KARAKTER KEPEMIMPINAN MUSA: KEBERANIAN (2) Pdt.Tumpal H.Hutahaean, M.Th.

Hari ini kita akan membahas karakter kepemimpinan Musa bagian yang kedua yaitu tentang keberanian Musa. Mari kita membaca bagian Firman Tuhan dari Keluaran 7:10, Keluaran 14:13-14, Keluaran 17:8-9, Bilangan 21:9, dan Ulangan 1:37.

Pendahuluan

Apakah setiap manusia memiliki potensi untuk berani? Pasti punya. Minimal keberanian kita berpusat kepada diri kita sendiri. Kita paling pintar untuk berani membela diri, berani untuk mengasihi diri, dan berani memperjuangkan apa yang menurut kita menyenangkan, apa yang menurut kita memuaskan, dan apa yang membuat kita merasa terjunjung tinggi. Maka banyak orang berani membuat aktualisasi diri di dalam nilai dari seluruh kepuasan diri. Tetapi tidak semua orang memiliki keberanian yang bersifat dikaitkan dengan kemuliaan Tuhan, kecuali orang-orang itu sudah bertobat dan menyadari bahwa semua keberanian harus bersifat suci; bukan bersifat antroposentris tetapi bersifat teosentris atau kristosentris.

Bagaimana cara mengalahkan keberanian yang tidak suci? Di dalam seluruh latar belakang kehidupan kita, kita adalah makhluk yang belajar, yang punya pengalaman. Jadi hal itulah yang membuat kita berani. Orang melakukan akrobat karena dia sudah berlatih setiap hari; berjam-jam, bahkan beratus-ratus jam. Dia bisa melompat dari tiang satu ke tiang lain dan berjalan di atas seutas tali. Semuanya itu memerlukan pembelajaran dan pengalaman. Tetapi bagi kita yang tidak pernah belajar lalu tiba-tiba kita harus membuat satu pilihan dalam suatu kasus yang kritis, maka kita akan bergumul. Jika engkau ada di sebuah gedung yang terbakar maka engkau akan mati karena kebakaran yang sudah mencapai lantai tujuh sedangkan engkau berada di lantai sepuluh. Maka pilihanmu adalah: lompat ke bawah lalu mati atau menyeberang dengan tali baja. Manakah yang engkau pilih? Jikalau kita adalah seorang yang hebat tetapi semua itu dikaitkan untuk diri kita dilihat hebat dan diri kita dilihat lebih daripada orang lain, maka inilah yang disebut sebagai keberanian yang tidak suci. Engkau membeli apapun juga, engkau memakai apapun juga, engkau melakukan apapun juga, jikalau pusatnya adalah dirimu supaya dilihat hebat dan populer, lebih tinggi dan lebih agung daripada orang lain, maka itu disebut sebagai keberanian yang tidak suci. Di dalam hidup kita harus terus punya kesadaran iman supaya kita tidak mencuri kemuliaan Tuhan.

Mengapa memiliki karakter keberanian yang suci itu penting? Tuhan sangat melihat anak-anak-Nya; di dalam perjuangan hidupnya, di dalam setiap pergumulannya, dan di dalam setiap langkah yang ingin dia ambil. Tuhan akan memerhatikan apakah keberanian kita dikaitkan dengan kemuliaan Tuhan atau tidak. Tuhan beserta dengan kita dan di balik kelemahan kita Tuhan bisa memberi kekuatan. Di balik seluruh keterbatasan kita, Tuhan bisa memberi kemampuan yang melampaui semua itu. Dan di balik segala sesuatu yang tidak kita pikirkan Tuhan bisa memberikan hikmat di luar keterbatasan kita berpikir. Ini karena apapun yang kita lakukan hanyalah untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Jadi keberanian yang suci itu sangat penting.

