ini? Kebenaran mereka dibangun berdasarkan pengalaman, bukan kata Alkitab. Kebenaran tidak boleh dikompromikan. Mereka tidak mau diajar (back to Bible) dan suka memaksa iman. Mereka juga suka memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang mereka minta. Jadi mereka memaksakan kehendak diri dan menjual nama Tuhan. Gerakan ini biasanya anti-rasional. Bagi orang-orang penganut iman perasaan, rasio dianggap sebagai musuh iman. Mereka mengandalkan pengalaman karena iman dianggap tidak cukup. Alkitab menyatakan bahwa karunia Roh Kudus diberikan agar kita menggenapkan kehendak Allah, bukan untuk memamerkan fenomena-fenomena rohani. Kita tetap melibatkan perasaan dalam ibadah, namun perasaan tidak boleh memimpin. Iman harus memimpin pikiran dan perasaan serta sikap kita.

Mengapa iman pikiran (mind faith) yang menuntut pengetahuan tentang Tuhan secara faktual dan rasio juga tidak menyelamatkan? Yakobus 2:19 menyatakan bahwa Setan pun memiliki pengetahuan. Setan-setan yang bertemu dengan Yesus pun memiliki pengetahuan. Kita tidak menolak rasio, bahkan kita harus memakai rasio. Rasio kita harus ditundukkan di bawah kebenaran Tuhan. Kita bisa melihat dari Roma 1:18-21. Jadi iman pikiran tidak selalu mengandung iman karena tidak mengandung hal-hal yang kekal dan pembentukan karakter. Iman pikiran tidak menyelamatkan karena orang itu bisa mengetahui siapa Kristus namun hanya secara fragmen dan menolak secara komprehensif tentang siapa Kristus seperti yang dinyatakan Alkitab. Alasan kedua adalah orang itu memakai standar rasio untuk menerima kebenaran. Ini berarti hal-hal yang tidak masuk akal dari catatan Alkitab akan ditolak. Gerakan ini biasanya anti-supranatural karena apriori memperbudak rasio. Sebelum mempelajari Alkitab, mereka sudah membuat benteng sehingga mereka tidak mengerti Alkitab. Matius 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Orang Yahudi hebat pengetahuannya namun mereka tidak selamat. Mereka saleh secara lahiriah, namun hati mereka tidak takut akan Tuhan. Maka dari itu kita tidak boleh seperti mereka untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Pengetahuan yang benar akan menggarap sikap dan kesalehan kita sehingga kita menjadi orang-orang yang sungguh takut akan Tuhan.

Jadi pengetahuan tentang Allah yang sejati atau yang sempurna itu seperti apa? Seperti yang dikatakan dalam Yohanes 17:3. Kita harus mengenal satu-satunya Allah yang benar yaitu Allah Tritunggal di dalam Yesus Kristus. Jadi doktrin Allah Tritunggal tidak boleh salah.

STUDI KASUS: Ayub 42:5-6

            Ayub sendiri sudah saleh dan rohani. Ia adalah pengusaha yang hebat. Namun ketika Tuhan mengujinya, semua konsep teologinya terbongkar. Ia menyalahkan Tuhan. Dari semua temannya, hanya Elihu yang bisa memimpinnya kepada kebenaran. Pada akhirnya Ayub bertobat dan tidak menyalahkan Tuhan. Ia tidak berani menganggap dirinya benar. Melalui penderitaan dan kesulitan ia mengenal Tuhan. Pergumulannya membarui teologinya. Orang Kristen tanpa pengetahuan dan pengertian yang benar tentang Allah Tritunggal adalah orang Kristen tanpa kandungan iman. Pengetahuan dan pengertian tentang Allah Tritunggal harus selaras dengan kehidupan sehari-hari – menghidupi Firman Tuhan (Matius 7:24). Firman Tuhan harus menjadi fondasi hidup kita. Iman, pengetahuan, dan keselamatan tidak bisa dipisahkan.ks

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PENGERTIAN YANG BENAR

1) Pengetahuan yang menuntun orang tersebut untuk mengenal dirinya sendiri di dalam Tuhan (image of God). Dan ketika seseorang semakin mengenal Allah dan mengenal dirinya maka ia akan semakin menyadari dirinya adalah orang yang tidak berharga dan terus merendahkan dirinya di hadapan hadirat Tuhan (lihat Yesaya 6:5 dan Lukas 5:8).

2) Kemudian ia akan menaati Firman Tuhan dan semakin mengasihi Kristus (lihat Yohanes 14:15, 21 dan 1 Yohanes 5:3). Menaati Allah berarti memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang Dia (lihat Yohanes 7:17 dan Amsal 1:7; 9:10).

3) Pengetahuan yang sejati akan Allah akan mengakui ketuhanan Kristus di atas segalanya (lihat Yeremia 9:23-24 dan Roma 10:9-10).

4) Pengetahuan seperti ini akan menghasilkan kesucian hidup yang semakin meningkat di dalam dirinya (lihat Ibrani 12:14, Efesus 4:24, Kolose 3:10, dan Roma 8:29).

5) Pengetahuan seperti ini juga akan mendorong dia untuk menaklukkan setiap pikiran dunia di bawah pikiran Yesus Kristus (lihat 2 Korintus 10:5) dan menggenapkan mandat memerintah yaitu mandat budaya dan mandat Injil (Kejadian 1:26-28 dan Matius 28:18-20).

            Jadi pengetahuan tentang Allah ini sangat penting dalam kehidupan orang percaya. tanpa unsur-unsur tentang pengetahuan yang menyelamatkan dan pengetahuan dasar-dasar tentang iman Kristen yang mendasar, maka kehidupan kekristenan sering menjadi tidak produktif, bahkan menjadi semu atau tidak berharga.

