Kasih yang Langgeng

Kutipan oleh R. C. Sproul yang diambil dari buku “Mendambakan Makna Diri” (Surabaya: Momentum, 2005) halaman 48-9.

Kasih yang langgeng [adalah] jenis kasih yang telah diproses dalam cawan pemurnian melalui penderitaan dan kesesakan, dibangun di atas landasan batu karang kepercayaan. Kepercayaan adalah sesuatu yang mudah goyah, rapuh. Bisa dibutuhkan bertahun-tahun untuk memperkuatnya, dan beberapa menit saja sudah cukup untuk menghancurkannya. Jadi kasih yang langgeng harus sanggup menanggung kekecewaan dan perasaan diabaikan oleh orang-orang yang kita andalkan. Bukan berarti kepercayaan membabi buta yang timbul dari keluguan. Kita tahu bahwa manusia itu berdosa, dan karena itu kita tidak memandang pada dunia dan manusia melalui kacamata merah jambu yang membuat semuanya tampak indah.

Apakah Setan juga Beriman kepada Allah?

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (Yakobus 2:19)

 

Ayat ini menyatakan bahwa setan-setan percaya akan keesaan Allah. Kata ‘percaya’ pada ayat ini dalam bahasa Yunani adalah pisteuo. Kata ini mirip kata pistis yang berarti iman. Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak kita adalah “apakah setan juga percaya kepada Allah seperti kita?” dan “jika benar demikian, apakah mereka juga diselamatkan seperti kita yang percaya?”

 

Continue reading “Apakah Setan juga Beriman kepada Allah?”