Apa kaitan antara iman dengan keberanian? Jikalau keberanianmu hanya karena pengalaman, jikalau keberanianmu karena kajian manusia, maka keberanianmu mungkin ujungnya bisa salah karena engkau punya kekuatan dalam perubahan yang bersifat antroposentris. Orang politik dan militer punya kekuatan untuk merubah segala sesuatu karena itu kekuatan yang berasal dari diri sendiri. Maka segala sesuatu bisa berubah di luar pikiranmu walaupun analisa, kajian, dan investigasi seluruhnya sudah bernilai akademis. Engkau tetap saja bisa salah karena itu merupakan kekuatan dari dirimu. Tetapi ketika iman memimpin keberanianmu, mungkin di dalam analisa orang lain keputusanmu tidak tepat tetapi di dalam nilai penyertaan Tuhan ternyata itu berhasil. Maka apa perbedaan antara keberanian karena iman dengan keberanian karena nekat? Begitu banyak orang menjadi berani karena begitu jelas bergumul dengan Tuhan. Ada orang yang berani menolong dalam sesuatu yang mendadak. Ternyata dia baru sadar bahwa ada penolong untuk seluruh hidupnya yaitu malaikat surga, ada pertolongan dari Roh Kudus yang memampukan dia untuk menyatakan hal ini. Dalam bagian ini kita perlu belajar bagaimana setiap kita bisa membangun satu keberanian yang suci karena iman.

  1. Berani menghadap Firaun dan melawannya (Kel 7:10-13)

Di dalam hukum Mesir, jika ada orang yang berani menghadap Firaun, mengajukan satu opsi, satu proposal, satu nilai tujuan yang berbeda satu nilai kemuliaan Mesir, maka orang itu bisa dihukum bahkan dibunuh. Terlebih lagi jika bertemu dengan Firaun dan ingin melawan, ingin memberontak maka hukumannya pasti kematian. Di dalam bagian ini kita tahu bahwa  Musa pernah melarikan diri pada waktu dia sudah membunuh salah satu tentara Mesir. Dia adalah orang yang kurang bertanggung jawab untuk apa yang dia sudah lakukan. Tetapi setelah dia diubahkan oleh Tuhan, setelah dia sekolah 40 tahun menjadi gembala kambing dan domba serta harus berhadapan dengan matahari, hujan, angin, dan semua binatang pembunuh, dia belajar menumbuhkan keberanian dan belajar untuk bertanggung jawab dari masalah yang kecil dan sampai masalah yang besar. Dia kemudian mempunyai nilai tanggung jawab. Dia sebelumnya adalah orang yang tidak berani dengan cepat untuk menerima panggilan Tuhan. Tetapi pada waktu dia sudah diubahkan Tuhan maka kita melihat dia memiliki satu keberanian yang suci yaitu berani menghadap Firaun yang adalah seorang pemimpin yang besar dari sebuah negara yang besar. Firaun memiliki semua ilmu pengetahuan dan hikmat yang hebat menurut dunia serta segala teknologi, gaya membangun, dan yang lain-lain. Maka ketika Musa menjadi berani, ini menunjukkan kepada kita bahwa ia sedang menyatakan nilai tujuan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan. Jadi keberanian Musa menyatakan visi Tuhan dan kebesaran Tuhan. Jika kita berani menyatakan visi kita untuk menyatakan kebesaran kita dan kehebatan kita maka di saat itulah kita menjadi penjilat dan di saat itulah kita menunjukkan keberanian yang tidak suci karena bersifat hanya untuk diri, untuk organisasi, dan untuk segala sesuatu yang sifatnya fana dan sementara.

Mengapa keberanian Musa perlu disimbolkan dengan tongkat Tuhan? Mengapa Musa butuh pendamping yaitu Harun? Ini menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan menghendaki agar Musa dan Harun saling bekerja sama. Harun pandai dalam berbicara sedangkan Musa tidak pandai berbicara meskipun setelah itu dia menjadi pandai berbicara. Kakak dan adik kompak untuk melayani Tuhan, inilah satu kebahagiaan. Apa yang paling engkau hargai di dalam hidup ini? Hidupmu harus engkau hargai. Jika engkau masih bisa hidup, masih bisa mencicipi makanan, masih bisa menghirup udara, maka engkau harus menghargai anugerah Tuhan tersebut. Orang yang baik akan menerima realita hidup dan bisa tersenyum karena menghargai pemberian Tuhan. Apa yang kita hargai di dalam hidup? Seluruh aset hidup kita: waktumu, tenagamu, pikiranmu, dan kelebihanmu, semua itu harus engkau hargai. Jikalau tidak maka engkau akan membenci diri dan marah terhadap diri. Apa yang engkau hargai di dalam hidup? Orang yang telah berjerih payah, orang yang telah menjadikan dirimu berhasil melewati banyak kesulitan, orang yang sudah mendidikmu, dan orang yang sudah membesarkan dirimu, semua orang itu harus engkau hargai. Setelah engkau tahu bagaimana menghargai nilai hidupmu, maka engkau akan menghargai orang lain yaitu orang tuamu, pamanmu, kakakmu, dan gurumu atau dosenmu. Di situlah engkau belajar untuk menghormati dan belajar untuk tidak menghina orang lain.

