A Prayer for Confidence

Doa untuk Keyakinan

Ya Allah damai sejahtera, yang telah mengajari kami bahwa dalam pulang dan beristirahat kami akan diselamatkan, dalam ketenangan dan kepercayaan akan menjadi kekuatan kami: Dengan kekuatan Roh-Mu angkatlah kami, kami berdoa, ke hadirat-Mu, di mana kami mungkin diam dan mengetahui bahwa Engkau adalah Allah; melalui Yesus Kristus Tuhan kami.

Amin.

Buku Doa Bersama

Katekismus Heidelberg P21 – Iman yang Sejati

Renungan harian

26 April 2021

Katekismus Heidelberg

P21 – Iman yang Sejati

Pert. Apa iman yang sejati itu?

Jaw. Iman yang sejati adalah keyakinan atau pengetahuan yang pasti yang membuat aku mengakui sebagai kebenaran segala sesuatu yang dinyatakan Allah kepada kita di dalam Firman-Nya, dan juga kepercayaan yang teguh (b), yang dikerjakan dalam hatiku oleh Roh Kudus (c), melalui Injil (d). Isinya ialah bahwa pengampunan dosa dan kebenaran serta keselamatan yang kekal (e) telah dikaruniakan tidak hanya kepada orang lain saja, tetapi juga kepadaku sendiri, oleh rahmat Tuhan semata-mata, hanya berdasarkan jasa-jasa Kristus saja (f).

(a) Ibr 11:1-3. (b) Rom 10:10. (c) Efe 2:8. (d) Rom 10:17. (e) Rom 3:24.

Iman yang sejati mengandung pengetahuan. Manusia harus mendapatkan pengetahuan tentang kabar baik itu. Iman sejati bukanlah iman buta yang ‘asal percaya’ atau yang tidak tahu apa atau siapa yang dipercaya. Iman yang sejati juga mengandung keyakinan. Beriman secara sungguh-sungguh itu berarti tidak hanya tahu tetapi juga yakin pasti akan pengetahuan tersebut. Ia tidak hanya tahu bahwa ia harus bergantung pada Allah tetapi ia sendiri juga bergantung pada Allah.

Iman yang sejati ini dikerjakan oleh Allah Roh Kudus melalui Injil. Iman itu tidak timbul ‘dengan sendirinya’ dalam diri manusia. Manusia tidak menghasilkan iman yang sejati itu dengan kekuatan pikirannya sendiri. Itulah mengapa Alkitab menyatakan bahwa iman yang sejati itu merupakan anugerah. Jasa Kristus yang secara cuma-cuma diberikan kepada kita yang beriman juga merupakan anugerah semata.

Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

13 Juni 2020: Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan

PENDAHULUAN

             Kita akan membahas tentang ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan. Kita akan melihat dari 1 Yohanes 5:13-14 dan 2 Korintus 13:5. Salah satu kebutuhan jiwa kita adalah adanya kepastian dan jaminan hidup. Dalam hal apapun kita membutuhkan kepastian dan jaminan. Apakah ada perbedaan antara kepastian (certainty) dengan jaminan (guarantee) keselamatan? Pasti ada. Mengapa ada orang yang sudah percaya kepada Kristus tetapi belum pasti atau tidak Yesus yakin akan keselamatannya? Ada orang-orang yang sudah bertobat namun karena pergumulan tertentu akhirnya mereka ragu akan keselamatan mereka. Mengapa ada orang Kristen yang yakin akan keselamatannya walaupun dasar percayanya karena rasio dan perasaan diri sendiri? Apakah orang-orang seperti ini diselamatkan atau tidak? Sampai sejauh mana pentingnya ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan? Ini sangat penting. Jika keselamatan kita tidak diuji, maka kita tidak bisa sungguh-sungguh tahu apakah kita ini anak-anak Tuhan atau bukan. Apakah keyakinan keselamatan berdasarkan kata Alkitab itu penting? Ini juga sangat penting. Ini agar kita bisa menghidupi kepastian keselamatan kita dengan damai sejahtera, bukan dengan ketakutan, kekhawatiran, atau keraguan. Jika semua ini beres, maka pertumbuhan kerohanian kita juga akan menjadi beres. Jika kerohanian kita beres, maka buah-buah keselamatan dan pelayanan kita juga beres. Namun jika itu tidak beres, maka itu akan mengganggu kerohanian, buah keselamatan, dan pelayanan kita.

