From Faith to Faith  (dari Iman kepada Iman)

Judul : From Faith to Faith  (dari Iman kepada Iman)

Penulis : Stephen Tong

Penerbit : Momentum

Tahun Terbit`: 2004

Tebal :viii+135 hlm

Salah satu dari buku penting yang harus dibaca oleh orang Kristen adalah buku “from Faith to Faith” (dari Iman kepada Iman), karena buku ini membahas topik yang sangat krusial yakni dari iman kepada iman seperti yang dinyatakan oleh Alkitab. Buku ini ditulis oleh seorang hamba Tuhan yang berkotbah dengan demikian berpusatnya kepada Firman Tuhan. Pendeta Stephen Tong telah merenungkan kekristenan sejak masih belasan tahun, juga berkotbah memberitakan injil dan mengajar. Beliau memikirkan kekristenan dan hubungannya dengan filsafat, seni dan pengetahuan lainnya, sehingga buku ini meskipun tipis tetapi sangat limpah. 

Pendeta Stephen Tong membahas dari Iman kepada Iman di dalam empat bab. Bab 1 membahas iman sebagai fondasi. Pendeta Tong membahas tema iman sebagai fondasi berdasarkan surat Paulus kepada jemaat di Roma (1:16-17). Kitab Roma memiliki prinsip-prinsip penting yang dimiliki iman Kristen yakni pertama, agama Kristen merupakan agama yang berlandaskan iman. Ini yang membedakan Kristen secara kualitatif dengan agama lain. Maksudnya jika agama lain tidak dapat melepaskan diri dari konsep usaha dan inisiatif manusia agar diterima oleh Tuhan semesta alam, maka kekristenan supaya dapat diterima Allah meniadakan usaha manusia dengan hanya  bergantung sepenuhnya kepada Kristus yang kita kenal dengan sola gratia. Pendeta Tong juga dalam tema ini sedikit menyinggung katolikisme pada zaman reformator dimana gereja tidak menampakan lagi sola gratia melainkan menekankan beberapa syarat agar diterima Allah.  Jika keselamatan adalah anugrah yang diterima hanya dengan iman, maka tidak ada sedikitpun kerjasama antara manusia dengan Allah untuk mendatangkan keselamatan. hanya anugrah bukan berarti menjadi orang Kristen yang hidup tanpa tanggung jawab, sebaliknya karena kita telah diselamatkan dan dihidupkan oleh Roh maka kita harusnya menghasilkan buah. Bagian kedua yakni adanya empat presaposisi yang salah. Pada bagian ini Pendeta Tong membahas bahwa jika dari iman kepada iman, maka tidak ada dasar lain atau perantara lain untuk datang kepada Allah, seperti penglihatan “jika saya meihat, maka saya percaya.”; pengalaman “jika saya mengalami, saya akan percaya”; bukti “jika ada buktinya, saya akan percaya.”; logika “jika masuk akal, saya akan percaya. Ketiga,  iman berpusat kepada Kristus, Kristus yang memulai dan menyempurnakan iman kita.

Manusia mau beriman tetapi justru berbalik dengan berpegang pada presaposisi yang melawan Allah. manusia mau melihat dulu baru mengimani dan mau memikirkan dulu dengan jelas baru mau beriman. Oleh karena itu dalam bab kedua Pendeta Tong membahas bahwa iman bukan keputusan manusia tetapi anugrah Allah. Jadi, sekalipun seseorang dapat mujizat kalau kepadanya Allah tidak memberikan iman orang itu tidak dapat beriman kepada Allah, maka dari iman yang diberikan Allah manusia dapat beriman kepada Allah. Bab kedua membahas pengertian dari iman kepada iman dari tiga aspek. Aspek pertama adalah aspek relasi yakni relasi kedua perwakilan hidup manusia dalam sejarah. Di dalam sejarah, seluruh umat manusia diwakili oleh satu orang manusia yang melawan Allah yakni Adam dan satu orang manusia yang membalikkan situasi dengan datang kepada Allah yakni Yesus Kristus. Aspek kedua yakni taman Eden sebagai perwakilan pemberontakan. Di taman Eden Adam menggunakan kapasitasnya sebagai peta dan teladan Allah atau sebagai wakil Allah untuk memberontak kepada Allah. pemberontakan Adam yang adalah juga perwakilan kita (ciptaan) di hadapan Allah mewarisikan dosa asal kepada semua manusia. Dosa ketidaktaatan Adam menuju ke dosa ketidataan. Ini merupakan representasi di dalam Adam yang mewakili kita (sebagai ciptaan), sehingga timbul suatu relasi antara Adam dan kita, yaitu relasi “dari dosa kepada dosa.” Aspek ketiga adalah taman Getsemani yang mewakili ketaatan. Dalam taman getsemani, Kristus menjadi satu-satunya manusia yang taat mutlak kepada Allah. karya ketaatan kristus yang mutlaklah yang menjadikan seluruh umat manusia memiliki pengharapan.