Di dalam bagian inilah Musa berani menghadap Firaun untuk menyatakan visi Tuhan bagi bangsa Israel. Dia berani menyatakan maksud dan kehendak Tuhan untuk menunjukkan bahwa Allah orang Israel adalah Allah yang hidup. Meskipun Firaun sudah menjajah bangsa Israel selama 400 tahun lamanya, Musa tetap menyatakan kebesaran Tuhan dan menyatakan murka Tuhan untuk bangsa yang tidak menghormati Tuhan yang hidup dan yang berkuasa. Bagaimana Musa menyatakan itu? Kita melihat itu pada waktu Musa dan Harun menyatakan kuasa dan murka Tuhan kepada Firaun. Simbol yang pertama adalah tongkat yang ketika dilempar menjadi ular. Ular kobra sangat ditakuti pada zaman Firaun. Ternyata dukun-dukun Firaun pun melemparkan tongkat mereka dan itu menjadi ular juga. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Setan pun bisa melakukan mukjizat tetapi terbatas. Setelah itu dikatakan bahwa ular Musa dan Harun memakan ular-ular dari dukun-dukun Firaun. Ini menunjukkan kepada kita tentang kesejatian mukjizat. Di dalam hidup ini kita harus percaya bahwa ada dunia roh. Kita percaya bahwa Roh Kudus bisa mendatangkan damai sejahtera bagi kita, memberikan hati yang penuh sukacita, dan memberikan satu pengharapan yang baru untuk kita hidup bagi Tuhan. Tetapi dunia roh atau mistik mendatangkan ketakutan, kekuatan, dan kegentaran. Ketika hati kita tidak berkaitan dengan kuasa Tuhan dan ketika hati kita tidak memiliki kuasa yang lebih besar yaitu Roh Kudus maka kita bisa mengalami ketakutan. Di dalam hal ini Firaun mengalami ketakutan karena sedang mempertandingkan dua macam kuasa. Setelah peristiwa itu mereka menjadi tahu bahwa kuasa yang paling sejati adalah kuasa Tuhan yang ditunjukkan melalui Musa dan Harun. Namun Firaun tidak bertobat karena sudah dinubuatkan bahwa hatinya akan semakin keras. Di sini kita melihat bahwa mukjizat tidak pasti membuat orang semakin melihat Tuhan. Ini karena iman bukan dibangun di atas dasar mukjizat tetapi karena pengenalan akan Tuhan. Di sini kita melihat bahwa ada kerja sama yang baik antara Musa dan Harun. Keberanian mereka adalah untuk menyatakan visi dan kehendak Tuhan.

  1. Menyatakan kebesaran Tuhan dan kuasa Tuhan kepada bangsa Israel (Kel 14:13-14)

 