PEMBAHASAN

1) Program Tuhan

            Alkitab menyatakan bahwa Tuhan memiliki program untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Keselamatan itu bersifat pasti karena keselamatan itu dikerjakan oleh Allah sendiri. Tidak ada rekayasa atau sandiwara dalam keselamatan yang Allah kerjakan. Seluruh nubuat yang Allah berikan itu pasti dan tergenapi. Yesus hidup memenuhi semua tuntutan hukum Taurat dengan sempurna. Ketika Yesus mengajarkan, Ia mengajar dengan kuasa. Ia menjalankan kehendak Bapa dengan sempurna. Jadi semua itu pasti. Ini penting karena bisa menjadi suatu dorongan bagi kita untuk menghasilkan buah-buah iman. Kita diselamatkan bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk Allah dan sesama kita. Orang yang tidak menghasilkan buah iman harus dipertanyakan keselamatannya. Penjahat di sebelah Yesus tidak memiliki kesempatan untuk menyatakan buah imannya selain pengakuannya akan siapa diri Yesus. Ia memercayakan dirinya kepada Tuhan dan Tuhan memberikan kepastian dan jaminan keselamatan kepadanya. Bagi kita yang masih memiliki waktu, kita harus menyatakan buah iman kita.

2) Program Setan

            Orang percaya bisa mengalami kemunduran iman. Ia sudah diselamatkan namun tidak tampak buah imannya dan mengalami kemunduran iman. Akhirnya Setan membuatnya meragukan keselamatannya. Keraguan itu merupakan kemunduran iman. Orang itu mungkin menjadi ragu karena terus jatuh-bangun dalam kerohanian dan terus bergumul dengan dosa tertentu. Ia menjadi depresi dan merasa tidak pasti atau bingung dengan keselamatannya. Ia kemudian bisa mempertanyakan apakah Tuhan sungguh hidup dalam dirinya. Orang yang terikat dengan pergumulan dan masalah tidak akan bisa mengalami kemenangan iman. Orang itu tidak akan bertumbuh dalam kerohanian dan pelayanan. Ini karena ia kalah terhadap penderitaan, pergumulan, dan tekanan. Ia tidak sungguh-sungguh bergantung pada Tuhan dan firman-Nya. Orang seperti ini akan sulit melayani karena untuk menghadapi diri sendiri saja sudah susah. Kita tidak menunggu sampai diri kita menjadi sempurna baru kemudian melayani. Minimal kita harus bertumbuh dalam kerohanian dan tanggung jawab. Tuhan tidak pernah menanamkan keraguan. Keraguan adalah pekerjaan Setan.

3) Tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan

            Macam pertama adalah orang yang percaya dan tahu atau yakin berdasarkan iman. Ini adalah tipe keselamatan yang objektif. Ia tahu bahwa imannya mengandung keselamatan dan hidupnya bertemakan melayani Tuhan. Macam kedua adalah orang yang percaya tahu atau yakin berdasarkan diri sendiri. Ia belum mengalami kelahiran baru dan perubahan hidup. Imannya hanya berdasarkan rasio dan perasaan. Jadi ia percaya karena kekuatan diri sendiri. Orang seperti ini belum diselamatkan. Jadi ini adalah tipe keselamatan yang relatif. Macam ketiga adalah orang yang percaya namun tidak tahu atau tidak yakin akan keselamatannya. Jadi ini tipe keselamatan yang subjektif. Ia sudah sungguh-sungguh mengalami keselamatan itu namun di dalam waktu ia menjadi ragu.

