Katekismus Heidelberg P11 – Kasih dan Keadilan Allah

Renungan harian

15 Februari 2021

Katekismus Heidelberg

P11 – Kasih dan Keadilan Allah

Pert. Bukankah Allah juga penyayang?

Jaw. Sungguh Allah itu penyayang (a), tetapi Dia juga adil (b). Oleh sebab itu, keadilan-Nya menuntut supaya dosa yang diperbuat terhadap Kemuliaan Allah yang Tertinggi itu dihukum dengan hukuman yang tertinggi juga, yaitu hukuman yang kekal atas tubuh dan jiwa.

(a) Kel 34:6. (b) Nah 1:2-3.

Banyak orang Kristen sulit menerima ketika dikatakan bahwa Allah, yang adalah kasih, menyatakan hukuman kepada semua manusia berdosa. Alkitab di sisi lain juga menyatakan bahwa Allah itu adil. Kasih dan keadilan-Nya itu tidak bertentangan. Allah mencintai keadilan. Kasih-Nya bukanlah kasih tanpa keadilan. Kasih-Nya tidak meniadakan keadilan. Allah mengasihi diri-Nya sendiri lebih daripada manusia. Ia tidak mau kesucian-Nya dipermainkan oleh manusia berdosa.

Di dalam keadilan-Nya, Allah menghukum manusia berdosa. Hukuman yang diberikan-Nya adalah hukuman kekal karena manusia melakukan perlawanan terhadap Allah, otoritas yang tertinggi di surga maupun bumi. Jadi hukuman kekal itu sepenuhnya adil, tidak berlebihan. Hukuman itu diberikan bukan hanya berdasarkan ‘apa’ pelanggaran manusia tetapi juga berdasarkan terhadap ‘siapa’ pelanggaran itu dilakukan.

Katekismus Heidelberg P10 – Murka Allah atas Keberdosaan Manusia

Renungan harian

8 Februari 2021

Katekismus Heidelberg

P10 – Murka Allah atas Keberdosaan Manusia

Pert. Apakah Allah hendak membiarkan ketidaktaatan dan kemurtadan semacam itu tanpa hukuman?

Jaw. Tidak. Sebaliknya, Dia sangat murka (a), baik atas dosa turunan maupun atas dosa yang kita perbuat sendiri. Dia hendak menghukumnya dengan hukuman yang adil, baik di dunia ini maupun di akhirat (b), sebagaimana Dia telah berfirman, ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat’ (Gal 3:10).

(a) Rom 1:18. (b) Maz 50:21.

Allah yang adil harus menghukum manusia yang berdosa. Jika tidak demikian, maka Ia tidak adil. Manusia dituntut untuk menaati semua hukum Allah. Jika tidak, maka manusia harus dihukum. Allah memberikan hukum Taurat kepada bangsa Israel dan hukum itu menyatakan apa yang dikehendaki oleh Allah dari manusia. Hukum Taurat itu sudah dengan jelas diberikan sehingga tidak ada orang yang bisa berkata bahwa ia tidak tahu apa tuntutan Allah. Bahkan Allah memberikan jalan pengampuan bagi manusia yang melanggar yaitu melalui persembahan korban, yang pada akhirnya menunjuk kepada Kristus.

Kendati demikian, sejarah membuktikan bahwa manusia tetap memilih untuk berdosa meskipun Allah sudah memberikan jalan keluar. Manusia memilih untuk berdosa dengan sengaja dan melawan Allah. Pada akhirnya tidak ada manusia yang bisa berkata “saya dipaksa berdosa seumur hidup saya padahal sebenarnya saya tidak mau”. Semua manusia berdosa atas keinginannya sendiri di dalam kebebasan yang dimilikinya. Jadi hukuman Tuhan atas manusia berdosa itu adil adanya.

Dosa, Hukuman Allah, dan Perubahan Dunia Akibat Dosa (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

16 Mei 2020: Dosa, Hukuman Allah, dan Perubahan Dunia Akibat Dosa

            Kita akan melihat beberapa ayat yang berbicara tentang dosa, hukuman Allah, dan perubahan dunia. Kejadian 1:26-27, Yesaya 43:7 (Tuhan memberikan tujuan bagi keberadaan kita), Roma 3:23 dan 6:23 (pada 3:23, frasa ‘kehilangan kemuliaan Allah’ sebenarnya lebih tepat adalah ‘kekurangan kemuliaan Allah’), dan Yesaya 59:1-2 (ada jurang pemisah antara Allah yang suci dengan kita sebagai manusia berdosa).

