Pemerintahan Allah vs Pemerintahan Dunia

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

Pendahuluan

Benarkah bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya mengatur segala sesuatu sampai bagian yang kecil-kecilnya? Tuhan Yesus berkata: Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya (Matius 10:29-30). Jadi Allah mengetahui jumlah rambut kita. Apakah Allah mengatur semua itu sampai bagian yang terkecil? Kita bisa memelihara hewan dan mengetahui kondisinya, namun apakah kita mengaturnya? Tentu tidak. Tuhan mengatur segala sesuatu. Artinya tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kendali Tuhan dan Tuhan menentukan segala sesuatu yang terjadi. Termasuk juga dengan dosa dan pemerintahan yang jahat. Kita percaya bahwa Allah berdaulat namun Allah bukanlah sumber dosa.

Mungkinkah Tuhan bertindak di luar sifat Keadilan-Nya, Kasih-Nya, Kebaikan-Nya, dan Kesempurnaan-Nya (bandingkan 1 Yohanes 4:8) pada saat mengambil keputusan untuk segala sesuatu yang terjadi berkaitan dengan manusia, pemerintahan, militer, politik, dan lainnya? Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Apakah karakter kasih itu ada di luar diri-Nya atau di dalam segala atribut-Nya? Apa bedanya dengan karakter diri kita yang belum ada nilai kasih? Kita telah jatuh ke dalam dosa sehingga potensi kasih kita diarahkan kepada diri sendiri. Setelah kita ada di dalam Tuhan kita memiliki potensi untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Setelah kita percaya kepada Tuhan, kita diadopsi menjadi anak Allah. Saat itulah kita belajar di dalam kasih, berjalan dalam kasih, dan mengampuni dalam kasih. Kasih itu adalah milik Kristus. Kasih itu sekarang ada di dalam diri kita karena Kristus ada di dalam hati kita. Namun Allah itu kasih adanya. Jadi apakah mungkin Allah mengambil keputusan yang bertentangan dengan atribut-Nya termasuk kasih? Tidak mungkin. Peristiwa yang sangat besar adalah ketika Allah mengutus Yesus Kristus mati di atas kayu salib. Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru membawa Kerajaan Allah. Simbol Kerajaan Allah adalah salib. Di dalam salib ada satu pribadi yang didera, disiksa, dan dibunuh. Jadi simbol kekuatan Kerajaan tidak tampak di sana secara lahiriah. Maka ada perbedaan dari konsep Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia. Kerajaan dunia itu identik dengan kekuatan dan kemenangan yang tampak secara lahiriah. Kita melihat di dalam sejarah bahwa Tuhan memakai bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan untuk menyerang, menangkap, dan membuang Israel ketika memberontak terhadap Tuhan, namun Tuhan tidak melenyapkan kerajaan-kerajaan itu. Ada 1 kerajaan yang dilenyapkan oleh Tuhan yaitu Tirus. Mengapa dilenyapkan? Saat Nebukadnezar sudah menaklukkan Yerusalem, kerajaan Tirus begitu senang. Jadi Tirus berbahagia karena penderitaan Yerusalem. Kerajaan Tirus itu sombong karena memang termasuk sangat kaya pada saat itu. Yehezkiel sudah menubuatkan bahwa pada akhirnya Babel menghancurkan Tirus. Segala tiang di Tirus diratakan dengan tanah karena dijadikan jalan. Jadi di sini kita belajar bahwa setiap raja yang berpikir bahwa dirinya sama dengan Allah, maka tinggal menunggu waktu sampai kerajaan itu dihancurkan. Allah itu sempurna dan suci maka tidak ada keputusan-Nya yang bertentangan dengan diri-Nya sendiri.

