MUSA PANGGILAN HIDUP DAN PENEGUHAN-NYA Pdt.Tumpal H.Hutahaean,M.Th.

Kita akan membahas tentang tokoh Musa sebanyak dua bagian. Hari ini kita membahas tentang panggilan hidup Musa dan peneguhannya, inilah bagian yang pertama. Minggu depan kita akan membahas bagaimana Musa menolak panggilan Tuhan dan cara Tuhan menjawab seluruh janji melalui seluruh penyertaan-Nya untuk meneguhkan nilai panggilannya. Pada bagian yang pertama ini, saya mengajak kita untuk membaca firman Tuhan Keluaran 3:1-10 dan Matius 22:31-32. Di dalam Matius 22:31-32,konteksnya adalah ketika Yesus harus menjelaskan kepada orang-orang Saduki yang tidak percaya akan konsep kebangkitan setelah kematian. Orang-orang Yudaisme tidak bisa lagi berdebat dengan orang-orang Saduki, maka di sini kita bisa melihat mereka akhirnya tidak bisa lagi melawan Yesus, karena orang-orang Saduki sangat menghargai Taurat, tetapi mereka tidak mengerti esensi kuasa dari Taurat yang berkaitan dengan kebangkitan. (Ayat 31-32) Tuhan mengaitkan dengan Allah yang hidup. Tidak perlu berpikir bahwa harus melihat dulu orang yang mati dan bangkit. Perhatikanlah Allah Abraham yang engkau percaya, Allah Ishak yang engkau percaya, Allah Yakub yang engkau percaya. Dia membuktikan Allah yang hidup dan nanti akan kita akan membahas mengapa kalimat ini penting. Melalui beberapa khotbah saya di dalam tokoh ini pasti saudara akan mengerti di balik ini semua bahwa Allah menyatakan Diri-Nya mahatahu kepada Abraham, kepada Ishak menyatakan bahwa Allah adalah mahahadir, dan setelah itu Dia berbicara kepada Yakub sebagai Allah yang mahakuasa.

PENDAHULUAN

Setiap hidup kita harus memiliki “kairos” panggilan. Jikalau engkau hidup tidak memiliki kairos untuk panggilan profesimu, maka hidupmu akan datar. Jikalau engkau hidup tidak mengaitkan seluruh hidupmu dengan Tuhan, maka hidupmu penuh dengan kebosanan. Jikalau hidupmu melimpah dengan harta, melimpah dengan segala sesuatu yang engkau dapatkan, tetapi tidak dikaitkan dengan kemuliaan Tuhan, maka semuanya akan memberikan kepada kita kekosongan hati. Di sinilah kita mengerti apa kairos itu Tuhan. Apa yang membedakan kairos dengan kronos? Kronos mengikat kita di dalam setiap rutinitas waktu kita dalam bekerja, setiap waktu mungkin kita bisa mengurus rumah tangga, setiap waktu kita harus studi, setiap waktu kita melakukan yang bersifat rutin dan sudah terukur dan sudah terikat dengan waktu. Tetapi kairos adalah waktu Tuhan, momentum Tuhan supaya Tuhan melihat dinamika hidup di dalam satu pimpinan Tuhan, bukan dinnamika hidup dalam pimpinan yang bersifat rutinitas, maka segala sesuatu yang rutinitas bisa mendatangkan kejemuan kepada kita. Dan sesuatu yang bersifat rutinitas, tanpa momentum, tanpa kairos, akan membuat kita kehilangan dinamika dan tidak lagi melihat Tuhan yang besar dalam seluruh kehidupan kita. Jadi kairos itu penting di dalam seluruh hidup kita agar ada nilai momentum. Dan kita tahu toko buku kita bernama Momentum. Momentum melampaui yang kronos, momentum adalah yang bersifat sekali-sekali tetapi menyegarkan kita begitu luar biasa. Jika engkau rutin bekerja 30 hari dan engkau mendapat kairos Tuhan dan momentum menyegarkan engkau selama 30 hari engkau sudah bekerja, maka engkau akan mempunyai energi untuk bisa bekerja lagi. Ini yang dinamakan momentum. Maka di sini kita merindukan hidup kita punya kairos-kairos itu, supaya kita mempunyai momentum di dalam penyertaan Tuhan.