PENDAHULUAN

            Apa masalah yang terbesar dari dunia? Ketika manusia tidak sadar dirinya berdosa dan tidak membutuhkan pengampunan dosa. Jadi masalah terbesar bukan masalah ekonomi, kesejahteraan, penyakit, peperangan, atau ancaman orang jahat. Manusia tidak sadar dirinya sudah berdosa sehingga tidak merasa membutuhkan pengampunan dosa. Kejadian apa yang manusia tidak bisa prediksi dan tidak siap hadapi? Hukuman Allah dan akibatnya (perubahan dunia). Tidak ada yang bisa memprediksi hukuman Allah karena dosa di dalam kedaulatan-Nya. Manusia pun tidak bisa memprediksi akibat-akibatnya. Akhir dari masa pandemi ini pun tidak bisa diprediksi oleh siapapun. Hanya Allah dalam kedaulatan-Nya yang tahu. Apakah semua kejahatan, penyakit, penderitaan, atau kesengsaraan manusia adalah ciptaan Tuhan? Ada yang menyatakan bahwa Covid-19 adalah ciptaan Tuhan. Kita akan membahas bagian ini.

PEMBAHASAN

1) Apa kata Alkitab tentang manusia dan kedudukannya di dunia?

            Allah menciptakan malaikat, namun sebagian dari mereka memberontak. Mereka adalah kelompok Iblis dan Setan. Kemudian Allah juga menciptakan alam (Kejadian 1-2). Tuhan tidak pertama-tama menciptakan manusia sebagai image of God. Dikatakan bahwa semuanya baik (Kejadian 1:31). Setelah itu Tuhan kemudian menciptakan manusia yang harus menyembah dan melayani Tuhan. Manusia adalah ciptaan yang paling kompleks karena merupakan gambar Allah. Alam yang sempurna itu diciptakan untuk dinikmati, dikelola, dan dipelihara oleh manusia. Manusia tidak boleh takut terhadap alam karena alam berada di bawah sedangkan manusia berada di atas. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, ini bisa menjadi berbeda. Mengapa manusia menjadi pusat dalam ciptaan? Ini karena manusia adalah image of God. Manusia diberikan mandat untuk taat dan bekerja. Alam harus dikuasai dan dikelola oleh manusia. Ini adalah mandat budaya. Jadi kedudukan kita memiliki arti di mata Tuhan. Kita seperti biji mata Tuhan. Ini artinya kita dekat dengan Tuhan dan berharga di mata Tuhan.

            Manusia sebagai image of God memiliki keunikan yaitu kita memiliki pikiran (mind). Melalui pikiran kita diajak untuk bisa mengerti pengetahuan Tuhan sehingga kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang jahat. Pikiran ini membedakan kita dari ciptaan-ciptaan lain. Kedua, kita diberikan kebenaran (righteousness). Di dalamnya kita bisa mengerti keadilan dan kebijakan. Ketiga, kita diberikan kesucian (holiness). Keagungan manusia adalah bisa menyadari kehadiran Tuhan dan menyatakan kesucian melalui ibadah. Di dalam kesucian itu ada nilai takut akan Tuhan. Jadi inilah keunikan kita. Semua ini hanya ada dalam manusia di antara semua ciptaan. Berikutnya, kita diberikan aspek moralitas yang terkandung dalam karakter Kristus. Pola yang Tuhan berikan adalah kita harus serupa dengan Kristus. Jadi manusia itu begitu berbeda dan khusus di mata Tuhan. Namun setelah manusia jatuh dalam dosa, semua kandungan image of God menjadi rusak total – total depravity (Kejadian 3:19; Roma 3:23, 5:12, 6:23). Jadi pikiran, kebenaran, dan kesucian kita rusak total. Ada beberapa teolog mengatakan bahwa pikiran manusia tidak rusak. Namun Alkitab dengan jelas berkata bahwa tidak ada manusia yang berakal budi (Roma 3:11). Jika ada orang-orang yang menyatakan bahwa manusia bisa mengenal Tuhan melalui alam, maka itu tidak benar. Alkitab sudah menyatakan bahwa pikiran kita juga sudah rusak.

2) Mengapa manusia bisa jatuh di dalam dosa?