4) Jenis pertama: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan iman

            Orang seperti ini memiliki A) kesaksian Roh Kudus (1 Yohanes 5:6b, 10 a). Roh Kudus tinggal dalam hati orang yang diselamatkan (1 Yohanes 3:24, 4:13; Roma 8:9) dan bersaksi. Roh Kudus menggarap hidup kita dalam kesucian dan membangun kepekaan kita terhadap dosa. Ia memampukan kita hidup dan berjalan dalam kebenaran. Ia melengkapi kita dalam pelayanan. Roh Kudus juga menolong kita dalam pengenalan kita akan Tuhan. Allah Roh Kudus menyucikan hati nurani kita sehingga kita tidak berani bermain-main dalam dosa. Kesaksian Roh Kudus paling diketahui oleh diri kita sendiri. Semua pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita adalah kesaksian Roh Kudus. Roh Kudus juga menjadi saksi bagi hubungan seseorang yang telah diselamatkan dengan Allah (Roma 8:16; Galatia 4:6). Ketika kita sadar bahwa kita adalah anak Tuhan, maka hati kita akan penuh damai dan sukacita. Kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah.

            Orang seperti ini juga B) memiliki tanda-tanda hidup baru (1 Yohanes 5:11-12). Kita sudah bersatu dengan Kristus. Kita percaya akan inkarnasi dan karya keselamatan Tuhan Yesus Kristus serta penggenapan yang Allah Roh Kudus kerjakan dalam diri kita. Tanda pertama adalah kita mengalami pembaruan tabiat manusia batiniah kita (karakter rohani) – Yohanes 1:12; 2 Korintus 5:17; Kolose 3:9-10. Orang yang berada dalam Kristus akan berubah ke arah Kristus. Salah satu yang mengalami perubahan adalah karakter roh kita. Ada enam tanda hidup baru dalam Kristus yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

5) Tanda-tanda hidup baru

            a) Tanda persekutuan dengan Allah dan umat-Nya (1 Yohanes 1:3). Orang yang hidup baru punya kerinduan dan kenikmatan yang baru yaitu persekutuan dengan Tuhan dan tubuh Kristus. Mereka menjadi anggota keluarga Allah dan memiliki ikatan di sana. Dalam persekutuan fisik, kita melihat keindahan dalam berbagi misalnya pergumulan kita, iman kita, dan lainnya. Persekutuan tanpa membuka diri dan berbagi bukanlah persekutuan sesungguhnya. Orang yang belum diselamatkan tidak akan memiliki kerinduan untuk memiliki relasi dengan Tuhan dan sesama. Ia malah punya kecenderungan untuk memberontak terhadap Firman Tuhan dan Gereja (Yohanes 3:20; Yohanes 15:19; Roma 3:11, 18). Kita dipanggil ke luar dari dosa kepada terang. Itu adalah bukti bahwa kita sudah diselamatkan.

            b) Tanda ketaatan kepada Allah (1 Yohanes 2:3). Orang itu sungguh-sungguh mau taat kepada seluruh Firman Tuhan. Semua yang Alkitab tuntut harus kita kerjakan. Ia memiliki kerinduan untuk taat secara total. Respons kita terhadap Injil merupakan permulaan hidup ketaatan kita kepada Kristus (2 Korintus 5:15). Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak pernah rela menaati Allah (Roma 3:12, 8:7-8; Efesus 2:2). Itu karena ia masih menjadi musuh Allah. Ia merasa tenang walaupun melawan Allah. Salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah menggarap ketaatan kita. Ia menegur kita jika tidak taat. Ia memampukan kita untuk hidup dalam ketaatan total.

            c) Tanda melakukan kebenaran (1 Yohanes 2:29). Tujuan surat 1 Yohanes ditulis adalah supaya para pembacanya tahu bahwa mereka yang percaya sudah memiliki hidup kekal dalam Tuhan Yesus Kristus. Orang itu melakukan kebenaran yaitu melakukan kehendak Allah dalam kuasa-Nya (Ibrani 13:21; Filipi 1:11). Kita bukan mesin rohani dalam melakukan kebenaran. Kita diberikan kebebasan untuk melakukan tanggung jawab dalam segala aspek. Kita melakukan kebenaran bukan untuk menyatakan diri kita benar melainkan untuk menyatakan Tuhan. Kita bisa menghidupi kebenaran karena pertolongan Allah Roh Kudus karena kebenaran itu adalah milik Allah sendiri. Dengan dimilikinya Roh Kudus, orang percaya dimampukan untuk merindukan dan melakukan kehendak Allah ketika mereka menyerahkan diri dalam kontrol-Nya (Roma 8:4; Filipi 2:13, 4:13). Jika kita ingin dipakai oleh Tuhan, maka kita harus berserah kepada-Nya. Jadi ini bukan karena kehebatan kita. Sebaliknya, orang tidak percaya tidak pernah melakukan apa yang benar di hadapan Allah karena kerusakan status dan tidak adanya kasih dalam diri mereka (Roma 3:10, 12; 1 Yohanes 3:10). Dalam Gereja ada orang-orang seperti ini dalam izin Tuhan. Dalam Gereja pasti ada gandum dan lalang. Keberadaan orang-orang diizinkan untuk melatih iman kita. Mereka tidak menjadi murid kebenaran tetapi memanfaatkan kebenaran. Mereka bisa terlihat sibuk dalam pelayanan namun hati mereka tidak dibuka untuk Firman Tuhan.