Mengapa Tuhan memanggil Musa di saat umur sudah 80 tahun? Bukankan ini umur yang sudah tua? 40 tahun Musa tinggal di istana Firaun, 40 tahun dia banyak menikmati sarana dan prasarana dan setelah dia rela tidak membela perkaranya kepada mama angkatnya dia lebih baik menderita untuk sama dengan orang orang Ibrani denganiman dia menolak disebut putra dari putri Firauin dan 40 tahun selanjutnya kita tahu dia harus menjadi gembala kambing domba.

Mengapa Tuhan mengizinkan Musa 40 tahun tinggal di istana Firaun dan 40 menjadi gembala ternak? Supaya dia belajar tentang kepemimpinan. 40 tahun di padang, 40 tahun dia menjadi gembala dia belajar tentang nilai hati, dia belajar tentang manajemen hati, dia belajar kepekaan hati, dia belajar bagaimana mengemas nilai kasih. Di dalam penelitian cara kita melatih nilai kasih anak kita, perhatian anak kita, kita belajar akan setiap konsep bagaimana anak kita belajar menghargai segala sesuatu. Ternyata latihannya sangat sederhana; berikan kepada anak kita satu binatang yang hidup supaya bisa mendemonstrasikan kasihnya. Berikan untuk dia pelihara, tetapi jangan berikan binatang yang bisa mendatangkan kecelakaan. Kasihlah seekor ikan yang murah meriah. Perhatikan apakah dia bisa terus merawat sampai besar? Proses demi proses maka anak kita belajar bertanggung jawab nilai hati nurani, tanggung jawab kepekaan hati sehingga pada waktu ikan yang dia sayangi itu mati, maka dia akan sedih. Maka di sini kita mengerti bahwa Musa sekolah selama 40 tahun, sekolah kepemimpinan dan sekolah hati, Musa menjadi gembala kambing domba. Tuhan juga menjadi gembala dan Tuhan mengatakan “Akulah gembala yang baik dan domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku. Aku akan memimpin mereka selalu agar mereka mendapatkan rumput yang hijau. Jikalau ada satu domba-Ku yang terhilang maka akan Aku cari. Di sini mengajarkan kepada kita Musa juga dididik Tuhan. Dia harus sekolah memperhatikan kambing domba selama 40 tahun.

Apakah panggilan Allah ini langsung di iyakan oleh Musa? Tidak, di sini pertanyaan kita timbul. Mengapa Musa tidak langsung menjawab panggilan Tuhan yang luar biasa, yang melalui panggilan mukjizat melalui suara yang jelas, mata dipuaskan, telinga dipuaskan? Ternyata tetap tidak mudah dia mengiyakan panggilan Tuhan. Mengapa demikian? Karena Musa melihat diri sudah tua, bukan melihat diri dalam kerendahan hati tetapi melihat diri dalam kerendahan diri. Banyak sekali tembok-tembok yang membuat Musa tidak melihat Tuhan yang memanggil itu besar, tetapi dia melihat diri yang ada banyak titik kelemahan.

Berapa kali Musa menolak panggilan Allah? Secara detail adalah lima kali. Dia mencoba untuk terus menolak panggilan itu, karena dia merasa sudah tua, dan dia punya isteri dan anak. Aku punya nilai kenikmatan dan aku punya nilai kerutinan dan aku punya nilai jaminan hidup, jikalau Musa tiba-tiba bertemu Firaun yang begitu sangat kejam, siapa aku? Dan aku sudah tua untuk memimpin Israel yang begitu sangat keras.