            Jika Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang unik dan khusus, maka mengapa manusia bisa jatuh di dalam dosa? Jika kita adalah makhluk yang mulia, mengapa Allah dalam kedaulatan-Nya tidak menjaga kita dari pengaruh Iblis? Manusia diciptakan dengan kebebasan. Di taman Eden, Allah menguji manusia untuk bisa menyatakan ketaatannya. Iblis diizinkan ada pada saat itu. Iblis memakai ular untuk menggoda dan mencobai Adam dan Hawa. Pada akhirnya mereka jatuh dalam dosa. Iblis memiliki kebebasan yang tidak netral. Ini artinya Iblis tidak mungkin bisa berpihak pada Tuhan dan anak-anak-Nya. Jadi ia mau mengagalkan rencana Allah dengan menjatuhkan manusia. Iblis adalah bapa penipu (Yohanes 8:44, Roma 16:20, 2 Korintus 11:3, dan Wahyu 12:9). Ia senantiasa mencobai siapapun juga untuk menghancurkan karakter manusia sebagai image of God. Ia akan menghancurkan damai, sukacita, dan kehendak Tuhan. Jadi kita tidak boleh bermain-main dengan Iblis.

           Dalam doa Bapa kami dituliskan: janganlah membawa kami ke dalam pencobaan (Matius 6:13). Allah tidak mencobai siapapun juga. Iblis mencobai kita dan kita bisa jatuh karena keinginan kita yang berbuah menjadi kejahatan. Bagaimana ia mencobai Adam dan Hawa? Ia menanamkan kecurigaan dan janji-janji yang semu. Mereka dijanjikan pengetahuan. Manusia digoda untuk melawan perintah ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati’ (Kejadian 2:16-17). Jadi manusia punya kebebasan yang terbatas. Iblis berkata bahwa Adam dan Hawa tidak akan mati jika memakan buah itu, namun Allah sudah dengan jelas menyatakan bahwa mereka pasti mati jika memakan buah itu.

            Kebebasan Iblis tidak netral, namun kebebasan manusia itu netral. Jadi manusia bisa dicobai. Iblis memakai ular sebagai alat. Ular itu bukanlah hewan yang khusus dimiliki oleh Setan. Ular merupakan ciptaan Tuhan. Di taman Eden, ular hanya diperalat. Dalam kebebasan manusia yang netral, Tuhan sedang menguji Adam dan Hawa. Dalam kebebasan itu, manusia bisa membuat pilihannya sendiri. Iblis menggunakan kesempatan itu. Dalam intelek, makan buah menyingkapkan ketidakpercayaan dan kesombongan. Allah sudah memberikan perintah dengan jelas kepada Adam dan Adam sudah menyampaikan perintah itu kepada Hawa. Mereka seharusnya tidak kompromi terhadap perintah itu. Ternyata Hawa kurang memahami perintah Tuhan dan kemudian ia membuka kesempatan untuk berbicara dengan Iblis. Pengetahuan kita harus dibangun di atas dasar Firman Tuhan. Penyesatan pertama terjadi pada Adam dan Hawa yang mau diajak untuk mempertanyakan kedaulatan Tuhan. Kita diciptakan sebagai makhluk yang berpikir. Jadi dalam menghadapi setiap cobaan, kita harus menggunakan pikiran kita yang selaras dengan pikiran Tuhan. Semua harus diuji berdasarkan Firman Tuhan. Setiap suara harus diuji. Kita harus tahu mana yang benar dan yang tidak benar. Ketika iman kita bertumbuh ke arah Kristus, maka kecerdasan kita pun ikut bertumbuh. Kita harus cerdas iman supaya kita bisa membedakan mana ajaran yang benar dan yang tidak benar. Kita harus dewasa iman dan dekat dengan hati Tuhan.

            Dalam kehendak, makan buah adalah keinginan untuk menjadi sama seperti Allah. Dalam cobaan Iblis tampak satu tujuan yaitu untuk menjadi sama seperti Allah. jadi Setan menggarap cara berpikir kita terlebih dahulu. Ia menanamkan titik-titik kelemahan dalam paradigma kita. Ia mengubah pikiran kita dan menanamkan kehendak dan keberanian untuk melawan Allah. Ketiga, manusia memiliki perasaan dan manusia bisa menanggapi segala hal yang terjadi. Kita memiliki empati dan emosi. Di dalam afeksi, memakan buah terlarang itu berarti mencari kepuasan yang tidak suci. Segala hal yang instan dan cepat bukanlah program Tuhan tetapi program Iblis. Tuhan memberikan proses yang di mana kita harus berjuang, bertekun, dan dibentuk. Semua tokoh dalam Alkitab harus mengalami proses. Daud tidak langsung menjadi raja tetapi melalui proses. Ia menjadi gembala kambing domba terlebih dahulu. Yusuf tidak langsung menjadi pemimpin di Mesir tetapi mengalami proses terlebih dahulu. Ia dipisahkan dari keluarganya dan dijadikan budak serta tahanan. Semua yang dikerjakan Yusuf selalu berhasil karena kehadiran Tuhan. Daud pun demikian. Proses itu indah, jadi kita tidak boleh mempercepat dan memperlambat waktu Tuhan. Kita harus peka dalam hal ini. semua yang cepat dan instan bisa datang dari Setan. Keinginan untuk menjadi cepat sukses itu terlihat wajar bagi dunia, namun kita harus berhati-hati terhadap hal ini. Di dalamnya mungkin ada kesombongan.

