I Will Sing of the Mercies

Aku akan menyanyikan belas kasihan-Nya

Lirik: Fillmore, James H (lahir 1 juni 1849, Cincinnati, OH; meninggal 8 februari 1936, Cincinnati dan Post, Marie J. (lahir 8 februari 1919, Jenison, MI; meninggal 24 mei 1990, Grand Rapids, MI)

Musik: Fillmore, James H.

Ini adalah salah satu nyanyian Alkitab abad ke-20 yang tertua. Sewaktu pertama kali muncul pada sekitar tahun 1960, lagu ini hanya memiliki satu set lirik dan terdaftar sebagai “anonim”; versi itu sekarang dikenal sebagai karya James H. Fillmore (1849-1936), jadi ini bukan lagu “baru”. “Bait” kedua muncul di Psalter Hymnal (1987) dan merupakan karya Marie J. Post.

Bait 1 adalah kutipan modern dari teks KJV Mazmur 89:1-2 dan merupakan ungkapan pujian kepada Allah karena kesetiaan dan belas kasihan-Nya terhadap seluruh umat-Nya. Bait 2 adalah versi lebih bebas  dari ayat 6 dan 9 dalam Mazmur yang sama; bagian itu menyatakan bahwa para malaikat di hadirat Allah terus menyanyikan pujian bagi Allah dan bahwa tidak ada makhluk surgawi (atau duniawi) yang dapat dibandingkan dengan Allah dalam hal kesetiaan.

Nada pujian ini dapat dipakai pada awal ibadah atau pada saat memuji dan mengucapkan syukur; nada ini juga cocok dipakai dalam sakramen baptis. Nada yang populer ini memiliki melodi diatonik yang kuat dan harmonisasi sederhana. Nada ini sangat efektif jika tidak digunakan secara berlebihan. Iringan Keyboard harus dimainkan secara berirama di atas garis bass legato.

O Worship the King

Oh Sembahlah Sang Raja

Lirik: Grant, Robert (lahir tahun 1779, Benggala, India; meninggal 9 juli 1838, Dalpoorie)

Musik: Haydn, Johann Michael, (lahir 14 september 1737, Rohrau, Austria; meninggal 10 agustus 1806, Salzburg)

Kebanyakan dari kita secara pribadi tidak mengenal orang-orang terpandang atau praktik-praktik yang berkaitan dengan istana kerajaan. Robert Grant melayani raja Inggris sebagai gubernur Bombay, dan dengan demikian terbiasa dengan kemegahan dan arak-arakan. Menulis tentang Raja Ilahinya, dia menggunakan bahasa superlatif untuk menggambarkan Pribadi yang benar-benar layak kita sembah.

Himne ini didasarkan pada Mazmur 104, dan bait pertama segera menguraikan sifat-sifat yang berbeda dari Allah yang kita kenal — transendensi dan imanensi, “kuasa-Nya dan kasih-Nya.” Allah adalah “perisai dan pembela kita, Yang Lanjut Usianya”. Terdapat referensi kepada lambang – lambang raja dalam bait 2: jubah, kanopi, dan kereta kuda; keagungan Allah sebagai raja diperlihatkan dalam kemuliaan alam — cahaya, ruang, guntur, dan badai (Mazmur 103:2-3, 7). Bait 3 mengatakan bahwa aspek ciptaan yang lebih lembut berbicara tentang pemeliharaan Allah dan “kemurahan hati-Nya”. Bait terakhir mengontraskan kelemahan manusia dengan belas kasihan Allah yang tidak pernah gagal. Perhatikan bahwa frasa terakhir bergerak secara bertahap dari transendensi menuju imanensi, dari kuasa menuju kasih — “Pencipta, Pembela, Penebus, dan Teman kita.”

Himne ini sering digunakan dalam pembukaan ibadah. Bait ketiga dapat dinyanyikan secara acapella atau hanya dengan alat musik kuningan dan lonceng tangan. Untuk bait terakhir, sebuah melodi dapat dibuat ketika soprano menyanyikan baris alto satu oktaf lebih tinggi.

O Splendor of God’s Glory Bright

Oh, Semarak Kemuliaan Allah Cemerlang

Lirik: Ambrose dari Milan (lahir. Sekitar tahun 340, Treves, Jerman; meninggal 3 April 397, Milan, Italia)

Musik: Manuskrip Trier (abad ke-15)

Urbanisasi, yang dicirikan oleh daerah metropolitan yang luas, telah menjauhkan sebagian besar penduduk dari keheningan alam. Pusat-pusat kota dan masyarakat yang berorientasi pada media dapat merampas kesempatan kita untuk merenungkan nilai-nilai yang ada di luar jangkauan kita. Lampu neon yang menyilaukan, misalnya, mengurangi kemampuan kita untuk memahami kemuliaan bintang di atas kita. Dibutuhkan retret ke daerah pedesaan atau padang belantara terpencil agar kita dapat mengalami terang sejati dari bintang-bintang. Persekutuan dengan Pencipta kita kemudian dapat diperbarui seraya kita merenungkan kuasa-Nya untuk membuat matahari begitu terang sehingga menerangi bintang-bintang melalui pantulan cahaya. Allah menciptakan terang — tindakan penciptaan yang paling pertama — karena Ia adalah terang! (Kejadian 1:3; 1 Yohanes 1:5)