PEMBAHASAN

Mengapa Allah memanggil Musa melalui sarana bara api dari semak-semak? Bagi Musa, dia sebagai kepala kambing dan domba, seperti Tuhan Yesus menjadi gembala dari setiap domba-domba-Nya, dia sudah terbiasa melihat di musim panas semak berduri jikalau terkena panas terus menerus maka akan mengalami kebakaran secara alami. Pada waktu semak itu terbakar, Musa mulai mencium bau daun yang terbakar, mulai biasa dilihat oleh Musa dari yang kuning berubah menjadi yang hitam, dari yang hitam mengeluarkan api yang merah, dan mulai memendek. Bagi Musa itu hal yang biasa, tetapi pada saat itu dia bisa melihat sesuatu yang terbakar, semak duri yang terbakar, tetapi tidak ada bau yang tercium dari daun yang terbakar itu. Dia tidak melihat esensi semak yang terbakar itu. Pemandangan ini bagi Musa adalah pemandangan yang sangat luar biasa. Maka ini suatu hal yang harus Musa lihat. Di situlah kita melihat Musa berencana untuk bagaimana mendekati nilai itu dari sisi yang berbeda. Mengapa Musa menyebut gunung Horeb sebagai gunung Allah? Saat itu gunung Horeb masih disebut gunung Horeb. Setelah peristiwa Musa mengalami panggilan Tuhan, saat itulah Musa menyebut itu gunung Allah karena Tuhan sendiri yang berkata ‘Musa jangan dekati tempat itu, tanah yang engkau pijak adalah tanah yang kudus, lepaskanlah kasut dari kakimu.’ Maka Musa pun taat. Siapa Malaikat yang berbicara kepada Musa? Apakah dia malaikat biasa? bukan. Ternyata malaikat itu adalah Allah Tritunggal itu sendiri. Bagaimana kita tahu? Di dalam tulisan bahasa Inggris dikatakan messenger of Yahweh. Di dalam bahasa Ibrani kata Yahweh menunjukkan Allah yang jamak. Ini menunjukkan kepada kita Allah yang jamak sama seperti Kejadian 1:26-28, dikatakan mari Kita menciptakan manusia. Maka di sini malaikat yang menemui Musa adalah Allah Tritunggal. Di dalam dialog itu tidak dikatakan malaikat berbicara kepada Musa tetapi Tuhan yang berkata kepada Musa; jangan dekati tempat itu. Ada berapa Malaikat itu? Tiga. Di dalam Perjanjian Lama ada tipologi keadaan Yesus dalam bentuk malaikat dan salah satu tokoh yang langsung dikunjungi oleh Kritus adalah Gideon. Jadi malaikat yang bertemu dengan Gideon dan makan juga dengan Gideon adalah tipologi Kristus yang hadir di dalam Perjanjian Lama. Di sini kita belajar Allah Tritunggal sudah hadir di dalam Perjanjian Lama, salah satunya melalui penciptaan dan salah satu yang kita pelajari melalui panggilan Musa untuk melayani Tuhan.

Mengapa butuh Allah Tritunggal yang mengkonfirmasi? Melalui penciptaan, Allah Tritunggal berkata ‘mari Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita.’ Pada waktu memanggil dan mengutus, Ia membuktikan bahwa Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub adalah Allah Tritunggal. Dalam nilai penebusan manusia, Allah Bapa merancang semua keselamatan dan Yesus melaksanakan dan Roh Kudus menggenapkan semua keselamatan itu, itu pun Allah Tritunggal. Pada waktu kita dibaptis, baptislah di dalam nama Bapa, Putra, dan Roh kudus. Waktu kita menikah, kita diberkati di dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Inilah yang melambangkan sesuatu yang sah secara otoritas Ilahi, sesuatu yang bersifat benar, di atas seluruh kebenaran hukum manusia.

Di sini kita melihat Allah Tritunggal itu yang hadir, sehingga pada waktu Musa ingin memeriksa akan penglihatan yang hebat itu, di situ bukan lagi malaikat yang berkata tetapi Tuhan-lah yang langsung berbicara. Musa diminta Tuhan untuk melepaskan kasut kaki. Ada yang menafsir Musa diminta melepaskan seluruh dosanya untuk bertemu dengan Tuhan yang suci, maka Musa dikatakan pada waktu dia bertemu dengan Tuhan, dia tidak berani membuka matanya. Dia menutup matannya dengan sikap yang takut, dengan sikap yang beribadah kepada Tuhan. Di dalam bagian inilah kita mengerti Tuhan mau kasut kakinya dilepaskan untuk menghormati Allah yangsedang hadir. Hormatilah Allah yang sedang memimpin dan memanggil engkau karena ini yang disebut tanah yang kudus. Musa diminta untuk bersikap ibadah di gunung. Maka bagi Reformed, tidak ada istilah holy land. Yerusalem direbutkan tiga agama; Yudaisme, Kristen, dan Islam. Saat kita tiba di kota Yerusalem, dan mulai masuk bus yang memang disiapkan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan tour, mereka memperkenalkan setiap peraturan untuk para turis. Kami pernah datang ke sana dan kami melakukan study tour. Jadi kita para dosen dan hamba Tuhan sedang mau belajar, tetapi semuanya sama welcoming nya dan memperdengarkan lagu tentang Yerusalem. Lagu itu mengingatkan panggilan untuk setiap orang, merindukan kembali Yerusalem yang baru, itulah tanah yang suci, tanahnya Tuhan.