KESIMPULAN

1) Pengetahuan yang benar dan menyelamatkan tidak cukup jika hanya tahu tentang siapa Kristus tetapi tidak mau mengerti secara komprehensif tentang fakta-fakta dan informasi tentang Kristus dalam karya-karya-Nya secara menyeluruh.

2) Pengetahuan yang bersifat fragmen tetapi tidak mengakui atau setuju terhadap kebenaran dari Alkitab secara keseluruhan adalah pengetahuan yang tidak menyelamatkan. Ini adalah iman pikiran atau Injil yang dikurangi.

3) Pengetahuan yang menyelamatkan bukan hanya setuju, mengakui kebenaran Alkitab saja dan memercayakan dirinya pada Kristus. Tetapi ia harus rela untuk menghidupi (menaati) seluruh perintah dan pengajaran Yesus, maka ia pasti diselamatkan.

4) Pengetahuan dan pengertian tentang Allah yang benar akan menuntun pada pertumbuhan iman berkaitan dengan mengasihi Allah, sesama manusia, dan kebenaran Alkitab – from faith to faith (Yohanes 17:3).

Jadi kita harus mengejar pengertian yang benar dari Alkitab. Itu akan memimpin hidup kita menjadi benar di hadapan Allah. Di sana keselamatan kita bisa dikaitkan dengan penggenapan kehendak Allah. Ajaran palsu akan mengarahkan hidup kita kepada kepalsuan karakter rohani dan kesalehan. Pengajaran yang benar bisa membawa kepada iman yang benar. Namun pengajaran yang salah bisa menyesatkan.

Q & A

Q. Apakah kesalahan dalam mengenal Allah Tritunggal (misalnya Sabelianisme, wrong christology, wrong pneumatology) menyatakan bahwa memang orang tersebut dan pengajarnya akan menerima hukuman kekal?

A. Alkitab menyatakan contoh-contoh ajaran palsu. Dalam jemaat Galatia ada pergumulan tentang Injil yang palsu. Surat Yudas menyatakan tentang iman yang dipalsukan oleh orang-orang tertentu. Surat Wahyu juga menyatakan tentang ajaran-ajaran palsu. Para pengajar palsu ini pasti dihukum. Yesus berkata: Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut (Matius 18:6). Hukuman diberikan kepada penyesat dan orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran. Pikirannya akan diserahkan kepada kecemaran (Roma 1). Jadi ada hukuman dalam hati dan pikiran. Semua itu terjadi dalam kedaulatan Tuhan. Kita tidak perlu menghakimi orang-orang seperti itu. Tugas kita adalah membawa jiwa mereka kembali kepada Tuhan. Kita harus memerhatikan teguran Tuhan Yesus kepada jemaat Efesus yang kehilangan kasih mula-mula. Jadi kita harus berfokus untuk memenangkan jiwa-jiwa. Kita membenci dosa namun mengasihi jiwa-jiwa. Jadi orang-orang yang sesat seharusnya tidak kita hakimi tetapi kita bimbing secara perlahan sampai mereka mendapatkan ajaran yang benar.

Q. Kristen bukan agama (bawah ke atas) tetapi dari atas ke bawah. Lalu bagaimana dengan konsep ‘agama Kristen’? Apakah ada signifikansinya?

A. Istilah ‘Kristen’ dalam Kisah Para Rasul sebenarnya merupakan suatu ejekan. Kita adalah pengikut Kristus, bukan pengikut agama. Kekristenan lahir dari atas ke bawah. Kita harus mengerti rahasia inkarnasi Kristus yaitu mengapa Allah rela menjadi manusia. Di dalam kekristenan kita percaya bahwa orang yang dipilih itu memiliki iman dalam Yesus Kristus. Pusat kekristenan dan Gereja adalah Kristus. Organisasi, administrasi, dan pelayanan sosial bukanlah pusatnya, walau itu semua penting. Kekristenan bukan berasal dari bawah ke atas. Itu adalah kekristenan berdasarkan kata manusia. Kekristenan yang sesungguhnya adalah dari atas ke bawah untuk membawa kita yang hina menjadi mulia karena Kristus. Kristus mencari kita yang mati dalam dosa untuk diselamatkan. Ia mati dan bangkit agar kita mendapatkan hidup yang kekal bersama dengan Kristus. Kita dimampukan untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang mulia. Perubahan hidup kita adalah karena belas kasihan Tuhan dari atas ke bawah yaitu pekerjaan Allah Roh Kudus yang menggarap kita. Kekristenan harus melalui kelahiran baru dan pertobatan sejati, bukan warisan orang tua. Kekristenan karena warisan itu tidak menyelamatkan. Kekristenan itu adalah Kristus yang mengubah hati kita melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Kemuliaan Tuhan itu nyata tanpa kita harus bela.

Q. Dalam beberapa kondisi, orang Kristen yang sudah bertobat akan mengalami kelesuan rohani. Bagaimana memandang tanggung jawab orang Kristen terhadap iman yang harus dipelihara?