            Iblis adalah bapa segala dusta. Ia memiliki pengetahuan namun ia tidak mahatahu. Ia bisa bekerja 24 jam sehari. Ia tahu titik kelemahan Adam dan Hawa, juga kita. Maka dari itu kita harus berhati-hati. Surat Efesus mengingatkan kita untuk terus memiliki jiwa peperangan. Kita harus memiliki perjuangan iman untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Iblis menggarap intelek, kehendak, dan afeksi untuk menjatuhkan manusia. Adam tidak peka dan tidak berhasil mengajarkan teologi yang benar kepada istrinya sehingga akhirnya mereka jatuh.

3) Mengapa semua manusia juga berdosa?

            Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa yang mengakibatkan semua manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam teologi Reformed ada konsep representatif yang menjelaskan hal ini. ketika manusia berdosa, alam pun menjadi rusak. Manusia diberikan mandat kerja untuk menggarap alam, sehingga keberdosaan itu membuat alam juga menjadi rusak. Dosa Adam juga merupakan pelanggaran hukum kasih (lawlessness, 1 Yohanes 3:4). Dalam hal ini ada perlawanan dan pemberontakan terhadap perjanjian kerja (Hosea 6:7). Spirit pemberontakan adalah spirit untuk berdosa. Mengapa manusia yang lahir setelah kejatuhan Adam dan Hawa disebut sebagai orang berdosa? Ini disebut sebagai dosa universal. Perbuatan dosa adalah sikap yang aktif melakukan buah dosa: percabulan, kecemaran, berhala, perselisihan, iri hati, amarah, egois, percideraan, roh pemecah, dengki, mabuk, pesta pora, dan lainnya (Galatia 5:19-21, lihat juga Efesus 2:1-3). Pelanggaran pertama dikerjakan oleh Adam, lalu natur berdosa itu diturunkan kepada semua manusia. Setelah itu manusia senantiasa berbuat dosa. Roma 3 sudah menjelaskan hal tersebut. Keinginan daging membuat kita menghasilkan buah dosa tanpa perlu diajarkan untuk berdosa. Jadi kita berdosa karena membawa natur Adam dan Hawa. Perbuatan dosa juga adalah sikap yang pasif karena tidak melakukan yang seharusnya dilakukan. Kita bisa mengetahui apa yang baik, suci, dan mulia dalam standar Tuhan, namun kita bisa tidak melakukan itu. Ini pun juga dosa. Jadi ada dosa aktif dan dosa pasif. Orang yang kelihatan diam dan baik bisa saja berdosa dalam pikiran. Dalam perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32) dosa aktif dilakukan oleh anak bungsu sedangkan dosa pasif dilakukan oleh anak sulung. Ketika anak bungsu itu pulang, bapanya menyambut dengan kasih, namun kakaknya malah kecewa. Dosa pasif dalam waktu bisa menjadi dosa aktif.

Dosa universal juga merupakan keinginan berbuat melalui pikiran – perasaan yang melampaui standar alami, cukup, dan berguna, seperti dosa mata (Matius 5:27-30, 6:22-23), dosa makan (Matius 6:25, 1 Timotius 4:4-5), kemalasan (2 Tesalonika 3:10, Amsal 6:9), dan lainnya. Segala hal yang berlebihan dari standar alami bisa membuat kita menjadi berdosa. Dosa dimulai dari pikiran, jadi yang disebut dosa itu bukan hanya perbuatan. Jadi konsep dosa dalam kekristenan tidaklah seperti agama lain yang menyatakan bahwa dosa itu hanya mencakup perbuatan. Orang yang terus hidup dalam dosa bukanlah anak Tuhan. Dalam proses waktu, anak-anak Tuhan tidak akan terus menerus berbuat dosa. Tubuh, pikiran, dan perasaan kita diciptakan oleh Tuhan. Semua itu punya nilai untuk memuliakan Tuhan. Namun dalam keberdosaan, apa yang Tuhan ciptakan bisa dipakai untuk dosa. Maka Paulus menulis: ‘Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran’ (Roma 6:13).