Ketika bangsa Israel berjalan dengan jumlah sekitar ratusan ribu orang, mereka merasakan kelelahan. Tetapi pada waktu diberitahukan kepada Firaun bahwa bangsa Israel sudah pergi, maka Firaun mengeraskan hati, membuat satu strategi, dan mengumpulkan bala tentara pasukan kuda dan seluruh senjata yang lengkap untuk membunuh bangsa Israel. Ketika mereka mulai berjalan, mereka mulai melihat bahwa di belakang mereka ada banyak pasukan Mesir yang sudah mendekat. Dalam Keluaran 14:13-14 Musa menyatakan bahwa bangsa Israel harus berdiri tetap dan memercayai Tuhan yang akan memberikan kemenangan dan bahwa Tuhan akan berperang untuk Israel. Tugas seorang pemimpin yang memiliki pengikut yang lemah adalah menguatkan iman dan mental mereka. Pemimpin itu harus siap berdiri di depan ketika musuh datang dan siap untuk menghancurkan akan setiap pasukannya. Di dalam bagian ini tidaklah mudah untuk memberitahu bangsa Israel bahwa Tuhan itu hidup, Tuhan itu kuat, dan Tuhan itu akan memimpin. Ini tidak mudah karena 400 tahun lamanya mereka dijajah. 400 tahun penjajahan membuat mental mereka menjadi mental seorang budak. Tetapi di dalam bagian inilah Musa berkata bahwa mereka tidak akan lagi melihat orang-orang Mesir itu. Mengapa Musa berkata demikian? Musa ingin memberitahu bahwa mereka semua akan mati karena air laut. Musa mewakili Tuhan dalam memberitahu bahwa Tuhan akan memakai alam untuk menghukum orang-orang yang sudah membuat mereka sengsara di Mesir. Tuhan memakai Musa, hamba-Nya yang setia untuk menyatakan kebesaran Tuhan dan menyatakan murka Tuhan kepada bangsa Mesir.

Kita tahu bahwa setelah peristiwa ini mereka semakin percaya akan Tuhan. Mereka percaya kepada Musa tetapi mereka menunggu bukti. Ini adalah iman yang tidak mudah untuk diubahkan karena selalu meminta bukti. Ketika mereka melihat bahwa tentara Mesir itu mati, mereka bersorak sorai dan mereka bergembira. Setelah mereka melihat kematian dari semua tentara Mesir, apa yang dilakukan oleh Musa? Beribadah, memuji Tuhan, dan membesarkan nama Tuhan. Ini juga dilatih oleh Musa. Setelah melihat kebesaran Tuhan dan kuasa Tuhan, orang itu harus bersikap dengan benar. Di sini baru pertama kali dicatat bahwa bangsa Israel beribadah dan memuji nama Tuhan. Catatan himnenya sangat panjang. Dicatat bahwa Musa dan seluruh bangsa Israel memuji nama Tuhan. Kata-kata yang ditulis sangatlah dalam dan menyatakan kebesaran serta kekuatan Tuhan. Di sana juga dicatat apa yang seharusnya kita kerjakan ketika kita melihat kebesaran Tuhan. Kita harus mendemonstrasikan bagian ini. Pada waktu kita bekerja, pada waktu kita berusaha, kita harus berani untuk menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan serta harus berani untuk menolak dosa korupsi dan lainnya.

 

  1. Mengambil keputusan atau kebijakan untuk berperang dengan bangsa Amalek (Kel 17:8-15).

 

Alkitab mencatat dengan jelas bahwa bangsa Amalek adalah bangsa yang besar, bangsa yang sudah terlatih karena pengalaman, mempunyai sistem, dan mempunyai kekuatan militer. Bangsa ini adalah bangsa yang sudah teratur di dalam nilai organisasi dan sudah teruji dalam melewati setiap masalah demi masalah. Alkitab mencatat bahwa bangsa Amalek berencana untuk membunuh seluruh bangsa Israel. Mereka telah bersepakat untuk berperang melawan Israel. Kapan Yosua terpilih menjadi jenderal panglima tinggi dari pasukan perang Israel? Tidak dijelaskan, sehingga pada waktu Musa mengambil keputusan ini maka Musa pun sebenarnya nekat. Apakah Yosua mempertanyakan keputusan Musa? Tidak. Pada waktu Musa menegakkan satu keberanian yang suci dan Tuhan mengizinkan perang suci itu terjadi untuk mempermalukan bangsa Amalek, maka Tuhan akan menyatakan bahwa Tuhan itu hidup. Musa mengutus Yosua dan Musa naik ke atas gunung dengan membawa tongkat Allah. Itu menyatakan bahwa Tuhan menyertai Israel dengan sikap berdoa. Tongkat yang dinaikkan itu melambangkan Tuhan yang ada di pihak Israel. Pada waktu tongkat itu turun, dikatakan bahwa bangsa Israel mulai melemah. Pada waktu tongkat itu dinaikkan lagi, bangsa Israel menjadi semakin kuat. Peperangan itu terjadi dari pagi sampai hampir magrib. Tongkat itu melambangkan kehadiran dan kuasa Tuhan. Peperangan itu adalah peperangan yang pertama. Peperangan itu menyatakan satu keberanian Musa untuk berperang atas nama Tuhan. Mereka tidak butuh keahlian, tidak butuh strategi, tetapi membutuhkan Tuhan. Peperangan ini berlangsung sampai hampir malam dan seluruh tentara Amalek akhirnya dikalahkan. Di sinilah kita belajar bahwa menjadi pemimpin itu tidak gampang, tetapi Musa telah dipanggil untuk menjadi pemimpin di masa tua.