Mungkinkah keputusan dan tindakan kita bertentangan dengan iman kita? Mungkin. Mengapa demikian? Karena kita bukan Allah. Kita memiliki kebebasan sehingga bisa melakukan dosa. Mengapa manusia dalam kebebasannya, kekuasaan, kekayaannya, dan kedaulatannya dapat bertindak dengan sewenang-wenangnya di mana kedaulatan Tuhan yang berkuasa seperti tidak ada? Pada tahun 722 SM, bangsa Israel dibuang ke Niniwe. Nabi Yunus diutus bukan untuk membenci atau menghukum bangsa itu tetapi untuk mempertobatkan bangsa itu. Di sini Yunus tidak rela. Pada tahun itu Israel benar-benar tidak memiliki kedaulatan dalam pemerintahan karena sudah dihancurkan oleh Niniwe. Apakah kerajaan Israel itu kuat? Ya. Mengapa Tuhan memakai bangsa Niniwe? Masalahnya Israel terlalu berkompromi dengan bangsa-bangsa lain dan tidak lagi bersekutu dengan Tuhan. Di sini Tuhan menjadi sangat marah karena tidak memprioritaskan Tuhan. Tuhan tidak mau kita menduakan Tuhan di dalam hidup kita. Jangan sampai kita menganggap diri kita lebih baik dari Israel. Bisa saja kita lebih jahat daripada Israel. Setelah Niniwe, yang berkuasa adalah kerajaan Babel yang dipimpin oleh Nebukadnezar mulai tahun 605 SM. Tuhan mengizinkan 1 suku tersisa meskipun dulu suku ini tidak mengutamakan Tuhan namun kemudian bertobat. Suku ini adalah Yehuda. Pada tahun 585 SM, Tuhan memakai Daniel dan teman-temannya sebagai tokoh iman dan mutiara iman ketika Yehuda dibawa ke Babel. Setelah itu Babel dikalahkan oleh kerajaan Media-Persia yang dipimpin Darius. Kerajaan yang berkuasa setelah itu adalah kerajaan Yunani yang menghancurkan kerajaan Tirus. Kerajaan Yunani digantikan oleh kerajaan Romawi. Setelah itu ada Kerajaan Allah. Jadi kalau kita mempelajari sejarah, kita bisa menyimpulkan bahwa ada waktu untuk segala hal. Kita tidak perlu bersedih jika pemimpin yang kita pilih itu kalah. Kesedihan kita tidak boleh melampaui maksud Tuhan. Ketika semua sudah terjadi, kita melihat kepada kedaulatan Allah dan bukan manusia. Kita sebagai orang Reformed tidak melihat segala hal sebagai ‘akhir’. Sebelum dunia ini berakhir, kita melihat dunia ini dalam kronos dan kairos Tuhan. Kita mungkin pernah melihat ada orang yang berhasil duduk di kursi pemimpin, padahal orang tersebut memiliki moralitas yang buruk. Di sini kita melihat ada kedaulatan Tuhan sehingga ia bisa menjadi pemimpin. Kita di sini melihat bukan hanya dalam kacamata manusia tetapi lebih melihat kepada kedaulatan Allah. Tuhan bisa mengangkat siapapun dari bidang apapun menjadi pemimpin. Tuhan bisa memakai orang yang sangat jahat sekalipun untuk mendatangkan kebaikan bagi dunia. Di sini kembali kita melihat kedaulatan Tuhan. Di dalam sejarah kita melihat bahwa Tuhan bisa memakai banyak cara untuk mengatur setiap bangsa dan negara. Tidak ada satu bangsa pun yang ada di luar kedaulatan Allah.