Tetapi bagi kita itu yang disebut tanah suci adalah waktu Tuhan hadir di sana. Di sini kita belajar dari Perjanjian Lama pun, Tuhan tidak diikat kesucian-Nya dengan gedung. Tuhan tidak diikat kesucian-Nya karena disucikan melalui ibadah. Maka Tuhan memerintahkan Musa untuk menanggalkan kasut kakinya. Tanah dimana Musa berada itulah tanah kudus. Tanah itu kudus karena Allah itu hadir. Bukan rumah itu dikuduskan lalu akhirnya rumah itu yang mengisi adalah orang pendosa besar maka pasti Allah tidak ada di sini, tidak demikian. Maka ketika kami bible camp bulan depan, kita bible camp ke Gunung Slamet. Di sana ada pos bernama Samarantu, karena hantunya samar-samar. Dan di pos itu tidak ada orang yang berani untuk berkemah. Di tempat kita naik gunung ada tempat-tempat yang dianggap mistik, dikasih makan, dikasih bunga-bunga, bahkan pohonnya diikat dengan pakaian, dengan kain putih dan kain belang-belang, dan itu tidak boleh disentuh karena katanya bisa kerasukan. Tetapi selama kami pergi, tujuan kami adalah bible camp, kami mendengarkan firman, kami merenungkan firman Tuhan, tidak ada satu orang pun yang kerasukan. Jadi mengapa demikian? Karena Alkitab berkata, Roh yang diberikan kepada kita lebih besar daripada roh manapun juga. Roh Kudus yang memeteraikan kita menjadi anak Allah adalah Roh yang lebih besar, maka kita tidak bisa disantet, diguna-guna sampai hilang kesadaran kita, karena Roh Kudus di dalam hati kita lebih besar. Jadi kita tidak perlu takut karena kita anak-anak Allah yang punya kuasa. Kita pergi ke sana dengan niat suci, kita pergi dengan niat benar, kita pergi niatnya adalah untuk menikmati Tuhan, maka kita tidak perlu takut dengan serangan Setan, malah sebaliknya Setan yang harus takut dengan kita yang disebut anak-anak Tuhan.

Musa sudah biasa melihat semak duri terbakar, tetapi sesuatu yang rutin menjadi tidak rutin karena Tuhan menyatakan mukjizat-Nya dan melalui mukjizat itulah Tuhan meminta Musa beribadah di dalam konsep lama; lepaskanlah kasut kakimu, berlututlah. Di sinilah kita melihat sesuatu yang berbeda. Maksud Musa melihat mukjizat itu adalah untuk memuaskan matanya, tetapi ternyata ‘Tuhan sekarang menyucikan matamu, jangan engkau hanya melihat yang rutinitas, sekarang engkau melihat sesuatu yang tidak rutin dimana matamu sekarang melihat kemuliaan Tuhan, matamu sekarang melihat mukjizat Tuhan dan engkau dipanggil.’ Jadi Musa matanya diberikan untuk Tuhan. Maka nanti kita melihat ‘Aku sudah melihat umat-Ku sengsara dan disiksa oleh orang-orang Firaun.’ Kita melihat 40 tahun Musa menjadi gembala kambing domba, terlalu menikmati semuanya itu. Dia lupa dia pernah rela membunuh orang Mesir dan dia rela tidak disebut sebagai putra dari putri orang Firaun, dia rela untuk tidak menikmati semua kekayaan kelimpahan dan semua hal yang ditawarkan oleh Firaun karena iman, dia lupa akan penggilan itu. Kairos Tuhan selalu punya nilai kontemplasi dengan hidup kita. Mata Musa bukan lagi melihat penderitaan bangsa Ibrani, telinga Musa tidak lagi mendengar seruan mereka karena menjadi tenaga paksa Mesir. Di sinilah Tuhan meminta Musa beribadah, tundukkanlah dirimu. Jadi mukjizat Tuhan membuat kita semakin melihat Tuhan dan kita semakin beribadah kepada Tuhan dengan hormat.