Setiap dari kita memiliki hati nurani. Itu adalah gabungan dari pikiran dan perasaan yang menggerakkan kehendak kita. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, hati nurani pun menjadi berdosa. Manusia bisa jatuh dalam dosa mata, apalagi dalam zaman teknologi seperti sekarang. Manusia bisa jatuh juga dalam dosa makan. Orang-orang bisa berkelahi karena makanan. Jadi manusia bisa diperbudak oleh keinginan. Kita harus menaklukkan keinginan yang tidak suci di bawah keinginan Tuhan. Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur (1 Timotius 4:4). Kita harus berdoa sebelum makan dan tidur. Jika kita tidak menjalankan rutinitas itu, maka kita menjadi berdosa. Menurut 2 Tesalonika 3:10, kita harus bekerja dengan rajin. Pemalas dilarang untuk makan oleh Paulus. Dalam kemalasan, manusia mau semuanya enak dan mudah. Jadi dari dosa satu orang akhirnya dosa universal itu ada dalam semua manusia.

Dosa pertama adalah manusia mau bebas di dalam kebebasannya sehingga manusia mau berbuat sesuatu berdasarkan kehendak dirinya sendiri. Adam dan Hawa mau melampaui kebebasan mereka yang terbatas. Pembunuh masa depan, nilai kerja, citra, dan keluarga kita adalah kebebasan yang tidak diselaraskan dengan kehendak Tuhan. Ketika kebebasan kita dipusatkan pada diri, maka keinginan daging menjadi tuan atas diri kita. Daud pernah jatuh dalam hal ini. Di saat kita tidak mau berdoa, pada saat itu juga kita harus berdoa. Di saat kita tidak mau melayani, pada saat itu juga kita harus melayani. Di saat kita tidak mau membaca Alkitab, pada saat itu juga kita harus membaca Alkitab. Itulah terobosan iman. Kebebasan yang dituhankan adalah awal kejatuhan kita. Setelah kita berada di dalam Kristus, kebebasan kita menjadi terbatas dan terikat dalam tanggung jawab rohani yang harus membangun nilai disiplin rohani. Manusia mau melakukan kehendaknya sendiri karena Adam dan Hawa tidak mau melakukan perintah Tuhan.

Kejatuhan manusia di dalam dosa ini membuat manusia bertanggung jawab kepada penghukuman (Roma 3:19, 5:18; Efesus 2:3) dan juga kerusakan yang tidak dapat dipisahkan. Semua manusia bersalah di dalam Adam dan oleh karena itu dilahirkan dengan suatu natur yang rusak (Yeremia 17:9, Yesaya 6:5, Roma 8:5-8, Efesus 4:17-19). Ada konsekuensi dari kejatuhan manusia di dalam kedaulatan Tuhan. Setiap dosa kita pasti menimbulkan konsekuensi. Tanpa diajarkan untuk berbuat dosa, manusia pasti bisa berdosa. Jadi setiap manusia membutuhkan penebusan dan keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

4) Bagaimana keberadaan manusia setelah jatuh dalam dosa?

            Ada murka dan hukuman Tuhan setelah kejatuhan manusia. 1) Semua orang dilahirkan sebagai pendosa (Roma 5:19). 2) Semua orang adalah budak dosa (Yohanes 8:34 dan Roma 3:9, 6:16-17), budak Setan (Kisah Para Rasul 26:18; Kolose 1:3; 1 Yohanes 5:19), dan budak dunia yang mana manusia itu sendiri merupakan bagiannya (Yohanes 15:19). Hidup manusia sepenuhnya dikuasai oleh penguasa yang jahat (Efesus 2:1-3). Kita dahulu adalah orang-orang yang mati rohani. Dahulu kita hidup dalam dosa dan taat kepada dosa. Kita dahulu menjadi pengikut Setan secara tidak langsung. 3) Semua orang mati secara rohani atau mati secara relasi terhadap Allah dan perkara-perkara dari Allah (Efesus 2:1, 4:18; Roma 1:21-23, 3:11; 1 Korintus 2:9, 14). Di pihak lain, manusia hidup terhadap dosa, Setan, dan dunia (Efesus 2:2-3). Manusia berdosa tidak bisa berelasi dengan Allah dalam kesucian, sukacita, dan damai. Ada jurang pemisah yaitu dosa. Dosa itu harus dibereskan oleh Tuhan Yesus sebelum kita bisa mencapai damai yang sejati. Anak yang terhilang itu putus relasi dengan bapanya. Namun orang berdosa yang telah putus relasi itu tidak merasa kehilangan sesuatu. Ketika kita sebagai anak-anak Tuhan putus relasi dengan Allah, maka seharusnya kita peka bahwa ada yang terhilang. Anak yang sulung itu terus ada bersama dengan bapanya, namun ia mengalami putus komunikasi. Jadi ia tidak mengerti kehendak Tuhan. Orang yang sudah diserahkan kepada kecemaran itu akan senang berbuat dosa. Ia pasti menerima hukuman. Ia tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat. Hati nurani yang suci tidak ada dalam dirinya untuk memperjuangkan kesucian.