A. Tuhan mengizikan kita mengalami jatuh-bangun. Namun kita harus mengingat pentingnya pemuridan. Jika kita tidak memiliki kelompok pemuridan, maka setidaknya kita harus menggarap diri sendiri. Kita harus belajar disiplin rohani dalam pembacaan Alkitab, doa, dan ibadah. Saat sedang jatuh, kita harus memohon ampun dan memohon agar kita bangkit. Daud mengalami kejatuhan saat ia menjadi raja, namun ia bertobat setelah menerima teguran. Sampai tua ia tidak lagi jatuh ke dalam dosa yang sama. Kita harus mengutamakan Tuhan setiap saat karena hidup kita sudah menjadi milik Kristus. Kita bisa jatuh, namun kita tidak boleh tertidur dalam dosa. Di sana kita harus berdoa agar Allah Roh Kudus memukul kita. Jika kita tidak mau taat, maka kita harus bersiap menerima pukulan dari Tuhan agar kita kembali. Masa pandemi ini bisa menyadarkan kita untuk kembali kepada Tuhan. Kesombongan manusia bisa dihancurkan melalui masa pandemi ini. Melalui masa pandemi ini Tuhan juga menguji dan memurnikan iman dan hidup kita.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Iman, Pertobatan Sejati, dan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

02 Mei 2020: Iman, Pertobatan Sejati, dan Keselamatan

PENDAHULUAN

            Kita akan membahas tentang iman, pertobatan sejati, dan keselamatan. Pertama-tama kita akan melihat pendahuluan:

Paulus mengatakan kepada orang-orang di Atena ‘Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat’ (Kisah Para Rasul 17:30).

            Latar belakang ini harus kita mengerti. Ternyata Tuhan sangat menginginkan semua orang bertobat. Namun masalahnya, banyak orang yang mau bertobat dan mendapat hidup kekal telah tersesat dalam agama. Jadi Paulus mengingatkan bahwa agama, filsafat, dan perbuatan baik itu tidak menyelamatkan. Keselamatan kita adalah nama Yesus Kristus. Apa yang tercatat ini mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah kebutuhan untuk semua orang. Maka dari itu Paulus berkata bahwa kita semua perlu bertobat, karena kita adalah orang berdosa. Orang berdosa adalah orang yang tidak memiliki jaminan hidup kekal di dalam Tuhan.

Saat Tuhan Yesus ditanya: apa yang harus diperbuat supaya mereka ‘mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah’? Ia menjawab: ‘inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus oleh Allah’ (Yohanes 6:29).

            Bagian ini berkaitan dengan keselamatan, iman, dan ketaatan. Dalam bagian ini ternyata masalah manusia yang terbesar adalah manusia sudah kehilangan keselamatannya karena manusia sudah berdosa. Kebutuhan manusia yang paling pokok adalah keselamatan. Di sini Tuhan Yesus pun menekankan tentang kehendak Allah yang terbesar untuk kita genapkan secara pribadi yaitu kita harus percaya kepada Yesus yang diutus oleh Allah Bapa untuk datang menyelamatkan kita. Di sini kita melihat latar belakang yang kedua yaitu Tuhan datang untuk memberikan kepada kita satu jaminan keselamatan, kebenaran, dan hidup. Yesus sudah mengerjakan semua itu bagi kita.

Di dalam 1 Yohanes 3:23 dikatakan ‘dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, anak-Nya…’

Dalam Kisah Para Rasul 4:12 ditulis: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Jadi tidak ada nama lain yang menyelamatkan selain nama Yesus. Ada orang-orang yang bertanya: apakah benar bahwa keselamatan itu hanya dalam nama Yesus? Apakah benar bahwa di luar Kristus tidak ada keselamatan? Jika kita membaca seluruh kata Alkitab, maka kita akan mengerti bahwa Kristus datang untuk memberikan kepada kita solusi bagi masalah terbesar manusia yaitu dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan perbuatan baik. Dosa mendatangkan hukuman dan murka Allah. Murka Allah tidak bisa diredakan dengan kesalehan dan kebaikan manusia. Kita bisa selamat hanya ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita secara pribadi.

Dari ketiga bagian ini kita melihat bahwa Paulus menekankan pentingnya pertobatan. Tuhan Yesus Kristus mengajarkan kita untuk percaya kepada Dia. Dua bagian ini menjelaskan kepada kita esensi yang harus kita pegang ketika kita mengasihi Allah dan sesama.

PEMBAHASAN

            Ada sebuah gambar yang menunjukkan bahwa manusia itu seperti tenggelam dan tidak punya pengharapan. Ia akan kehilangan tenaga dan tenggelam lalu mati. Tanpa pertolongan, ia pasti mati. Ia membutuhkan tangan yang bisa menolongnya. Bisakah gambar itu mewakili keselamatan Kristen? Ada satu hal yang bisa mewakili yaitu bahwa manusia bisa diselamatkan hanya jika Allah berinisiatif menyatakan kasih-Nya. Manusia dalam keberdosaannya tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Manusia sudah rusak dan hancur sehingga tidak ada yang bisa menyelamatkannya selain Tuhan. Keselamatan itu bisa terjadi hanya jika Allah memberikan anugerah. Allah Roh Kudus berinisiatif menanamkan iman bagi umat pilihan. Jadi iman itu bukanlah upaya manusia yang mau percaya. iman itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Jadi hasrat untuk mengenal Tuhan yang sejati itu berasal dari pekerjaan Allah Roh Kudus. Tanpa pertolongan Allah Roh Kudus, tidak akan ada hasrat yang benar. Jadi Allah-lah yang memberikan iman dalam hati kita sebelum kita menyatakan kelahiran baru dan pertobatan kita.