 

  1. Menghadap Tuhan senantiasa (sharing with God (Kel 19-31: rule obedience)

 

Di dalam Keluaran 19-31 tema yang paling penting adalah rule obedience. Ini berbicara tentang nilai keteraturan, nilai kerapian dalam nilai ketaatan kita untuk hal yang bersifat vertikal dan horizontal. Semua dimulai dengan 10 perintah Tuhan setelah itu peraturan-peraturan yang lain. Di dalam bagian inilah kita melihat bagaimana Musa menyatakan satu nilai hidup bahwa dia menjadi pemimpin hanya karena dipilih Tuhan. Dia hanya menjadi kuat jikalau dia mendengarkan suara Tuhan. Dia bisa mengambil keputusan yang tepat karena dia mendapatkan suara Tuhan sehingga Musa butuh selalu berdiskusi dengan Tuhan. Dia butuh berkoordinasi, dia butuh berkomunikasi untuk hal-hal yang dihadapi seperti menghadapi bangsa Israel yang penuh dengan sungut-sungut. Mereka tidak punya pegangan hidup. Mereka tidak mengerti standar kesucian. Mereka tidak mengerti standar keteraturan Tuhan. Mereka juga tidak mengerti standar harmonisasi. Musa naik ke gunung Sinai sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan hukum Tuhan. Rule obedience adalah hal yang pertama ditanamkan pada bangsa Israel melalui Musa. Kepala keluarga yang benar harus menegakkan nilai disiplin (pasal 19-31). Istri dan anak-anak harus berani menaati karena jikalau hidup kita sudah kehilangan rule obedience maka kita pasti tidak punya ketaatan kepada Tuhan dan orang tua. Kita akan menjadi orang yang liar.

Bangsa Israel setelah 400 tahun menjadi bermental budak, kehilangan rule obedience, kehilangan aspek nilai kesucian, kehilangan standar harmonisasi hidup dengan Tuhan, kehilangan moral, dan lainnya. Keluarga yang kehilangan ini semua akan hancur. Maka bersyukurlah jika kita mempunyai orang tua yang selalu mendidik kita untuk disiplin sebagai anak. Jikalau engkau tidak mempunyai nilai kedisiplinan maka engkau akan menjadi orang yang liar. Jika kebebasan kita tidak dibatasi oleh kacamata iman maka kebebasan kita itu akan menjadi liar. Maka sharing with God itu adalah retret kita dengan Tuhan. Diri kita tanpa Tuhan itu keropos. Diri kita tanpa Tuhan itu bisa gagal karena musuh dari setiap usaha kita itu ada banyak. Ketika kita berani bertemu dengan Tuhan, kita berani untuk mengandalkan Tuhan, maka itulah keberanian yang saleh. Ketika Musa turun dari gunung Sinai, orang-orang yang melihat wajahnya menjadi tidak kuat karena wajahnya bersinar.

 

 

  1. Menegur dosa bangsa Israel: lembu Emas, sungut-sungut, dan lainnya (Kel 32:1-35; Bil 21:9; 26:5-11).

 