            d) Tanda kasih kepada Allah (1 Yohanes 3:14). Ini adalah kasih Kristus yang mengalir dalam hati kita oleh karena pekerjaan Roh Kudus (Roma 5:5; Galatia 5:22). Orang yang mengasihi Allah akan memiliki kasih untuk mengasihi orang-orang berdosa. Orang itu akan terus rindu untuk melayani Tuhan dan mencapai kebaikan orang lain sekalipun ia harus mengorbankan dirinya (1 Yohanes 3:16-18). Mereka mau agar semua pelayanan bisa dikerjakan dengan baik dan sempurna. Kristus sudah berkorban untuk kita. Ia menjadi teladan bagi kita. Jadi pengorbanan adalah bagian dari karakter hidup Kristen. Jika mau berkorban dalam pelayanan namun tidak merasa berkorban, maka itu berarti karakter kita sudah dekat dengan karakter Kristus. Manifestasi kasih ini merupakan tanda sejati seorang murid Tuhan (Yohanes 13:34-35). Ketika kita mengasihi, kita tidak akan senang ketika melihat sesama kita terjatuh. Kita akan memiliki belas kasihan terhadap orang itu.  Dalam kasih itu tidak ada dendam, iri, dan benci. Semua itu bukanlah karakter anak Tuhan. Kita akan mau berkorban untuk orang itu untuk menyatakan kasih Tuhan. Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak mengasihi umat Allah dengan cara sedemikian (Yohanes 15:17-19). Mereka juga tidak mengasihi Allah yang meminta ketaatan mereka (Yohanes 3:20, 14:15). Orang yang hitung-hitungan dalam pelayanan perlu dipertanyakan kasihnya. Semua yang Allah berikan adalah titipan Tuhan yang harus kita pakai untuk kemuliaan Tuhan.

            e) Tanda pengakuan akan Kristus (1 Yohanes 4:15). Orang yang diselamatkan sudah menerima kesaksian Allah tentang Anak-Nya serta dengan rela mengaku iman mereka terhadap kebenaran tersebut (1 Yohanes 5:6, 9:10). Sebaliknya, orang yang tidak percaya menolak kesaksian yang Allah berikan tentang Anak-Nya yaitu Kristus (1 Yohanes 4:1-3). Jadi orang yang tidak mengakui Tuhan Yesus Kristus perlu dipertanyakan keselamatannya. Kepastian dan keyakinan keselamatan itu sejalan dengan pengenalan akan Tuhan. Antikristus berasal dari Gereja itu sendiri. Mereka adalah titipan Setan. Mereka tampak seperti orang Kristen namun menyatakan iman yang menyeleweng.

            f) Tanda kerendahan hati di hadapan Tuhan. Orang percaya yang sejati tidak dapat tenang jika tidak mengakui adanya dosa dalam dirinya karena ada Roh Kudus yang selalu menegur hati nuraninya dan hal itu juga tidak cocok lagi dengan keberadaan dirinya yang baru dalam Kristus (Efesus 4:30; Roma 6:1-13, 14:17; Galatia 5:25). Yohanes menyatakan bahwa orang yang sudah percaya tidak akan menikmati dosa. Kalau kita masih menyimpan dan menikmati dosa, maka kita bukanlah anak-anak Tuhan. Anak-anak Tuhan tidak akan menyimpan dosa. Kita justru akan melakukan kebenaran di dalam Tuhan. Allah Roh Kudus tidak akan membiarkan kita bermain-main dalam dosa. Ia akan menarik kita ke luar dan membangunkan kita. Hati kita akan digarap oleh Roh Kudus sehingga kita akan bersinar bagi Tuhan. Enam tanda inilah yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