            Mungkin kita pernah bertanya: lahir baru, iman, atau pertobatan dahulu? Bagaimana urutannya? Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita dipilih untuk diselamatkan. Dalam waktu-Nya, Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam hati kita. Iman itu memampukan kita untuk memiliki kesadaran iman. Akhirnya secara pribadi kita tahu bahwa kita adalah orang berdosa ketika kita mendengar Firman Tuhan. Kita juga menjadi tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat kita. Akhirnya kita berkomitmen untuk bertobat. Itulah kelahiran baru. Orang lain akan bisa melihat perubahan perasaan dan sikap kita. Kelahiran baru adalah pekerjaan Allah Roh Kudus. Pertobatan adalah tindakan manusia untuk menyatakan bahwa dirinya sudah menjadi orang yang berbeda di dalam Tuhan. Allah melalui pekerjaan Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam hati kita sehingga kita bisa memberikan respons dan memiliki kesadaran iman yang memimpin kelahiran baru kita. Akhirnya kemudian kita bisa bertobat dan di situlah kita bisa menikmati pertobatan.

            1) Benarkah kalimat ini: ‘keselamatan orang Kristen tergantung pada imannya’? Kita pasti pernah mendengar kalimat ini. Ini adalah kalimat yang salah. Di manakah salahnya? Objek imannya adalah kekuatan dirinya (bandingkan Efesus 2:8-10). Kita selamat bukan karena upaya diri kita, kesalehan, atau pengorbanan kita. Manusia berdosa, yang sudah terpisah dari Allah yang suci, tidak mungkin bisa mendekat kepada Tuhan dengan kekuatan sendiri. Yesaya dan surat Roma menegaskan hal itu. Tidak ada manusia berdosa yang mencari Tuhan. Natur kita sudah berdosa. Pikiran, perasaan, dan tindakan kita sudah tercemar oleh dosa. Efesus 2:8-10 menyatakan bahwa keselamatan itu adalah anugerah dari Tuhan Yesus Kristus. Tanpa anugerah, semua perbuatan baik kita menjadi sia-sia. Mengapa sia-sia? Karena itu semua adalah upaya diri sendiri. Sedikit saja keberdosaan sudah membuat kita berdosa. Jadi kita diselamatkan bukan karena iman kita. Kalimat yang benar adalah: keselamatan orang Kristen tergantung pada iman dalam Yesus Kristus (Lukas 5:17-26). Jadi iman itu bukan berkaitan dengan agama, perbuatan baik, dan ketaatan. Kekristenan bukanlah agama. Agama dibangun dari bawah ke atas, namun kekristenan itu dibangun dari atas ke bawah, di mana Allah Bapa mengutus Allah Anak ke dunia untuk mencari kita yang berdosa. Ia melahirbarukan, mempertobatkan, dan memimpin kita untuk memiliki kesucian hidup sehingga kita menjadi serupa dengan Tuhan.

Lukas 5:17-26 menyatakan kepada kita kisah seorang lumpuh yang diturunkan dari atap ke hadapan Yesus. Saat itu Yesus berkata bahwa orang itu memiliki iman. Tuhan Yesus berkata: dosamu sudah diampuni. Perkataan Yesus tersebut ditentang oleh para pemimpin agama. Yesus juga menyembuhkan orang lumpuh itu. Bagian yang penting dalam bagian ini adalah iman orang itu kepada Tuhan Yesus. Yesus menyelamatkan jiwa orang itu dahulu baru kemudian Yesus menyembuhkan orang itu. Banyak orang berdoa: Tuhan, sembuhkanlah aku dahulu baru kemudian akan percaya. Dalam beberapa kasus, Tuhan memang menyembuhkan dan setelah itu orang itu percaya. Namun kita harus berhati-hati dalam bagian ini. Bagaimana jika Tuhan tidak memberikan kesembuhan? Apakah ia mau percaya jika tidak disembuhkan? Objek iman orang itu adalah kesembuhannya sendiri. Objek iman kita seharusnya adalah Kristus dan semua perintah-Nya. Orang lumpuh itu menjalankan semua perintah Yesus. Warisan keluarga, perkataan orang tua, dan pengalaman rohani tidak boleh menjadi pengganti Yesus sebagai objek iman kita. Kita menghidupi keselamatan kita dengan menjalankan semua perintah-Nya. Jadi keselamatan orang Kristen bukan bergantung pada iman. Inisiatif bukan datang dari manusia tetapi dari Allah. Allah aktif dan kita pasif.

2) Benarkah kalimat ini: ‘iman tidak cukup untuk keselamatan seseorang, jadi perlu ada tambahan karunia’? Allah Roh Kudus memberikan karunia-karunia. Karunia yang terpenting adalah karunia untuk bernubuat. Karunia bahasa Roh adalah yang paling bawah. Bahasa Roh dikatakan akan berlalu, namun kasih itu akan selalu ada. Ada yang menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki karunia bahasa Roh atau karunia lain tidak mungkin selamat. Mereka menyatakan bahwa iman itu tidak cukup. Ini adalah kalimat yang salah. Ini salah karena objek imannya adalah fenomena rohani (Matius 7:22-23). Matius 7:22-23 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! Orang yang berbicara tersebut ternyata memiliki banyak karunia. Ia telah melakukan banyak mukjizat dan mengusir Setan. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa Covid-19 akan berhenti setelah Jumat Agung, Paskah, atau Pentakosta, namun bagaimana jika penyebaran Covid-19 tidak berhenti? Para hamba Tuhan tersebut menyatakan bahwa nubuatan mereka berasal dari Tuhan. Jadi jika mereka salah, maka itu berarti Tuhan salah. Itu juga terjadi dalam Matius 7:22-23. Mereka mengejar fenomena rohani yang membuat dirinya dipuji. Namun seringkali hamba Tuhan seperti ini memiliki banyak pengikut. Semua itu tidak menunjukkan iman yang menyelamatkan.