            4) Semua manusia terhilang dari hadapan Allah (Lukas 19:10; Roma 3:9-18; 2 Korintus 4:3). Ini berarti manusia tidak lagi ada sebagaimana ia diciptakan Allah. gambar Allah dalam diri manusia sudah rusak. 5) Semua orang pasti berdosa melalui perbuatannya (Efesus 2:3; Roma 1:21-32). Ini karena setiap manusia memiliki natur berdosa. Sejak dari kandungan pun manusia sudah berada di dalam dosa. Itulah mengapa dari sejak dini anak-anak harus diajarkan tentang Tuhan dan perintah-Nya. Apa yang kita tanam dalam diri anak-anak akan berbuah di masa depan. 6) Semua orang berhutang kepada Allah atas dosa-dosanya (Kejadian 2:17, Yehezkiel 18:4, Roma 6:23). Kita semua diciptakan dalam keindahan, namun akhirnya jatuh karena dosa. Kita semua berhutang kepada Allah. Di dalam dosa, manusia lebih memilih kebebasan dalam kematian. Masalah manusia berdosa adalah ia tidak merasa berhutang kepada Allah. Ia malah merasa Allah telah berhutang kepadanya. 7) Semua manusia ada di bawah kutuk dan hukuman Allah (Yohanes 3:18). Manusia bisa mencoba memprediksi ekonomi masa depan, namun tidak ada yang benar-benar tahu akan masa depan siapapun kecuali Tuhan. Kedatangan masa pandemi ini dan akibatnya tidak diketahui oleh siapapun sampai semuanya terjadi. Butir 1-7 di atas mengantar manusia pada kondisi bersalah dan dimurkai Allah sehingga manusia harus dihukum dalam api neraka (Lukas 13:28). Jika kita amati alasan hukuman itu maka kita akan menemukan berdasarkan butir 1-7: (i) Manusia harus dihukum karena keberadaan atau kondisi (butir 1-5, Roma 5:18). (ii) Manusia harus dihukum karena perbuatan dosanya sendiri (Roma 3:9-19). Kita tidak boleh menyalahkan kondisi atau situasi karena kita semua sudah berdosa. (iii) penghakiman yang akan datang itu berkenaan dengan tanggung jawab manusia akan hidupnya serta berkenaan dengan hukuman apa yang akan diterimanya (Wahyu 20:11-15, Roma 5:18). Tidak akan ada satupun manusia yang bisa lolos dari keadilan Tuhan. Darah Yesus menyucikan kita sehingga tidak ada satupun yang bisa mendakwa kita.

5) Hukuman Tuhan

            Kita adalah pendosa, budak dosa, budak dunia, budak Setan, mati rohani, terhilang, berhutang, dan tidak berdaya. Upaya manusia apapun tidak akan dapat menyelamatkan. Dari keberdosaan manusia, muncul perbuatan dosa seperti berbohong, menipu, membunuh, berzinah, berpikir kotor, membenci, memfitnah, dan lainnya. Di dalam murka-Nya, Tuhan bisa membiarkan manusia sehingga terus berdosa dan hidup dalam kecemaran. Ini adalah hal yang menakutkan. Orang yang bukan anak Tuhan akan dibiarkan, namun anak Tuhan tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan. Orang yang umat Allah akan mati dalam dosa, namun kita yang percaya mati terhadap dosa.

6) Perubahan dunia yang total dan radikal setelah jatuh dalam dosa

            Masa pandemi ini benar-benar mengubah dunia. Kita pun harus berubah. Tuhan menciptakan segala sesuatu indah dan baik adanya, namun kejatuhan dalam dosa itu mengubah segala sesuatu. Mutasi DNA yang menghasilkan virus yang mematikan bisa terjadi dalam kedaulatan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan virus itu tetapi membiarkannya sehingga virus itu bisa ada dan mematikan manusia. Perubahan dunia yang total dan radikal setelah jatuh dalam dosa adalah 1) perubahan manusia. (i) Hubungan dengan Allah menjadi rusak. Allah tidak dapat lagi bersekutu dengan manusia dan manusia mulai takut dengan kehadiran Allah. Adam takut kepada Allah setelah ia memakan buah itu. (ii) Hubungan dengan sesama menjadi rusak (Kejadian 3:12). Adam menyalahkan Hawa setelah memakan buah itu. Kain membunuh Habel. (iii) Hubungan dengan ciptaan lain rusak, manusia mulai menggunakan ciptaan lain dengan cara-cara yang merusak (Kejadian 3:17-19). (iv) Imoralitas dan kejahatan bertambah-tambah (Kejadian 4:8). Manusia yang dibiarkan oleh Allah bisa melakukan hubungan yang tidak wajar. Kita melihat bahwa pada zaman ini ada kaum LGBT yang mengumbar dosa. Dalam masa pandemi ini manusia bisa diperbudak oleh keinginannya dalam kemalasan. (v) Umur manusia menjadi pendek dari 1000 tahun menjadi 120 tahun, kemudian (vi) pemazmur mengatakan hanya 70 tahun. (vii) manusia harus bekerja keras dan memiliki kelemahan tubuh.