Mengapa Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub? (Mat 22:31-32). Kita sudah membahas ini, Allah Abraham memberitahu kepada kita Allah yang mahatahu. Abraham pernah berbohong berkata ‘ini bukan isteriku, inilah adikku, ini saudaraku.’ Semua ini karena Abraham tidak melihat Tuhan, dia tidak mengerti bahwa Tuhan itu mahatahu. Di sini kita melihat bagaimana cara Tuhan membangun konsep Abraham mengerti Allah Yahweh yang mahatahu. Setelah itu Allah Ishak yaitu Allah mahahadir, Allah yang menyatakan Allah itu omnipresent, mengatakan kepada kita bahwa bagaimana Ishak harus terus melihat Tuhan yang hadir, dimana harus beribadah dan harus berelasi. Sedangkan Allah Yakub mengatakan Allah yang omnipotent, Allah yang mahakuasa. Maka Yakub tidak boleh tipu-menipu lagi. Dia harus melihat Tuhan melampaui seluruh dirinya, seluruh pengalaman dia. Di sini kita bisa simpulkan bahwa Tuhan tidak memperkenalkan diri dalam satu nama, tetapi Tuhan memperkenalkan diri di dalam satu sejarah. Tuhan memakai nenek moyang Musa; Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup adalah Allah yang memimpin Abraham, Ishak, dan Yakub. ‘Aku sudah membuktikkan bahwa Aku adalah Allah yang hidup.’ Beberapa lama setelah Yusuf mati, Israel tinggal di Mesir 430 tahun lamanya. Bangsa Israel tinggal di Mesir dan mereka dijajah setelah Yusuf mati. Tetapi di sinilah Tuhan berkata ‘Aku sekarang turun, mau memerdekakan mereka.’ Jadi bagi Musa tidak mudah untuk Musa cepat berkata iya kepada panggilan Tuhan, karena dia pernah mengalami hidup yang seperti tanda tanya; ‘mengapa Tuhan tidak langsung menyatakan kuasa-Nya ketika dia mau membela orang-orang Ibrani yang disiksa orang-orang Mesir?’

Bagaimana kita tahu bahwa Allah kita hidup? Di dalam lagu himne ada lagu yang dikatakan bahwa Allah itu hidup. Lagu ini menceritakan kepada kita bagaimana tahun 1978 – 1982 dan waktu puncaknya adalah 1984, Amerika dilanda oleh Teologi Liberal yang menyatakan Allah itu tidak hidup, Allah itu mati. Lagu itu dicipta untuk menyatakan Allah itu hidup. Jadi di sinilah kita tahu melalui iman yang benar akhirnya lagu itu dicipta untuk memberi konfirmasi kepada orang-orang Amerika bahwa Allah itu hidup. Apa buktinya? Lihatlah iman kami hidup. Bagaimana Musa tahu bahwa Allah itu hidup? Musa tahu nenek moyangnya menjadi budak. Allah perlu mengkonfirmasi kepada Musa bahwa dia adalah Allah yang hidup.

Di dalam Alkitab dikatakan Allah melihat penderitaan orang Israel. Orang yang hidup salah satunya bisa melihat. Tuhan menyatakan semua tanda-tanda motorik yang menunjukkan bahwa Dia hidup. Aku melihat penderitaan orang Israel. Tuhan melihat bahwa Musa sekarang adalah orang yang sangat rutin, tersistem, engkau sudah menikmati hidupmu menjadi gembala kambing, hidupmu terlalu enak. Dimana matamu melihat, dimana engkau dulu pernah membela orang-orang Ibrani, membunuh orang Mesir itu, Tuhan melihat. Aku adalah Allah yang hidup, Aku melihat penderitaan mereka. Allah mendengar seruan orang Israel. 400 tahun terlalu lama bagi Musa. Bangsa Israel tidak pernah bertobat di tanah Mesir. Mental mereka adalah mental pengemis. Bagaimana kita tahu? Ketika ada sedikit kesulitan untuk menuju tanah Kanaan, mereka sudah menyerah, mereka ingin kembali ke Mesir dan hidup dengan bebas. Mental mereka adalah mental pengemis, mental yang tidak lagi melihat Tuhan, tidak kuat mengalami penderitaan dan kesulitan, dan gampang menggerutu. Kita tahu di dalam Bilangan 26 bahwa satu suku akhirnya ditelan oleh tanah karena protes terus terhadap Musa. Di sini kita tahu bahwa mereka sudah dinantikan Tuhan untuk bertobat, ‘janganlah sekedar engkau berseru tetapi buktikan engkau beribadah kepada-Ku, buktikan engkau mengalami perubahan sikap terhadap sikap masa lalumu yang salah, dan buktikan engkau hidup dalam nilai keimananmu.’ Dalam bagian inilah kita tahu Tuhan memakai pemimpin dan Musa-lah yang menjadi pemimpin bangsa Israel, pemimpin yang berasal dari Tuhan, utusan Tuhan. Allah turun untuk memerdekakan bangsa Israel. Allah memimpin dan menggunakan Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju Kanaan dan Tuhan akan memberikan Tanah kepada bangsa Israel. Ini membuktikan bahwa Allah kita hidup, Allah yang berinisiatif, Allah yang menyertai Musa.