Apa kalimat yang benar? Iman di dalam Kristus itu sempurna untuk memimpin pada pengalaman rohani: lahir baru – pertobatan sejati (Yohanes 3:1-21). Jadi iman dalam Yesus Kristus tidak perlu ditambah atau dikurangi. Jika iman itu perlu ditambah, maka itu berarti bahwa kematian Yesus Kristus di atas kayu salib tidak sempurna. Itulah kejahatan teologi. Teologi yang sesat pasti menggeser Kristus dari pusat kekristenan. Ada pula teologi yang mengurangi bagian lahir baru dan pertobatan. Semua itu sesat. Teologi yang benar pasti mengakui bahwa karya keselamatan Kristus itu sempurna. Wahyu 13 menyatakan bahwa di zaman akhir akan ada hamba-hamba Tuhan yang menyesatkan Gereja dengan fenomena-fenomena rohani yang menjauhkan kita dari salib Kristus. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus itu sempurna. kelahiran baru itu dikerjakan oleh Roh Kudus. Kelahiran baru itu menggerakkan nilai pertobatan yang sejati sehingga kita sungguh-sungguh membenci dosa dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam hidup kita akan terjadi pembaruan akal budi, perasaan, dan pola hidup. Kita akan digerakkan untuk melayani dalam komitmen.

Saat berbicara dengan Nikodemus, Yesus berkata: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16) dan Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (ayat 5). Kelahiran baru adalah pekerjaan Allah Roh Kudus. Orang yang sudah lahir baru akan melihat Kerajaan Allah. Banyak orang tidak melihat indahnya melayani Tuhan dan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Tanpa kelahiran baru, orang-orang tidak akan bisa mengerti hal ini. Ketika sudah lahir baru, kita akan memakai kacamata rohani. Orang-orang mengejar sukacita dalam harta, kenikmatan, dan lainnya, namun sukacita yang terbesar sesungguhnya adalah melihat pertobatan jiwa-jiwa. Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Kita berbahagia ketika kita dipakai untuk menjangkau jiwa-jiwa.

Keselamatan dari Yesus itu sempurna. Tidak perlu ditambahkan dengan ketaatan dan ritual agama. Semua kutuk dalam diri orang percaya sudah diputuskan oleh Yesus. Penjahat di sebelah Yesus yang bertobat berkata: Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja (Lukas 23:42). Yesus menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (ayat 43). Tuhan Yesus tidak memberikan syarat apapun kepada penjahat itu agar bisa selamat. Tuhan Yesus tidak menuntutnya untuk memakai karunia-karunianya terlebih dahulu. Jadi keselamatan dalam Yesus itu sempurna. Setelah diselamatkan, kita akan diberikan karunia-karunia untuk dipakai dalam pekerjaan baik yang Tuhan sudah siapkan (Efesus 2:10). Objek iman kita seharusnya adalah nomena rohani yaitu semua kebenaran Tuhan. Kebenaran itulah yang kita cari dan kebenaran itulah yang memerdekakan kita dari dosa. Kebenaran itu membentuk kita menjadi orang yang baru di dalam Tuhan dan memampukan kita menjadi orang-orang yang berbeda di dunia. Dalam pengudusan progresif, kita dipimpin oleh kebenaran di dalam iman. Orang yang memiliki objek iman ini pasti akan mencintai kebenaran sesuai Alkitab. Jadi kita harus mengerti kebenaran. Ada orang-orang yang mengaku beriman tetapi pengetahuannya salah. Mungkinkah iman yang benar menghasilkan pengetahuan yang salah? Apakah ini bisa memimpin kepada keselamatan yang benar? Pimpinan Allah Roh Kudus tidak mungkin salah bagi kita. Kita diberikan iman mula-mula dengan pengetahuan yang benar.

3) Benarkah kalimat ini: ‘iman tidak cukup untuk keselamatan seseorang, perlu ada tanda rohani (bandingkan Kisah Para Rasul 8:9-25)’? Kalimat ini salah karena objek imannya adalah kesalehan lahiriah (Lukas 13:22-30). Setelah mendengar Injil, Simon si penyihir itu bertobat. Namun ‘Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka’ (ayat 18). Ia mau membeli kuasa yang dimiliki para Rasul. Namun Petrus menjawab: …Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan (ayat 20-23). Dalam bagian ini kita melihat bahwa keselamatan Simon belum tuntas. Ia masih membawa kebiasaan sebagai tukang sihir.  Jadi Petrus dan Yohanes membongkar dosanya. Filipus tidak melihat hal tersebut, namun para Rasul mengetahuinya. Orang yang sudah bertobat adalah orang yang sudah meninggalkan semua hidup lamanya. Ia telah berubah 180 derajat. Ini tidak terjadi dalam hidup Simon.