Siapakah yang disebut pemerintahan dunia yang dibenci Tuhan (Nahum 1:2-3, 7-8)? Ada murka Tuhan untuk pemerintahan yang melawan Allah dan juga pribadi-pribadi yang fasik. Meskipun kekuasaan terus berganti dan pribadi diganti oleh pribadi lain, ternyata murka Tuhan selalu ada. Apakah murka Tuhan sewenang-wenang? Tidak. Filipi 3:18-19 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Ini berarti mereka lebih peka untuk urusan kepuasan perut mereka. Tuhan membenci orang-orang yang menuhankan perut. Orang ini hanya memikirkan kepuasan diri terutama kepuasan mulut. Mungkin ini mengapa usaha rumah makan itu sangat besar. Tuhan tidak berkenan pada pemerintahan yang berorientasi pada kepuasan jasmani. Dikatakan juga bahwa kemuliaan mereka adalah aib mereka. Banyak negara menetapkan standar kesucian yang sangat jauh dari Alkitab. Banyak orang yang bekerja di dalam pemerintahan tidak lagi memiliki rasa malu. Mereka mempertontonkan aib mereka di depan umum. Ini karena suara hati nurani mereka sudah hilang walaupun masih ada hati nurani. Orang ini bangga dengan keberdosaannya. Di dalam sejarah, pemerintah-pemerintah yang seperti ini satu persatu disingkirkan oleh Tuhan. Niniwe adalah contoh dari yang disebutkan di dalam Filipi 3:18-19. Niniwe adalah satu-satunya bangsa besar yang saat itu bertobat karena 1 orang yang pernah lari dari Tuhan namun kemudian dibawa kembali oleh ikan. Saat itu Yunus berkhotbah dengan kemarahan dan kebencian, namun kita tahu bahwa kuasa pertobatan itu datang bukan dari mulut Yunus tetapi dari Allah. Yunus hanyalah alat di tangan Tuhan. Setelah Niniwe bertobat, Yunus menyatakan kemarahannya karena mereka bertobat. Saat ini pun pemerintah-pemerintah dunia bisa bertobat melalui suara dari hamba Tuhan yang terlihat kecil namun dipakai oleh Tuhan. Di sini kita harus berdoa dan bersedia untuk diutus oleh Tuhan. Di Niniwe, dari yang paling atas sampai yang paling bawah itu bertobat. Bahkan binatang-binatang pun berpuasa. Mereka takut dihukum oleh Tuhan (Yunus 3:5-9).

Nebukadnezar menyombongkan dirinya (Daniel 4:30) dan Tuhan menghukumnya (Daniel 4:31-33). Tuhan memberikan mimpi kepadanya dan Daniel memberikan penafsiran (Daniel 4:24-27). Nebukadnezar diberikan penyakit boanthropy karena kesombongannya. Ia bertingkah laku seperti binatang sampai pada waktu yang ditentukan. Dalam Daniel 4:26 ditulis kerajaan tuanku akan kembali tuanku pegang segera sesudah tuanku mengakui, bahwa Sorgalah yang mempunyai kekuasaan. Jadi Nebukadnezar harus mengakui Allah terlebih dahulu. Respons Nebukadnezar ditulis dalam Daniel 4:36-37 Pada waktu akal budiku kembali kepadaku, kembalilah juga kepadaku kebesaran dan kemuliaanku untuk kemasyhuran kerajaanku. Para menteriku dan para pembesarku menjemput aku lagi; aku dikembalikan kepada kerajaanku, bahkan kemuliaan yang lebih besar dari dahulu diberikan kepadaku. Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak. Di Niniwe masih tercatat jejak kaki rohani. Nebukadnezar di sini mungkin tampak sudah beriman namun ini hanya pengakuan di mulut saja. Ada perbedaan antara mulut dan hati. Yakobus 4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Apa yang disebut sebagai sahabat dunia? Orang-orang pada saat itu lebih mencintai uang dan kesenangan serta tawaran-tawaran dunia. Dunia pada zaman ini juga menawarkan begitu banyak kesenangan. Ada berita-berita dimana ada orang-orang yang bersenang-senang sampai melakukan vandalisme. Israel dan Yehuda adalah contoh dari yang disebutkan dalam Yakobus 4:4. Mereka berpikir bahwa mereka adalah bangsa yang sangat penting di Perjanjian Lama. Mereka merasa istimewa dan akhirnya menjadi sombong. Namun kita melihat bahwa mereka mengalami pembuangan. Di sini kita sebagai keluarga jangan sampai bersahabat dengan dunia. Di zaman ini, kita harus mendidik anak-anak kita menjadi pejuang bagi Tuhan. mereka harus dilatih untuk membaca buku rohani dan melayani. Yakobus 4:6 Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati’. Di sini dikatakan bahwa Allah membenci orang yang congkak seperti yang dikatakan Nebukadnezar. Setelah itu ia memiliki anak bernama Belsyazar (Daniel 5:2). Ia begitu sombong dan saat ia bersenang-senang, ia mengeluarkan perkakas bait Allah. Dia merasa kerajaan Media-Persia tidak akan bisa menaklukkan kerajaannya. Dia memberikan keyakinan yang palsu kepada para bawahannya dan menunjukkan dengan memakai barang-barang bait suci. Kemudian tampaklah jari-jari yang menulis ‘mene, mene, tekel ufarsin’ (Daniel 5:25). Daniel kemudian dipanggil karena ia mengerti akan hal itu. Pada malam itu Belsyazar terbunuh oleh tentara Media-Persia yang masuk melalui saluran air. Belsyazar memiliki dosa kesombongan. Di sini kita melihat ada tabur-tuai. Jangan sampai kita menganggap apa yang kita miliki sebagai milik kita. Segala hal harus dilihat sebagai milik Tuhan. Negara-negara yang besar dan sombong satu persatu dihancurkan oleh Tuhan. Kita melihat banyak negara yang dahulu besar sekarang menjadi kecil dan bahkan mengalami krisis.