            2) Perubahan lingkungan juga terjadi. (i) Semak duri dan rumput duri tumbuh. Ada perubahan DNA yang merugikan manusia. Semua itu dibiarkan oleh Tuhan karena dosa. (ii) Bencana alam. Tuhan bisa memakai tulah untuk menghukum Firaun dan menyatakan kuasa-Nya. (iii) Hewan-hewan hutan menjadi liar. Akhirnya manusia menjadi takut terhadap hewan-hewan tertentu. (iv) Tanah sulit diusahakan. Tanah bisa menjadi keras dan tidak subur karena hukuman Tuhan. (v) Polusi, pencemaran, dan perusakan lingkungan. Melalui pandemi Covid-19 ini banyak sekali lingkungan yang pulih secara alami dalam pemeliharaan Tuhan. Jadi tetap ada kebaikan dalam masa pandemi ini.

            3) Perubahan budaya juga terjadi. (i) Budaya tunggal menjadi budaya pluralis di daerah Mesopotamia yang dibatasi oleh dua buah sungai, yakni sungai Efrat dan sungai Tigris. Sesudah peristiwa menara Babel, budaya manusia telah diserakkan dan mengalami perubahan kepada pluralisme budaya. (ii) Budaya Ibrani (umat Israel). Budaya Israel lahir ketika umat Israel keluar dari perbudakan Mesir. Identitas budaya ini lebih jelas lagi ketika hukum Taurat itu diberikan di gunung Sinai. (iii) Budaya ini kemudian berkembang menjadi budaya campuran antara budaya Ibrani dan budaya bangsa-bangsa lain, terutama di pembuangan, dan seterusnya. Saat ini perubahan budaya terus terjadi. Jadi ada perkembangan terus menerus.

            4) Perubahan masyarakat sosial juga terjadi. (i) Mulai dari peasant, kinship (kekeluargaan), tribal (kelompok suku), pleasure, media sosial. Banyak orang sekarang berkumpul demi kenikmatan. Keinginan dijadikan tuan. Media sosial juga memengaruhi hal ini. Jadi semua ini harus ditebus agar dipakai untuk kemuliaan Tuhan. (ii) Nilai tukar juga mengalami perubahan dari sistem barter ke sistem mata uang dan sekarang e-money, dan lainnya.

            5) Perubahan pendekatan dengan Allah. (i) Penampilan pendekatan dengan Allah juga mengalami perubahan. Tujuan perubahan ini adalah agar Allah dapat bertemu dengan manusia dalam konteksnya. (ii) Contoh perubahan dalam penampilan Allah antara lain: Allah Tritunggal, tiga orang yang dilihat Abraham, Malaikat Tuhan, Panglima Balatentara Allah, kehadiran Allah dalam tiang awan dan tiang api, dan lainnya. Namun dalam Perjanjian Baru, ini berubah lagi. Kita sekarang bertemu dengan Tuhan melalui Firman Tuhan.

            6) Perubahan kepemimpinan Allah. (i) Allah yang memelihara dan menghukum manusia untuk keturunan Adam dan Nuh. (ii) Allah sebagai yang memanggil, memelihara, membela bagi Abraham, Ishak, dan Yakub. (iii) Allah sebagai pembebas bagi umat di perbudakan Mesir. (iv) Allah sebagai pemelihara dan pemberi hukum di padang gurun (hukum Taurat). (v) Allah sebagai panji-panji, untuk umat di tanah Kanaan. (vi) Allah sebagai yang memerintah di zaman Hakim-Hakim dan Raja-Raja. Allah mengontrol agar imoralitas tidak berkembang melalui para hakim dan raja. (vii) Allah sebagai Juruselamat dan pembebas di pembuangan Babel bagi umat-Nya.