Satu bagian dari Lukas 13:22-30 menyatakan hal yang mirip dengan Matius 7:22-23. Mereka seolah telah melakukan hal-hal besar, namun hati mereka bukanlah untuk Tuhan. Mereka seolah mengenal Tuhan tetapi Tuhan tidak mengenal mereka. Banyak orang yang terlihat saleh ternyata tidak saleh di dalam Yesus Kristus. Mereka terlihat baik secara keagamaan, namun hidup mereka tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Kesalehannya tidak memimpinnya untuk menjalankan kehendak Tuhan. Jadi kesalehannya adalah kesalehan yang sia-sia. Simon berpikir bahwa iman itu harus ditambahkan dengan tanda rohani. Kuasa seolah disamakan dengan kesalehan sehingga ia mau membeli kuasa. Alkitab mengajarkan kita untuk tidak memamerkan kesalehan. Orang rohani justru tidak mempertontonkan kerohaniannya. Ia berfokus untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Banyak orang salah dalam bagian ini. Setan bisa bekerja untuk menyesatkan banyak orang dalam hal ini. Ada orang-orang yang imannya sudah benar namun mendapatkan teologi yang salah. Akhirnya mereka tidak sungguh-sungguh efektif hidup sebagai anak-anak Tuhan. Kalimat yang benar adalah: ‘iman di dalam Kristus itu sempurna untuk memimpin perubahan hidup sebagai anak Allah: buah rohani (Yohanes 15:16)’. Jadi kita tidak perlu meminta tanda-tanda rohani. Kuasa Tuhan itu besar, namun tidak pernah dipertontonkan secara murahan. Ketika Tuhan menyatakan bahwa kita akan melakukan hal-hal yang lebih besar daripada Tuhan Yesus (Yohanes 14:12), maka itu bukan berarti bahwa kita akan menjadi lebih hebat daripada Tuhan Yesus. Secara kuantitas, kita mungkin saja melayani lebih banyak orang, namun secara kualitas kita tidak mungkin melampaui Tuhan Yesus. Kita tidak mungkin menjadi sederajat dengan Tuhan Yesus karena Ia adalah Allah Pencipta sedangkan kita adalah ciptaan. Hamba Tuhan tidak boleh bertindak seperti dukun yang mengumbar kuasa.

Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Kita yang diselamatkan diutus untuk menghasilkan buah yang tetap. Buah yang pertama adalah buah penginjilan. Buah penginjilan tidak mungkin bisa ditiru oleh Setan. Nubuat dan mukjizat bisa ditiru. Para ahli sihir Firaun bisa melakukan sihir. Namun penginjilan itu tidak bisa ditiru. Pada akhirnya Tuhan akan bertanya kepada kita tentang apa yang sudah kita kerjakan bagi-Nya. Kita tidak bisa membawa harta dan ketenaran kita kepada Tuhan. Namun upaya membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan itu pasti tercatat di surga. Buah rohani yang kedua adalah perubahan karakter yang menjadi semakin serupa Tuhan (Galatia 5:22-23). Karakter kita yang berubah di dalam Tuhan merupakan tanda pertobatan yang sejati. Perubahan itu tidak bersifat hanya fenomena. Perubahan karakter itu membuat kita melihat harta bukan sebagai hal yang terpenting. Warisan yang terpenting adalah iman. Iman itu memimpin pembaruan karakter kita. Buah rohani yang ketiga adalah hidup yang punya nilai kesaksian. Kristus hidup dalam diri kita, maka dari itu hidup kita bisa menjadi kesaksian. Hidup yang menjadi batu sandungan perlu dipertanyakan keselamatannya. Ketiga buah rohani ini jauh lebih penting daripada kuasa dan mukjizat. Jika kita memiliki ketiga buah ini, maka kita akan disebut sebagai hamba yang setia. Kita akan diterima oleh Tuhan, tidak seperti orang-orang yang disebut dalam Matius 7:22-23.

Objek imannya adalah kesalehan dan kerohanian yang serupa dengan Tuhan. Pusat kekristenan adalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Kristus tidak boleh digeser dan digantikan dengan agama, fenomena rohani, atau kesalehan palsu. Orang-orang yang menggeser Kristus akan teruji di dalam waktu. Kita terikat dalam tubuh Kristus yang melampaui waktu dan tempat. Kita bisa menguji keselamatan seseorang dengan melihat kesalehan dan kerohanian hidupnya. Dalam kesulitan dan tantangan, kesalehan palsu pasti gugur. jadi kesalehan itu tidak perlu dipertontonkan. Kesalehan itu adalah kerinduan untuk senantiasa dekat dengan Firman Tuhan dan kehendak Tuhan. Kerohanian adalah tindakan dan sikap kita yang mengaitkan apapun dengan Firman Tuhan dan kehendak Tuhan.

4) Benarkah kalimat ini: ‘keselamatan seseorang tidak perlu melalui kelahiran baru, cukup dengan keyakinan dan memegang tradisi (bandingkan Lukas 18:18-27)’? Ini adalah kalimat yang salah karena objek imannya adalah pilihannya menjadi orang Kristen (Lukas 18:9-14). Ada orang tua yang mengajarkan bahwa anak-anaknya cukup memegang tradisi dari nenek moyang yang sudah Kristen. Akhirnya mereka sebagai orang Kristen hanya menjalankan rutinitas keagamaan. Kekayaan bisa menghambat keselamatan karena bisa menggoda pemiliknya untuk menuhankan harta. Pemimpin dalam Lukas 18:18-27 itu sudah menjalankan kewajiban agama dan menjalankan tradisi namun ia terikat pada harta. Ketika Yesus menyuruhnya untuk menjual semua hartanya, ia pergi meninggalkan Yesus. Ia menginginkan pujian dari Yesus dan tidak merasa membutuhkan Yesus untuk keselamatannya. Yesus pernah berkata: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:26). Setan pernah menjanjikan kerajaan-kerajaan dunia kepada Yesus, namun Yesus langsung menolaknya. Harta dari dunia dan Setan bisa menjauhkan kita dari Tuhan, namun harta dari Tuhan akan menggerakkan kita untuk memakainya demi kemuliaan Tuhan. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat terlihat begitu hebat dalam keagamaan. Mereka suka berkompetisi dalam hal kerohanian dan merasa diri begitu hebat. Namun Tuhan tidak melihat mereka sebagai orang benar. Justru Tuhan berkenan kepada pemungut cukai yang sadar bahwa dirinya tidak layak dan berdosa. Kekristenan bukanlah soal kita memilih Kristus tetapi Kristus yang memilih kita.