Pembahasan

Apa pengertian Pemerintahan Allah (Divine Government)? Ini merupakan aktivitas Allah yang berkesinambungan dimana Ia memerintah segala sesuatu, kepada tujuan dari eksistensi-Nya (Roma 13:1). Allah diwakilkan sebagai Raja dari alam semesta baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia mengadaptasi pemerintahan-Nya kepada natur dari penciptaan-Nya yang Ia perintah; pemerintahan-Nya akan dunia secara fisik berbeda dengan dunia secara rohani. Hal itu begitu universal (Mazmur 103:19 dan Daniel 4:34, 35), termasuk segala sesuatu yang paling tidak berarti (Matius 10:29-31) dan yang kelihatannya accidental (Amsal 16:33), dan yang melahirkan perbuatan manusia yang baik dan jahat (Filipi 2:13; Kejadian 50:20; Kisah Para Rasul 14:16). Pemerintahan Allah itu berbicara tentang aktivitas Allah. Tidak ada pemerintahan dunia yang kekal. Semua yang ada di dunia ini akan lewat oleh waktu dan ditelan oleh waktu. Hanya Tuhan-lah yang kekal. Roma 13:1 menyatakan bahwa tidak ada pemerintahan di dunia ini yang tidak berasal dari Allah. Bahkan pemerintahan di agama-agama lain pun tidak berada di luar kedaulatan Allah. Ada gedung gereja yang akhirnya diubah dan dijadikan wihara. Ini pun dalam kedaulatan Tuhan. Di sisi lain Tuhan juga bekerja di dalam sejarah untuk memunculkan gereja-gereja baru. Mazmur 103:19 TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu. Ayat ini menyatakan bahwa Kerajaan Allah tidak mungkin digoncangkan. Di sini kita bisa berbangga karena kita adalah bagian dari Kerajaan Allah. Oleh karena itu kita harus beriman. Kisah Yusuf dari saat ia mendapatkan visi itu sampai ia bisa menjadi pemimpin di Mesir, menurut Yusuf merupakan kebaikan Tuhan. Kita bisa melihat pemerintahan Allah dari 2 sisi yaitu makro yang mencakup banyak bidang dan mikro yaitu pemerintahan Allah di hati kita. Ketika kasih itu sudah diberikan di dalam hati kita, maka tidak ada hal apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:39). Ketika orang-orang Kristen kalah dalam pemilihan pemimpin di negara kita, kita tidak perlu bersedih karena ada pemerintahan Allah di dalam hati kita. Di situ kita harus memiliki semangat muda seperti Rasul Paulus.