            7) Perubahan perjanjian Allah. (i) perjanjian Adam (ii) perjanjian Nuh (iii) perjanjian Abraham (iv) perjanjian Musa (v) perjanjian Daud (vi) Perjanjian Baru. Jadi ada enam perubahan pokok.

            8) Perubahan kepemimpinan manusia. (i) Kepemimpinan tradisional (kepala suku) (ii) kepemimpinan teokrasi (raja, imam, dan nabi) (iii) kepemimpinan demokrasi (iv) kepemimpinan otoriter (v) dan lainnya. Melalui masa pandemi ini para pemimpin diuji. Kabar-kabar konspirasi bermunculan dan diuji kebenarannya. Kepemimpinan manusia selalu berubah, namun kepemimpinan yang benar adalah kepemimpinan yang menyatakan kebesaran Tuhan.

KESIMPULAN

            Kita diciptakan oleh Tuhan itu baik adanya. Tuhan tidak menciptakan dosa dan penyakit. Semua itu ada karena Tuhan membiarkan atau mengizinkan. Tuhan bisa memakai 10 tulah untuk menghukum Firaun menyatakan kebesaran Tuhan. Adam dan Hawa jatuh setelah dibujuk Iblis. Manusia menjadi terpisah dari Allah karena ada jurang yang memisahkan yaitu dosa. Solusi dari semua itu adalah pekerjaan Kristus di kayu salib. Di sana ada nilai penebusan. Allah menyediakan blueprint bagi manusia dan dunia. Allah punya program dalam sejarah. Tuhan Yesus Kristus datang dalam waktu Allah agar kita yang percaya mendapat penebusan. Allah memberikan kairos dan kronos. Pada akhirnya Yesus akan datang kembali untuk membawa kita.

            Apa yang Alkitab katakan tentang citra diri? 1) Tidak ada yang benar, seorangpun tidak (Roma 3:10), 2) tidak ada seorangpun yang berakal budi (Roma 3:11a), 3) tidak ada seorangpun yang mencari Allah (Roma 3:11b), 4) semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna (Roma 3:12a), 5) tidak ada berbuat baik, seorangpun tidak (Roma 3:12b). Mengapa keberadaan manusia seperti ini? Karena semua orang telah berbuat dosa dan kekurangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Bagaimana nasib orang berdosa di tangan Tuhan yang adil? Dalam takhta pengadilan Allah (Bema Kristus), kita pasti dihukum. Kecuali kita ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita akan menerima hidup kekal bersama dengan Dia di surga. Apakah manusia dapat terbebas dari takhta pengadilan Allah? Bisa, dengan penebusan melalui substitusi. Kita harus mengerti tentang proses pembaruan citra diri (Roma 12:2 dan 8:28). Kita harus meraih hidup baru agar ada arah yang baru dalam pikiran dan perasaan. Kita harus mendapat kesucian sehingga kita takut berbuat dosa. Kita harus memiliki pengharapan baru untuk mengerjakan perintah Tuhan. Kemudian kita harus memiliki buah yang baru di dalam Tuhan.

Q & A

Q. Dalam teologi Reformed semua manusia berdosa. Setidaknya orang berdosa sejak dari kandungan karena ada original sin. Original sin akan menjadi actual sin. Apakah original sin membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah?

A. Original sin membuat kita mengalami kerusakan total. Jadi bukan ‘kehilangan’. Pikiran, perasaan, dan kesucian kita menjadi rusak. Ada kelompok-kelompok yang menyatakan bahwa manusia tidak rusak total, tetapi Reformed menyatakan bahwa manusia rusak total. Jadi semua manusia membutuhkan Kristus untuk dibarui.

Q. Apakah kematian Kristus menyelesaikan original sin pada semua manusia? Apakah dasar keselamatan bayi yang mati? Karena saya mendengar ada kaitannya dengan baptisan anak.

A. Bayi pun berdosa. Makanan bisa dikuduskan melalui doa. Suami yang tidak mengenal Tuhan bisa dikuduskan melalui doa seorang istri. Dalam konsep Reformed, bayi dari orang tua Kristen jika meninggal, maka akan meninggal di dalam Tuhan. Ini karena iman orang tua. Pada saat Kristus datang kembali, bayi-bayi ini akan mencapai kesempurnaan. Semua orang yang percaya akan mendapatkan tubuh yang baik. Baptisan tidak menyelamatkan, namun baptisan adalah konfirmasi iman orang tua untuk mendidik anak agar ia mengenal Tuhan.

Q. Jika original sin tidak diturunkan secara konkupisensi, bagaimana dosa asal diturunkan?

A. Dosa asal diturunkan dalam nilai natur. Natur ini akan terus terbawa secara alami. Kita semua adalah keturunan Adam.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)