Teks himne oleh Ambrose dari Milan ini telah digunakan dalam ibadah Kristen selama setidaknya 1.400 tahun. Judul aslinya, Splendor patemae gloriae, adalah versi Latin Vulgata dari frasa dalam Ibrani 1:3 di mana Yesus Kristus disebut “cahaya kemuliaan Allah.” Kemuliaan Allah memancar melalui Yesus Kristus dan Roh Kudus untuk bertemu dengan ibadah kita (bait 1-2). Sebagai hasilnya, kita menjadi lebih saleh, semakin menyerupai Kristus, lebih “dipenuhi dengan Roh” (bait 3). Himne ini diakhiri dengan doksologi kepada Allah Tritunggal. Nada ini, yang umum digunakan sejak abad ke-15, akan sangat mudah dinyanyikan. Nada ini harus dimainkan seluruhnya dengan instrumen-instrumen musik. Jika paduan suara menyanyikan bait pertama secara serempak, maka jemaat akan mempelajarinya dengan cepat.

Praise, My Soul, the King of Heaven

Pujilah Raja Surga, Hai Jiwaku

Lirik: Lyte, Henry Francis (lahir 1 juni 1793, Kelso Utara, Skotlandia; meninggal 20 november 1847, Nice, Prancis)

Musik: Andrews, Mark (lahir 21 Maret, 1875, Gainsborough, Lincs, Inggris; meninggal 10 Desember 1939, Montclair, NJ)

Penulis himne Henry Francis Lyte menerbitkan sebuah buku yang memuat hampir 300 saduran dari setiap mazmur pada tahun 1834, berjudul Spirit Mazmur. “Pujilah Raja Surga, Hai Jiwaku” ada di dalam “roh ” Mazmur 103.

Bait pertama menggambarkan ayat 1-5. Daftar ringkas — “ditebus, disembuhkan, dipulihkan, diampuni” — mencakup sebagian besar kebenaran tentang tindakan kasih karunia Allah dalam keselamatan kita; tidak ada alasan yang lebih kuat lagi bagi “jiwaku” untuk memuji Dia. Dalam mazmur ini, orang – orang yang sedang menderita (bait ke-2) diidentifikasi sebagai orang Israel di Mesir (ayat 6-7); sejarah membuktikan bahwa berkat Allah akan “tetap sama untuk selama-lamanya” (ayat 8-12). Bait ke-3 dengan lembut mengingatkan kita bahwa Raja Surga juga adalah Bapa kita (ayat 13-14), yang “dengan lembut memikul kita, menyelamatkan kita dari semua musuh kita”. Bait terakhir memanggil para malaikat untuk bergabung dengan semua ciptaan, termasuk galaksi-galaksi yang jauh, untuk “memuji bersama kita Allah kasih karunia” (ayat 20-22).

Memuji selalu tepat. Himne ini dapat digunakan dalam acara-acara keluarga, seperti Hari Ayah. Beberapa tradisi menggunakan Mazmur 103 sewaktu anak-anak dibaptis, sebuah acara lain yang cocok. Refrein ‘Haleluya’ mendeskripsikan dirinya sendiri; himne ini harus dinyanyikan dengan energi dan karakter sukacita dari musik yang baru ini oleh Mark Andrews, yang pertama kali diterbitkan tahun 1930 sebagai lagu kebangsaan.

Let All the world

Biarkan  Seluruh Dunia

Lirik: Herbert, George (lahir 3 April 1593, Montgomery, Wales; meninggal 1 Maret 1633, Salisbury Utara, Inggris)

Musik: Liljestrand, Paul F. (lahir 15 Mei 1931, Montclair, NJ)

 “Tuhanku dan Rajaku!” adalah salah satu pernyataan yang terdengar di seluruh penjuru bumi. Himne ini dinyanyikan oleh alam sendiri, bergema melalui pegunungan dan melintasi lembah di seluruh alam semesta yang luas. Dalam kata -kata sang pemazmur, “langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya…. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. “(Mazmur 19:2, 4-5a).

Himne abad ke-17 ini mengatakan bahwa karena Allah adalah Raja, maka Gereja harus bergabung dengan seluruh alam dalam memberitakan berita yang menakjubkan ini sampai seluruh dunia mendengar dan mengetahui. Himne ini merupakan tantangan untuk misi, untuk menjangkau, dan pesan kita bersifat personal serta mengubah kehidupan — “namun lebih dari semuanya, hati harus menanggung bagian yang terpanjang.”

Puisi ini ditulis dengan sebuah antifon, yaitu refrein pada awal dan akhir setiap bait. Baik teks maupun musik memungkinkan untuk nyanyian antifonal, dengan satu orang atau kelompok menyuarakan frasa pertama dan terakhir (refrein), dan orang atau kelompok lainnya menyanyikan frasa-frasa sentral.