Dosa pertama yang dilakukan bangsa Israel adalah menyembah lembu emas. Ketika Musa sedang turun dari gunung Sinai, dia bertanya kepada Yosua tentang suara yang didengarnya. Ada suara orang yang bernyanyi, suara kegembiraan, dan lain-lain namun Musa mengatakan bahwa itu adalah nyanyian kekalahan. Bangsa Israel selama 400 tahun tidak punya penegakan nilai agama. Mereka biasa melihat penyembahan yang berkompromi yaitu lembu emas. Musa sangat marah dan menyuruh orang-orang yang percaya kepadanya untuk mendekat kepadanya. Suku apakah yang mendekat kepada Musa? Suku Lewi. Mereka diminta untuk membunuh semua orang yang mengadakan penyembahan itu. Setelah itu Musa menegakkan satu nilai disiplin dan menegur dosa bangsa Israel karena mereka selalu bersungut-sungut. Kita tahu bahwa di dalam kitab Bilangan telah diceritakan bagaimana mereka bersungut-sungut kepada Musa dan kemudian mereka dihukum oleh Tuhan. Tuhan mengatakan bahwa mereka harus melihat satu hukuman yang jelas. Mereka dikatakan akan diberikan satu ancaman yaitu ular tedung. Siapapun yang dipatuk pasti akan mati. Mereka kemudian meminta ampun. Tuhan kemudian memerintahkan Musa untuk membuatkan ular tembaga yang ditaruh di atas kayu. Mereka yang dipagut ular itu akan sembuh ketika melihat ular tembaga itu. Di dalam Perjanjian Baru ini melambangkan Kristus. Siapapun yang melihat kemuliaan salib, yang melihat kuasa Tuhan akan mengalami pembaharuan dari Tuhan. Pada waktu penjahat yang disalib di sebelah Tuhan Yesus percaya kepada Tuhan, ia pada akhirnya mati di dalam Kristus. Mintalah kuasa Tuhan di dalam bijaksana menegakkan disiplin karena mulut kita adalah mulut penasihat dan mulut penolong untuk orang-orang yang lemah iman supaya mereka meninggalkan dosa dan kembali kepada Tuhan serta mau hidup bagi Tuhan.

 

  1. Dengan rela menerima keputusan Tuhan (Ul 1:37 tidak bisa masuk Kanaan)

 

Musa melalukan kesalahan dengan tidak menunggu aba-aba dari Tuhan. Ia memegang tongkat dalam kemarahan dan memukul gunung batu itu sehingga keluar air. Bagi Tuhan itu adalah emosi yang tidak suci. Dalam Ulangan 1:37 dituliskan bahwa karena murka Tuhan, Musa tidak bisa masuk ke tanah Kanaan. Di dalam bagian ini dia hanya melihat Tuhan dan menerima seluruh keputusan bahwa dia tidak bisa masuk ke tanah Kanaan. Ternyata dia menjadi pemimpin yang menyiapkan pemimpin yang baru untuk masuk ke tanah Kanaan yaitu Yosua. Di dalam bagian inilah dia tidak menggerutu dan tidak marah. Ia memiliki keberanian untuk rela menerima keputusan Tuhan. Inilah kunci nilai keberanian yang saleh dari Musa. Nilai yang perlu kita hargai adalah aset iman, telenta, dan apa yang sudah kita kerjakan bagi Tuhan. Di dalam bagian ini ternyata pemimpin yang besar belum tentu memimpin sampai akhir. Dia hanya memimpin berdasarkan apa yang dikehendaki Tuhan. Jadi setiap kita jangan sampai terkena penyakit postpower syndrome yaitu orang yang tidak pernah rela jikalah dia harus turun dan tidak berkuasa. Orang yang seperti ini pada waktu dia sudah tidak berkuasa maka dia akan mengaktualisasikan dirinya dengan mempertahankan kekuasaannya.

Kesimpulan

Melakukan keberanian untuk menyatakan kebesaran Tuhan itu mulia. Inilah yang harus kita kejar. Jika keberanianmu dalam studi, usaha, dan karier adalah untuk memuliakan Tuhan, maka itulah yang benar di hadapan-Nya.

Tuhan akan memimpin anak-anak-Nya untuk menyatakan keberanian yang suci. Apakah engkau mau dipimpin Tuhan di dalam studimu, di dalam pekerjaanmu, di dalam bisnismu, dan di dalam hal apapun? Kaitkanlah semua itu dengan keberanian yang suci, maka Tuhan akan ada di pihakmu.

Keberanian yang suci selalu berkaitan dengan iman. Semakin engkau taat membaca Firman Tuhan, semakin engkau mau tunduk sebagai murid kebenaran Tuhan, semakin engkau menghidupi Firman Tuhan, maka keberanianmu akan bertumbuh. Jika semua dikaitkan dengan Tuhan maka engkau akan terus diberkati dan disertai Tuhan.

(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh pengkhotbah-  TS)