Kalimat yang benar adalah:  keselamatan orang Kristen harus melalui kelahiran baru dan pertobatan sejati (Kisah Para Rasul 9:1-19a, bandingkan dengan Yohanes 3). Keyakinan kita harus berdasar pada iman. Iman itu melampaui rasio. Saulus yang begitu hebat dalam keagamaan pun ternyata harus mengalami kelahiran baru dan pertobatan sejati. Nikodemus pun demikian. Agama tidak menyelamatkan, hanya Tuhan Yesus Kristus yang bisa menyelamatkan. Objek iman dalam bagian ini adalah pengampunan dosa dan penebusan dari Kristus. Banyak orang menjadi Kristen karena alasan yang remeh seperti demi pacar, karena keluarga, dan lainnya. Ada orang yang mengaku Kristen kembali ke agamanya yang lama karena pasangannya yang Kristen sudah meninggal. Ada orang-orang yang berpindah agama demi menyenangkan atasannya. Jadi situasi memengaruhi status agama mereka. Itu bukanlah iman. Di sana tidak ada jaminan keselamatan. Orang yang sudah diselamatkan akan sadar bahwa dirinya berdosa dan bahwa dirinya butuh pengampunan dan penebusan dari Tuhan. Penebusan yang sejati hanya bisa ditemukan dalam Yesus Kristus. Paulus bertobat karena ia sadar bahwa dalam agamanya tidak ada jaminan pengampunan dosa dan penebusan. Kelahiran baru dan pertobatan sejati itu sangat penting. Kedua hal ini seperti pintu yang dibukakan sehingga kita bisa mengalami pengalaman rohani bersama dengan Tuhan. Tanpa kedua hal ini, kita belum mendapatkan esensi itu atau kita baru berada di fenomena saja. Kita belum masuk dan mendapatkan hati Tuhan.

STUDI KASUS (Ibrani 5:11-6:8)

            Ada orang Kristen yang tanpa pertumbuhan rohani. Ia menjadi bayi rohani terus. Ia adalah orang Kristen tanpa benih iman dalam Kristus (Ibrani 5:11-14). Orang ini hanya mau meminum susu dan tidak mau memakan makanan keras dari Firman Tuhan. Ia menjadi Kristen hanya karena tradisi atau warisan. Jadi ia hanya ikut-ikutan. Dalam ujian waktu, keasliannya akan tampak. Ia menerima semua ajaran tanpa memikirkan baik-baik apakah semua itu sesuai Firman Tuhan atau tidak. Ia tidak mau menguji kebenaran dalam ruang dan waktu. Orang itu tidak bisa membedakan antara kebenaran yang sejati dengan yang palsu. Ada orang-orang Kristen yang berkata bahwa kebenaran tidak perlu diperdebatkan. Padahal orang-orang yang mencintai kebenaran seharusnya memikirkan kebenaran dengan ketat. Semua yang tidak benar harus ditolak, tidak bisa diterima begitu saja. Kita harus mengikut apa kata Alkitab, bukan kata manusia. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa ia telah ditipu oleh Roh Kudus mengenai Covid-19. Ini adalah hamba Tuhan yang kurang ajar. Setiap orang harus kembali kepada kebenaran Tuhan. Iman bertumbuh ketika Firman Tuhan itu didengar dan masuk ke dalam hati.

            Ada pula orang Kristen yang memiliki pengalaman rohani tanpa kelahiran baru serta pertobatan sejati. Ia adalah orang Kristen tanpa iman (Ibrani 6:1-8). Mereka pernah diterangi hatinya namun murtad, bukan murtad lagi. Orang seperti ini memang dari mulanya tidak memiliki benih iman yang menyelamatkan. Namun pada ayat ke-9 dituliskan: Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. Pengalaman rohani bisa ditiru oleh Iblis dan bisa dibuat-buat. Ujian kekayaan, kesulitan, dan tantangan akan membuat orang-orang yang tidak memiliki iman yang sejati mundur.

KESIMPULAN

1) Iman bukanlah hasil dari usaha manusia (yang ingin beriman), tetapi semata-mata anugerah Tuhan (Roma 12:3, Efesus 2:8). Iman adalah anugerah untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran, dan satu-satunya kehidupan (Yohanes 14:6, 1 Yohanes 4:1-3).

2) Iman sebagai dasar keselamatan di dalam Yesus Kristus itu sempurna. Tetapi iman berkaitan dengan hidup tidak dianugerahkan sekali sempurna, tetapi harus dikerjakan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12). Iman kita harus bertumbuh melalui pembacaan Firman Tuhan senantiasa.

3) Iman harus dikerjakan, digumuli, dan diterapkan sesuai dengan Firman Tuhan (2 Timotius 3:16-17). iman yang dianugerahkan harus menjadi tindakan iman (Yakobus 2:17), dan tindakan iman ‘act of believing’ yang sejati hanya ada dalam sangkut pautnya dengan Firman Tuhan dan kehendak-Nya. Tindakan iman yang sejati adalah respons terhadap kebenaran Firman Tuhan, selain itu bukan tindakan iman yang benar. Banyak orang bisa mengaku telah mendengar suara Tuhan, namun jika semua itu tidak ada kaitan dengan Firman Tuhan maka semua itu tidak ada artinya.

4) Iman tidak sama dengan perasaan beriman (feeling faith: keyakinan). Banyak orang mampu menciptakan ‘inner sense of certainty’ (keyakinan batin) bahwa mereka orang Kristen, bahkan percaya bahwa Allah akan memberikan apa yang mereka minta. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melakukan deliberate deception (penipuan terhadap diri sendiri). Iman yang kita mau adalah true faith.