6) Jenis kedua: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan diri sendiri

            Orang percaya model ini adalah orang yang pertobatannya semu karena aspek psikologis belaka. Orang seperti ini bisa sungguh yakin bahwa ia menerima Kristus dan keselamatan, tetapi semua itu hanya sebagai keyakinannya sendiri, bukan keyakinan dari iman yang benar dalam Kristus. Contoh: Matius 7:22-23, 25:1-13; Yohanes 2:23-25. Ada orang-orang yang bisa melayani dan menunjukkan fenomena rohani. Namun pada akhirnya Tuhan menolak mereka dan menyatakan bahwa Tuhan tidak mengenal mereka. Ada orang-orang yang kelihatan Kristen dan ikut melayani namun sebenarnya mereka meremehkan anugerah keselamatan. Kita harus terus waspada iman sehingga kita siap dipanggil oleh Tuhan. Orang yang percaya akan selalu siap sedia menjaga kesucian hidup dan berfokus kepada Tuhan. Ada orang-orang yang mau mengikut Tuhan karena fenomena rohani tetapi tidak benar-benar mengenal Tuhan. Mereka mengikut Tuhan agar bisa ikut berkuasa dan mendapatkan kepopuleran. Banyak orang mengaku Kristen namun tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan secara pribadi.

            Pertobatan yang semu atau karena aspek psikologis disebabkan karena orang itu bertobat karena tekanan hidup. Ada orang yang terus mengalami tekanan dalam hidupnya. Namun ketika ia diundang ke suatu KKR, ia mendapatkan ketenangan secara psikologis. Akhirnya ia menyatakan diri bertobat, padahal ia tidak benar-benar mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ia hanya mau lari dari tekanan hidup dan memakai Tuhan untuk mengambil semua tekanan hidupnya. Sebab kedua adalah orang itu bertobat karena pelarian hidup. Ada orang-orang yang memiliki penyakit mental dan tidak berani menghadapi masalah itu. Mereka selalu lari dari kenyataan. Yakub juga selalu lari dari masalah namun pada akhirnya Tuhan mengajarkannya untuk menghadapi masalah. Banyak orang memilih untuk menjadi Kristen karena merasa nyaman di Gereja. Jadi mereka hanya menumpang dalam Gereja. Gereja menjadi tempat pelariannya. Mereka mencari khotbah yang lucu dan santai karena mereka mencari kenyamanan.

            Ada orang-orang yang kelihatannya bertobat untuk mencari pengakuan. Mungkin lingkungannya merendahkannya, namun Gereja menerimanya dan mengakuinya. Mereka merasa nyaman di Gereja namun ia tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Biasanya orang-orang seperti ini di masa depan akan memanfaatkan Gereja dan akan banyak menipu. John Wesley dan Billy Graham baru bertobat setelah menjadi hamba Tuhan. Ada orang-orang yang baru bertobat setelah masuk sekolah teologi. Orang-orang yang pertobatannya semu perlu kita layani dan arahkan.

7) Jenis ketiga: percaya dan tidak tahu atau tidak yakin memiliki hidup yang kekal dalam Kristus (1 Yohanes 5:13)

