Pengenalan akan Allah Membawa kepada Pengudusan

Kutipan oleh James Montgomery Boice dalam buku “Dasar-Dasar Iman Kristen” (Surabaya: Momentum, 2011), halaman 12.

Pengenalan akan Allah membawa kepada kekudusan. Mengenal Allah sebagai adanya Dia, berarti mengasihi Dia sebagai adanya Dia dan ingin menjadi seperti Dia. Ini adalah berita dari salah satu ayat paling penting dalam Alkitab tentang pengenalan akan Allah. Yeremia, nabi Israel itu, menulis, “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya; janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 9:23-24). Yeremia juga menulis tentang suatu hari di mana orang-orang yang tidak mengenal Allah akan mengenal Dia. “Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan; Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN; sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka, dan tidak lagi mengingat dosa mereka” (Yer. 31:34).

Kristus sebagai Dasar Pengenalan akan Allah

Kutipan oleh Stephen Tong dari buku “Hati yang Terbakar” Vol. 1A (Surabaya: Momentum, 2014), hal. 11.

Allah orang Kristen adalah Allah yang memperkenalkan diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus; dan Yesus Kristus merupakan puncak dari wahyu Allah. Wahyu Allah yang ada di dalam alam saja tidak cukup. Wahyu Allah yang terdapat di dalam Kitab Suci bersifat lebih tinggi. Namun, klimaks atau puncak wahyu Allah terdapat di dalam diri Kristus, Pribadi Kedua yang turun ke dunia. Di dalam diri Kristus kita mengenal Allah secara sempurna, dan di dalam diri Kristus kita mengenal Allah secara benar dan tepat. Keakuratan pengenalan Allah hanya bisa dicapai melalui pengenalan akan Kristus; dan yang memberikan kesaksian yang benar tentang Kristus adalah Firman yang tertulis di dalam Alkitab. Itulah sebabnya Alkitab merupakan saksi bagi Kristus, yang menyaksikan tentang Kristus, dan melalui Kristus inilah kita datang kepada Allah Bapa. Namun dari manakah kita dapat mengerti Alkitab? Dari Roh Kudus. Roh Kudus memimpin kita ke dalam arti yang sesungguhnya dari Alkitab. Melalui Alkitab kita dipimpin seluruhnya ke dalam pengenalan akan Yesus Kristus. Melalui Kristus kita mengenal Allah Bapa yang sesungguhnya. Dengan perkataan lain, kunci kita mengenal Alkitab adalah Roh Kudus, kunci kita mengenal Yesus Kristus adalah Alkitab, dan kunci kita mengenal Allah Bapa adalah Yesus Kristus. Dengan demikian, kita mengenal Allah melalui Kristus; kita mengenal Kristus melalui Firman-Nya; dan kita mengenal Firman melalui Roh Kudus.

Arti dari Teologi

Kutipan oleh Stephen Tong dari buku “Hati yang Terbakar” Vol. 1A (Surabaya: Momentum, 2014), hal. 7-8.

Theologi berarti mengenal Allah, memahami, mengalami, serta hidup di dalam Dia. Theologi bukanlah sekadar suatu teori yang pernah terlintas di dalam rasio manusia, bukan sekadar pelajaran yang dipelajari melalui tulisan di atas kertas. Theologi adalah pengenalan akan Allah yang di dalamnya kita menghayati atau mengalami hidup yang sejati. Di dalam bertheologi, kita menjelajahi perkataan-perkataan, janji-janji, realitas, dan kesungguhan Allah sendiri. Di dalam bertheologi, kita juga menghayati cinta kasih-Nya kepada kita dan cinta kasih kita kepada-Nya. Dalam hal ini, Blaise Pascal, seorang filsuf, ahli matematika dan ahli fisika dari Prancis, berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Allah lebih daripada cintanya kepada Allah.” Theologi tidak seharusnya hanya dimonopoli oleh seminari-seminari, sekolah-sekolah theologi atau sekolah-sekolah Alkitab, sekolah-sekolah yang melatih calon-calon pendeta, dan sejenisnya. Theologi hendaknya dimiliki oleh setiap orang Kristen, karena bertheologi merupakan hak setiap anak Tuhan, setiap orang yang mengenal Tuhan, agar mengetahui mengapa kita harus mengenal Tuhan dan bagaimana mengenal Dia dengan tepat. Kita tidak mempelajari theologi di dalam otak, tetapi menerjunkan diri ke dalam cinta Tuhan dan cinta kita kepada Tuhan. Sambil menikmati cinta-Nya, saat itu kita harus membalas cinta-Nya dengan cinta yang diberikan oleh Dia kepada kita. Itulah theologi.