5) Kelahiran baru adalah pekerjaan supranatural Allah semata-mata di mana manusia pasif dan tidak berbagian apa-apa. Tuhan Yesus menjelaskan hal ini dalam Yohanes 3:6 sebagai jawaban terhadap pertanyaan Nikodemus apakah ia harus berusaha untuk dapat dilahir-barukan dengan jalan masuk kembali ke dalam rahim ibunya. Kelahiran baru adalah pekerjaan khusus Allah Roh Kudus

KARAKTER PERTOBATAN YANG BENAR

1) Pertobatan bukan hanya sekadar rasa sedih karena masa lalu; pertobatan adalah perubahan hati dan pikiran, hidup baru yang menyangkal diri dan melayani Juruselamat sebagai Raja atas hidup kita. Jika sekadar percaya tanpa memercayakan diri dan sekadar rasa bersalah tanpa berbalik adalah tidak menjamin selamat. Alkitab berkata ‘…setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar’ (Yakobus 2:19) dan ‘…dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian’ (2 Korintus 7:10).

2) Jadi pertobatan bukan sekadar perasaan bersalah atau menyesal, demikian pun dengan iman bukan hanya sekadar perasaan optimis. Baik iman maupun pertobatan adalah tindakan manusia seutuhnya sebagai anugerah Allah. Iman bukan hanya sekadar kredo (pengakuan), tetapi harus menghasilkan tindakan yang benar. Pada dasarnya iman adalah berserahnya dan bersandarnya seseorang pada janji-janji pengampunan yang Kristus berikan pada orang berdosa dan kepada pribadi Kristus yang memberikan janji-janji itu.

3) Pertobatan adalah buah dari iman.

a. Iman harus memiliki fondasi pengetahuan tentang Kristus, salib-Nya dan janji-janji-Nya sebelum bertobat. Karena itu penginjilan harus menekankan hal-hal tersebut sehingga orang berdosa mau meninggalkan keyakinan pada diri sendiri dan belajar memercayakan diri sepenuhnya pada Kristus dan darah-Nya yang berkuasa untuk menyelamatkan dan mendamaikan dia dengan Allah. Jadi iman bukan sekadar tekad untuk meninggalkan dosa, membuang kebiasaan buruk dan berusaha melakukan ajaran Kristus dengan hidup saleh dan berbuat baik terhadap sesama, hal ini tidaklah cukup. Ambisi tekad, moralitas, dan sikap surgawi tidak dapat menggantikan iman (contoh: Martin Luther dan John Wesley telah memiliki semua hal di atas namun belum diselamatkan).

b. Iman harus memiliki fondasi pengetahuan bahwa ada tuntutan Kristus yang sungguh-sungguh untuk kita yang mengaku sudah bertobat. pertobatan harus ada aspek menyangkal diri (Lukas 9:23), kedua aspek ‘Ia tidak membenci’ yaitu memprioritaskan Kristus (Lukas 14:26, 33). Tuhan Yesus tahu betapa mahalnya harga yang harus dibayar bagi setiap orang yang mau menjadi murid-Nya dan Tuhan Yesus minta kepada kita untuk memikirkan sungguh-sungguh implikasi pemuridan itu sebelum menyerahkan diri menjadi murid Yesus. Kristus tidak mau hanya mengumpulkan banyak orang yang mengaku pengikut-Nya tetapi akan segera hilang ketika ia tahu tuntutan yang sesungguhnya dari Kristus. Oleh karena itu di dalam penginjilan dan pertobatan kita perlu menekankan harga mengikut Yesus dan membawa orang berdosa menyadari hal itu sebelum mereka merespons akan berita pengampunan dari Yesus Kristus.

Q & A

Q. Keselamatan adalah anugerah, pilihan Tuhan, pekerjaan Tuhan sepenuhnya, bahkan keselamatan itu tidak bisa hilang. Lalu apakah yang menjadi bagian kita selama hidup? Tanpa melakukan apapun kita sudah selamat.

A. Kita diselamatkan oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang baik (Efesus 2:10). Pekerjaan baik adalah pekerjaan yang menyatakan Kerajaan Allah. Keselamatan itu tidak dinikmati sendiri. Buah rohani itu harus dinyatakan. Buah rohani itu adalah penginjilan, karakter, dan kesaksian hidup. Penjahat di sebelah Yesus tidak melakukan itu karena ia tidak memiliki kesempatan lagi. Namun kita yang memiliki anugerah waktu harus hidup untuk Tuhan. Jadi kita tidak boleh pasif. Ketaatan dan ketekunan kita harus tampak sebagai kesaksian hidup kita. Iman akan memimpin kita kepada kebenaran yang kemudian akan memimpin kita kepada tindakan iman. Tindakan yang tidak berdasarkan iman namun diklaim berdasarkan iman adalah spekulasi atau kejahatan iman.

Q. Apakah semua orang diberikan oleh Tuhan iman mula-mula? Bagaimana dengan mereka yang sebelumnya belum mengenal Kristus?

A. Setiap orang mendapat panggilan umum dan khusus. Kepada jemaat di Efesus Tuhan memberikan teguran bahwa mereka tidak hidup dalam kasih mula-mula (Wahyu 2:4). Ada orang-orang yang mementingkan penginjilan namun mengabaikan pengajaran dan juga ada yang sebaliknya. Keduanya tidak baik keduanya harus kita lakukan. Setiap orang menerima anugerah umum, namun anugerah khusus hanya diberikan kepada orang-orang tertentu. Orang yang belum mengenal Kristus harus diberitakan Injil. Kita tidak boleh malas memberitakan Injil. Orang-orang harus tahu siapa Tuhan Yesus Kristus dan keselamatan yang diberikan-Nya.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)