            Mungkin orang yang seperti ini imannya sedang terguncang (bandingkan dengan Ibrani 10:22 dan 2 Timotius 1:12). Iman kita seharusnya teguh dan kuat. Namun ada orang-orang tertentu yang tidak bisa menghadapi masalah dan tekanan hidup. Mereka mudah guncang dan guncangan itu bisa terjadi terus menerus. Sebab kedua adalah orang itu dalam masa depresi (bandingkan dengan 2 Timotius 2:13). Ada orang-orang yang mudah depresi karena berasal dari lingkungan keluarga yang hancur atau karena mereka tidak siap mental menghadapi kesulitan. Mereka terus menerus melihat masalah namun tidak melihat kepada Tuhan. Akhirnya mereka tidak bisa merasakan kepastian keselamatan. Mereka meragukan pimpinan Tuhan dalam hidup mereka. Sebab ketiga adalah orang itu merasa tidak ada kejadian yang spektakuler terjadi dalam hidupnya (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 16:30-34). Ia merasa hidupnya biasa-biasa saja selama menjadi Kristen. Iman kita tidak ditentukan oleh hal-hal spektakuler tetapi oleh pengenalan kita akan Kristus. Hidup Kristen harus menyatakan ketaatan dan perjuangan. Kita memiliki pengharapan yang luar biasa di dalam Kristus. Dalam pengharapan itu kita aktif, bukan pasif. Pengharapan yang mulia itu mendorong kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. Ada orang-orang yang sungguh-sungguh percaya namun karena berada dalam komunitas yang tidak benar akhirnya ia mengharapkan hal yang salah. Lambat laun ia akan mempertanyakan keselamatannya. Jika kita mengalami keraguan iman, maka itu bukanlah program Tuhan. Tuhan mau agar buah kebenaran dan buah iman kita muncul. Tuhan menguji hidup kita agar kita bertumbuh dan berbuah sehingga hidup kita menjadi kesaksian bagi nama Tuhan. Kita harus meninggalkan keraguan kita dan melihat kepada Tuhan. Kita tidak perlu mengharapkan hal-hal yang spektakuler secara fenomena. Hal yang harus kita harapkan adalah hidup kita dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Fanny Crosby hidup sederhana namun ia menjadi berkat bagi banyak orang.

KESIMPULAN

            Ada tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan. Dalam macam yang pertama, iman orang itu membuatnya percaya dan ia tahu dengan pasti karena realitas iman. Orang macam kedua percaya namun karena rasio atau perasaan. Ia tahu dengan pasti karena berpatokan pada hal-hal lahiriah. Orang macam ketiga percaya karena iman namun ia tidak tahu dengan pasti karena realitas hidup yang dihadapinya. Kita pasti mau menjadi orang macam pertama. Kita mau percaya karena iman kita di dalam Tuhan dan kita tahu pasti karena realitas iman, bukan karena rasio atau perasaan atau realitas hidup. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk bergantung pada fenomena rohani seperti kekayaan, kesembuhan, dan lainnya.

            Jadi ada beberapa pertanyaan yang bisa menjadi ujian keselamatan dan keyakinan kita:

1) Apakah kita memiliki kesaksian batiniah dari Roh Kudus dan sukacita surgawi?

2) Apakah kita menikmati persekutuan rohani dengan Allah dan sesama orang percaya?

3) Bagaimana sikap kita terhadap tawaran kenikmatan dunia dan nilai-nilai lainnya? Orang percaya harus menolak itu semua.

4) Pernahkah doa kita dijawab Tuhan berkaitan dengan kehendak-Nya?

5) Apakah kita secara mendasar taat kepada perintah-perintah Alkitab?

6) Apakah kita memiliki kepekaan dosa dan gelisah ketika ada dosa di dalam diri kita? John Calvin berkata bahwa orang yang kudus akan peka terhadap dosa-dosa yang kelihatan kecil.

7) Apakah dosa yang kita lakukan sebelum dan setelah menerima Kristus semakin berkurang?

8) Apakah kita memiliki kemampuan untuk membedakan mana kebenaran yang sejati atau tidak dan bisa membedakan kesalahan rohani? Jadi kita harus mengerti Firman Tuhan dan mengerti teologi yang benar.

9) Apakah kita mencintai Tuhan Yesus Kristus dan kasih-Nya semakin hidup dalam kehidupan kita? Jika kasih-Nya hidup dalam diri kita, maka kita pun akan mengasihi jiwa-jiwa. Kita akan memiliki belas kasihan Tuhan terhadap orang-orang di sekitar kita.

10) Apakah kita mencintai firman yang sejati, Gereja-Nya, dan menantikan kedatangan-Nya? Kita harus senantiasa membaca Alkitab, melakukan penginjilan, dan selalu siap sedia menunggu kedatangan-Nya.

11) Apakah kita percaya pada doktrin-doktrin dasar iman Kristen? Jika kita menganggap bahwa doktrin itu tidak penting, maka kita sudah menganut doktrin yang salah. Doktrin pasti akan memengaruhi hidup kita dan pelayanan kita.

