Yesus Datang untuk Mencari Orang Berdosa

“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” (Lukas 5:31-32)

Anto berkata kepada Yudi “hati-hati kalau kamu masih berdosa, nanti ga diterima Tuhan loh.” Yudi menjawab “iya, memang aku berdosa, tetapi aku masih berusaha supaya ga jatuh lagi.” Yudi melanjutkan “tapi aku yakin kalau aku sudah diterima oleh Tuhan. Tuhan kan menerima aku apa adanya.” Anto membalas “yee.. keenakan kamu ya. Kita harus jadi orang baik. Tuhan kan tegas terhadap dosa.” Yudi menjawab “betul. Kita harus menganggap dosa sebagai hal yang serius. Namun mengenai penerimaan Tuhan, Tuhan memang menerima kita yang berdosa kok.”

Banyak orang Kristen bertanya di dalam keraguan “apakah Tuhan sudah sungguh-sungguh menerima saya? Bukankah saya masih ada dosa? Saya tidak yakin bahwa saya dapat meninggalkan dosa ini dalam kurun waktu yang singkat. Jika demikian, masihkah Tuhan menerima saya? Apakah Tuhan yang sudah menerima saya akan tetap menerima saya di kemudian hari?” Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang penting dan harus dijawab. Puji Tuhan, Ia sudah memberikan jawaban-jawaban di dalam Alkitab.

Dalam ayat bacaan di atas kita bisa menemukan tujuan dari kedatangan Yesus ke dunia. Ia mencari orang berdosa. Orang berdosa membutuhkan Tuhan sama seperti orang sakit memerlukan tabib. Ia tidak mencari orang benar. Surat Roma telah menjelaskan bahwa tidak ada satupun manusia yang benar. Semuanya telah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Ini berarti semua manusia, tanpa kecuali, membutuhkan Tuhan. Hanya Tuhan-lah yang dapat menyembuhkan penyakit dosa. Ia dapat melakukan apa yang manusia tidak mungkin lakukan.

Banyak orang mencari jalannya sendiri ke surga dengan kekuatannya sendiri dan caranya sendiri. Alkitab sudah menyatakan bahwa ini adalah kesia-siaan. Bangsa-bangsa membuat ilah-ilahnya masing-masing, menyembahnya, dan berharap bahwa penyembahan mereka didengar dan diterima. Namun Alkitab telah menyatakan bahwa ini semua adalah berhala kesia-siaan. Nabi Elia telah mengalahkan ratusan nabi Baal karena Allah Elia adalah Allah yang hidup, yang sejati, sedangkan Baal hanyalah ilah rekayasa manusia yang mati dan tidak bisa berbuat apa-apa. Manusia harus kembali kepada Allah yang benar untuk mendapatkan keselamatan.

Orang Kristen, yang sudah menyembah Allah yang benar, mungkin saja mengenal-Nya secara salah. Banyak orang Kristen berpendapat bahwa jika dirinya berdosa, maka Allah pasti akan menolaknya. Mereka kemudian memutuskan untuk menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan bahkan berhenti berbakti di gereja. Tidak sedikit orang Kristen hanya memandang kepada murka Allah terhadap manusia berdosa namun tidak melihat pengampunan dan penerimaan di dalam Yesus Kristus. Mereka melihat Allah sebagai “Allah yang telah menolakku.”

Ketika mereka menjauhkan diri dari persekutuan orang kudus dan persekutuan dengan Tuhan, sebenarnya mereka telah mengambil langkah yang salah. Ketika kita menyadari keberdosaan diri, seharusnya itu mendorong kita untuk semakin mencari Tuhan. Orang yang menyadari keberdosaannya namun malah menjauh dari Tuhan adalah ibarat orang sakit yang menjauh dari tabib. Orang sakit seharusnya mencari tabib, demikian orang berdosa seharusnya mencari Tuhan. Masalah dosa tidak mungkin diselesaikan dengan cara menjauh dari Tuhan dan persekutuan umat-Nya. Kesucian didapatkan hanya ketika manusia mendekat kepada Allah yang sejati dan mau diubah oleh-Nya.

Sudahkah kita melihat Allah sebagai tabib bagi penyakit dosa kita? Apakah kita mendekat atau menjauh dari-Nya ketika kita semakin menyadari keberdosaan kita? Sudahkah hati kita menyadari bahwa Allah telah mencari dan menerima orang berdosa yang berseru kepada-Nya? Sudahkah kita mengusahakan kekudusan dengan cara mendekat kepada-Nya?