Bab ketiga berbicara bagaimana karya ketaatan Yesus Kristus dimutasikan kepada umat-Nya. Sekali lagi dalam bab ini Pendeta Tong membahas lebih dalam tentang Adam dan Yesus kristus sebagai perwakilan manusia. Umat manusia terbagi atas dua yakni yang turut dalam kematian Adam dalam dosa dan umat manusia yang turut dalam kematian karena dosa dan kebangkitan di dalam Kristus. Turut dalam kematian Adam yakni semua umat manusia (sebagai ciptaan) kecuali Kristus . Kuasa dosa umat-Nya dimutasikan kepada Kristus dan ketaatan Kristus dimutasikan kepada umat-Nya. Artinya, mutasi iman, kehidupan, dan pembenaran. Bagian yang sangat menarik dari bab ketiga adalah ketika pembahasan menjawab pertanyaan ketidakterbatasan Kristus Pendeta Tong membahas ini dengan mengutip pertanyaa yang didapatkannya dari anak berumur sebelas tahun yang melihat bahwa semakin lama semakin banyak dosa yang ditanggung oleh Yesus Kristus, kemudian anak tersebut mempertanyakan bagaimana Yesus bisa tetap suci kembali. Untuk menjawab pertanyaan ini Pendeta Tong mengajak anak tersebut memikirkan bilangan tak terhingga/tak terbatas. Bilangan tak terhingga—yang  merepresentasikan Kristus yang tidak terbatas—meskipun dikurangi bilangan terbatas—merepresentasikan manusia yang terbatas—sebanyak apapun maka bilangan tak terhingga tetap adalah bilangan tak terhingga. Yang tidak terbatas dibagi atau dikurang berapa pun besarnya angka terbatas, hasilnya tetap tidak terbatas. Jadi Pendeta Tong menyimpulkan bahwa ketika kita membicarakan Yesus Kristus yang harus kita bicarakan bukan sekedar berapa banyak sengsara-Nya, berapa banyak luka-Nya, atau berapa banyak dosa yang harus ditanggung-Nya, tetapi yang perlu kita ketahui adalah “siapakah Yesus Kristus,” sehingga Dia bisa menaggung dosa manusia.

Bab terakhir Pendeta Tong membahas relasi iman kepada iman dengan terlebih dahulu melihat integrasi dari beberapa aspek yang menyatukan iman dengan kehidupan kita dihadapan Tuhan Allah. pertama, iman kepercayaan kepada iman kepercayaan berikutnya. Iman yang secara natural yakni percaya bahwa Tuhan itu ada yang ditanam oleh Tuhan dalam hati kita yang tidak menyelamatkan kepada iman yang dapat mengaitkan manusia kepada anugrah Tuhan selanjutnya yakni iman keselamatan. dari iman kepada iman ini dikerjakan oleh Roh Kudus yang terjadi ketika kita sudah percaya bahwa Allah itu ada, kita mempunyai ketakutan dan mempunya perasaan keseriusan hidup di dalamnya terkandung  pertanggungjawaban kepada Dia. Perasaan takut dan keseriusan muncul ketika Firman Tuhan atau Injil diberitakan kepada kita. Di dalam setiap Firman Tuhan yang diberitakan sudah terdapat benih yang mengandung anugrah iman yang menyelamatkan. Kemudian dari iman kepada iman yang lebih limpah, disertai pengertian kebenaran yang semakin limpah. Ini merupakan peningkatan pengertian iman di dalam kebenaran sejati yang diwahyukan oleh Tuhan Allah. Pertumbuhan fisik manusia suatu hari akan berhenti tetapi pertumbuhan rohani manusia  yang sehat akan terus bertumbuh seperti yang Tuhan tentukan. Sebab iman dan pengetahuan  kata Pendeta Tong, akan mengalami putaran yang semakin masuk ke dalam kebenaran Allah dan semakin mengokohkan iman. Iman yang semakin kokoh, hidup yang semakin taat, dan suci akan menikmati suatu hidup yang dipelihara Allah. Pada bagian akhir ini, Pendeta Tong memberikan banyak kesaksian hidup bagaimana ditengah-tengah pelayanan yang sulit ada tangan Tuhan yang menyertai sehingga dalam keadaan sulit sekalipun beliau tetap menjadi saksi Kristus yang setia.

Ini hanya sebagian kecil dari kelimpahan yang dapat saya bagikan dari buku from faith to faith oleh pendeta Stephen Tong. Buku ini sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja atau bahkan sangat sayang jika dibaca hanya sekali. Keunggulan lain dari buku ini adalah Pendeta Tong menggunakan banyak ilustrasi yang memudahkan kita memahami ide dari teologi yang rumit.

Soli Deo Gloria. (NS)