12) Pernahkah kita mengalami penganiayaan, penderitaan, tekanan hidup karena kualitas iman kita dan nilai kekristenan kita?

            Jika kita sudah mengerti 12 poin ini dan sudah memiliki jawaban yang benar, maka kita sudah melewati ujian keselamatan dan keyakinan kita.

Q & A.

Q. Orang percaya memiliki kebebasan. Apakah perbedaan dan persamaan antara kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa dengan kebebasan orang percaya?

A. Kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa adalah kebebasan netral. Ia bisa taat atau melawan Tuhan. Ia bebas namun terbatas, bukan sebebas-bebasnya. Kebebasannya mengandung nilai tanggung jawab rohani terhadap perintah Tuhan dalam mandat budaya. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kebebasan mereka mengandung dosa. Manusia yang belum lahir baru memiliki kebebasan dalam dosa. Jadi segala perbuatannya akan mengandung dosa. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam memberikan kebebasan kepada anak-anak kita. Mereka bisa jatuh karena kebebasan. Orang-orang zaman ini terus menuntut hak dan kebebasan namun tidak melihat kewajiban mereka. Namun bagi kita yang sudah percaya, kita tahu bahwa kebebasan kita harus terikat dalam tanggung jawab kepada Tuhan.

Q. Apakah ajaran agama lain di luar ajaran Kristus punya keyakinan juga akan keselamatan mereka? Jika ya, maka mengapa mereka bisa yakin? Padahal menurut pandangan kita keselamatan mereka keliru.

A. Setiap manusia bisa membangun suatu keyakinan. Keyakinan itu bisa bersumber dari hukum alam, misalnya ‘saya yakin akan menjadi kenyang setelah banyak makan’. Jika kita berani makan di suatu restoran karena mendengar pendapat yang positif dari orang lain, maka kita yakin berdasarkan kata orang lain. Jadi kita bisa yakin karena hukum alam atau kata orang lain. Keyakinan yang paling berat adalah keyakinan yang tidak bisa dipikirkan secara rasio. Ada orang-orang yang tidak mau berdiskusi tentang keyakinannya dan terus menjawab ‘pokoknya’. Mereka sudah menuhankan keyakinannya dan tidak bisa berpikir jernih. Kita, orang Kristen, percaya karena Kristus memang pernah datang ke dalam dunia untuk menebus kita. Ia memelihara kita sehingga kita terus beriman kepada-Nya. Keyakinan kita bisa diuji, namun keyakinan agama lain belum tentu bisa.

Q. Apakah fenomena rohani oleh pendeta-pendeta (melakukan mukjizat, dan lainnya) yang dimaksud adalah yang berasal dari Gereja-Gereja lain? Apakah itu tidak dibenarkan dalam kekristenan?

A. Kitab Ulangan sudah memberitahu kita untuk berhati-hati terhadap semua nabi palsu. Mereka biasa muncul dengan pendekatan mukjizat dan fenomena rohani, namun Kristus disingkirkan. Perjanjian Baru sudah mengajarkan kita bahwa para antikristus akan muncul dalam Gereja dan menampilkan diri sebagai orang Kristen. Mereka bisa membuat orang-orang terkagum namun membuat orang-orang jauh dari Kristus. Iman kita bertumbuh bukan karena mukjizat, fenomena rohani, atau hal-hal yang menghibur kita. Iman kita bertumbuh karena Firman Tuhan. Kita tidak menarik orang-orang dengan hal-hal yang spektakuler. Kuasa Tuhan itu bukan kuasa yang murahan. Kita percaya bahwa Tuhan masih bisa menyatakan mukjizat-Nya, namun kita tidak boleh memaksa Tuhan untuk menyatakan mukjizat-Nya. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita. Sebaliknya, kita harus mengikut kehendak Tuhan. Banyak pendeta ingin terlihat hebat agar ia mendapatkan banyak jemaat sehingga ia bisa mendapatkan banyak persembahan untuk memperkaya diri. Namun kita harus mengerti bahwa iman tidak dibangun di atas dasar mukjizat tetapi Firman Tuhan.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)