Setelah itu Tuhan memberitahu bahwa Allah melihat dosa orang Mesir. Mereka semakin luar biasa menyiksa orang-orang Israel, dosa mereka sudah terlalu luar

biasa. Maka di sinilah Tuhan memanggil Musa dan meneguhkan semua panggilan itu. Minggu depan kita akan melihat bagaimana Musa menolak Tuhan. Apa yang kita bisa pelajari di dalam bagian ini? Kita bisa mempelajari bahwa seluruh panggilan Tuhan untuk kairos hidup kita punya nilai konfirmasi yang mempunyai nilai isi. Kita bisa memperhatikan bahwa bagaimana orang-orang yang menangkap segala sesuatu profesi hidupnya yang berkaitan dengan kairos untuk Tuhan, orang itu akan mendapat penyertaan Tuhan. Jadi mari kita berpikir apapun yang kita kerjakan, pikirkan, kaitkan dengan Tuhan, apakah bisa untuk kita memuliakan Tuhan. Jangan kita berpikir supaya kita menjadi kaya, supaya menjadi terkenal. Itu bukan panggilan seorang Kristen yang baik. Engkau bisa mendapatkan uang, engkau bisa mendapatkan kepopuleran, tetapi tidak disertai Tuhan, maka engkau akan menjadi orang yang sengsara. Dalam bagian inilah kita belajar, kenapa Tuhan membiarkan musa selama 40 tahun menjadi gembala kambing domba? Seandainya Musa tidak dipanggil Tuhan, apakah dia mengalami kenyamanan menjadi gembala domba? Ya, nyaman, karena dia memiliki mertua yang terkenal, tetapi kenyamanan itu bukan identitas Musa, kenyamanan itu bukan nilai panggilan Musa. Dia harus meninggalkan semua kenyamanan itu dan mengaitkan hidup dia kembali dengan Tuhan. Di sini kita melihat Tuhan selalu mempunyai nilai kairos.

Setiap kita diutus dan utusan itu mempunyai nilai konfirmasi dan utusan itu jelas berkaitan dengan nilai profesimu. Maka setiap kita harus berdoa supaya kita mendapatkan kembali kairos itu. Ingatlah konfirmasimu yang engkau dapat dari Tuhan, supaya melalui konfirmasi itulah engkau melihat Tuhan, melihat pekerjaan Tuhan melalui profesimu. Jikalau engkau menjalankan profesimu tanpa engkau kaitkan dengan Tuhan, maka engkau tidak akan ada penyertaan Tuhan, engkau akan hidup biasa-biasa saja. Tetapi jika engkau mendapatkan konfirmasi dan engkau kaitkan dengan Tuhan maka hidupmu akan menjadi orang yang luar biasa. Jikalau Musa tidak dipanggil keluar dan menjadi gembala kambing domba maka dia akan mati menjadi orang yang biasa-biasa saja. Tetapi Musa akhirnya taat dan beberapa minggu ke depan kita akan membahas itu semua. Musa belajar bagaimana menjadi pemimpin yang besar karena dipimpin oleh Allah yang besar. Di sini kita belajar bagaimana nilai pengutusan kita, bagaimana nilai panggilan kita secara pribadi di dalam nilai profesi kita, keluarga kita, supaya kita jelas dalam pimpinan dan penyertaan Tuhan. Tuhan memberkati kita semua.

(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh pengkhotbah – TS)