Bagaimana Allah melaksanakan pemerintahan-Nya atas manusia dan sejarah manusia? Menurut teologi Reformed, manusia mengerti akan kekuasaan setelah ada mandat kerja. Kejadian 1:28 menyatakan bahwa manusia berkuasa atas ciptaan di dunia. Jadi kekuasaan itu bersumber dari Tuhan. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, manusia menggunakan kekuasaan dengan semena-mena. Di sini manusia menghancurkan mandat kerja sehingga tidak lagi dikaitkan dengan Tuhan tetapi dikaitkan dengan diri. Di sini Allah sebagai pemberi kekuasaan tidak bisa disalahkan karena manusialah yang berdosa. Teologi sukses sering mengutip ayat yang menyatakan bahwa kita ini adalah kepala dan bukan ekor (Ulangan 28:13). Mereka menafsir ayat ini dan menyatakan bahwa orang Kristen harus menjadi pemimpin perusahaan dan bukan pegawai. Apakah benar pengertian yang demikian? Yeremia 29:7 menyatakan bahwa kita harus mengusahakan kesejahteraan di kota tempat kita berada. Di sini kita tidak diwajibkan untuk menjadi penguasa kota itu. Ketika Priskila dan Akwila diutus oleh Paulus pergi ke Roma, ternyata mereka tidak menjadi kepala. Beberapa waktu kemudian ternyata Paulus dihukum mati di sana. Di zaman gereja mula-mula ada orang-orang yang diutus dan berdagang di berbagai tempat untuk memberitakan Injil di sana.

Bagaimana Pemerintahan Allah memelihara diri agar tetap kudus dari pemerintahan dunia yang jahat? Pertanyaannya bukanlah ‘bagaimana pemerintahan Allah mengontrol pemerintahan yang jahat’. Kita percaya Allah adalah Allah yang sempurna dalam memelihara diri-Nya sebagai yang kudus untuk melawan setiap pelanggaran akan kekudusan-Nya (lihat Daniel 1:1-2). Allah tidak segan-segan untuk menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda kepada bangsa Babel karena raja Yoyakim melawan Tuhan. Di sini Allah-lah yang berkuasa menyerahkan Yoyakim dan ini bukan karena kehebatan Babel. Bagian ini ada kesamaan dalam Yehezkiel 26 dimana dikatakan bahwa Tuhan-lah yang mengizinkan Babel untuk menghancurkan Tirus. Kekuatan Babel bersumber dari Tuhan. Setelah Yoyakim, jabatan raja diserahkan kepada Yoyakhin lalu kemudian Zedekia. Ia menjadi raja yang terakhir sebelum pembuangan. Allah memelihara pemerintahan secara moral di dunia ini dengan memberikan upah kepada yang taat dan menghukum kepada yang tidak taat (Mazmur 99:4; Yesaya 33:22; dan Roma 1:32). Tidak ada kekejamaan pemerintahan manusia yang melampaui keadilan Tuhan. Sekejam-kejamnya pemerintahan manusia, akan ada waktunya di mana Tuhan akan menghakimi mereka dan mereka menjadi bukan apa-apa. Keadilan-Nya yang memanifestasikan kebenaran-Nya dengan memberikan upah kepada pemerintahan, disebut keadilan yang menguntungkan (remunerative justice). Atribut ini menyingkapkan kasih-Nya; sementara Allah pasti memberikan hukuman yang setimpal kepada pemerintah sebagai retributive justice, atribut ini menyingkapkan murka-Nya.

Penutup

Pemerintahan Allah (Divine Government) merupakan aktivitas Allah yang berkesinambungan dimana Ia memerintah segala sesuatu, kepada tujuan dari eksistensi-Nya (Roma 13:1). Hal itu begitu universal (Mazmur 103:19 dan Daniel 4:34, 35), termasuk segala sesuatu yang paling tidak berarti (Matius 10:29-31) dan yang kelihatannya accidental (Amsal 16:33). Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kendali Tuhan dan Tuhan menentukan segala sesuatu yang terjadi. Termasuk juga dengan dosa dan pemerintahan yang jahat. Kita percaya bahwa Allah berdaulat namun Allah bukanlah sumber dosa. Allah memelihara pemerintahan secara moral di dunia ini dengan memberikan upah kepada yang taat dan menghukum kepada yang tidak taat (Mazmur 99:4; Yesaya 33:22; dan Roma 1:32).

(Ringkasan belum diperiksa oleh Pengkhotbah – LS)