DOKTRIN ALLAH

(Bagian 1)

Sekolah Teologi Reformed Injili Cikarang

(Pdt. Tumpal H. Hutahaean M.Th)

PENDAHULUAN

                Kita adalah ciptaan Allah yang mulia adanya. Mengapa demikian karena kita dicipta menurut gambar Allah, (Kej 1:26). Gambar Allah ini hanya diberikan kepada manusia dan tidak kepada ciptaan yang lainnya. Tetapi setelah kejatuhanan manusia ke dalam dosa (Kej 3)gambar Allah di dalam diri manusia menjadi rusak (Rom 3:23). Maka setelah kejatuhan manusia di dalam dosa, pengenalan manusia akan Allah menjadi rusak dan akibatnya manusia gagal mengekspresikan esensinya sebagai ciptaan Tuhan yang mulia (baca Hos 4:6). Dan kegagalan manusia untuk memahami atau mengenal Allah di dalam PL harus diselesaikan  dengan jalan Allah Bapa mengutus Anak-Nya Yesus Kristus ke dalam dunia. Oleh karena itulah penting sekali bagi kita untuk belajar doktrin Allah supaya kita dapat pengenalan yang komprehensif tentang Allah melalui Yesus Kristus.

      Melalui pelajaran ini kita juga akan dituntun untuk belajar mengenal siapa diri kita di dalam Kristus dan pengenalan diri yang benar ini akan membantu kita untuk mengenal Allah.

      Dan akhirnya melalui pelajaran ini kita akan menemukan tujuan Allah mencipta kita dan apa yang seharus kita perbuat sebagai ciptaan-Nya sebagai bukti ketaatan kita pada-Nya. Baik untuk dunia ini dan bagi kemuliaan Allah. Oleh karena itulah kita wajib mentaati perintah-perintah Allah sebagai Pencipta. Mentaati akan perintah-perintah-Nya, ini merupakan kewajiban yang harus kita jalankan sebagai gambar Allah dan kewajiban itu meliputi:

  1. MEMPERCAYAI  DIA (KNOWING GOD).

Mempercayai Dia adalah hal yang utama bagi kita sebagai ciptaan-Nya. Memang  benar  setiap orang mempunyai hak untuk mempercayai apa yang dia suka dan juga tak seorangpun  ingin dipaksa oleh orang lain untuk mempercayai sesuatu yang dia tidak ingin percayai. Tetapi kita harus  tahu bahwa  ada perbedaan sifat hidup antara mereka yang percaya dengan yang tidak percaya. Alkitab menyatakan bahwa,

“Karena barangsiapa melanggar dan  tidak tinggal  dalam ajaran Kristus, ia tidak memiliki  Allah.”  (2 Yoh  9).

Jadi jelas bagi kita bahwa mereka yang percaya pada Yesus memiliki Kristus dan hidup menurut ajaran-Nya sedangkan yang tidak percaya pada Yesus tidak memiliki Kristus dan hidupnya bertentangan dengan ajaran-Nya.

Contoh yang lain adalah percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, yang menekankan adanya perbedaan sikap dan pendekatan dari orang  yang menyembah Allah yang benar (Yoh 4:24), dengan yang tidak. Di dalam ayat 25 perempuan Samaria berkata bahwa,

“Aku tahu bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.”

Perempuan itu memiliki pengetahuan tentang Kristus, tetapi pengetahuannya tidak menyelamatkan dia. Karena pengetahuan dia tidak mendatangkan iman yang menyelamatkan. Melainkan hanya sekedar pengetahuan saja (Historical Faith).

      Demikian juga dengan kasus umat Israel yang melakukan pertobatan dengan pura-pura. Oleh karena itulah Allah berkata,

“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah lebih dari pada korban-korban bakaran,” (Hosea 6:6).

Orang Israel di dalam mempercayai Allah sudah terjebak oleh tradisi, sehingga kehidupan keagamaan mereka bersifat rutinitas. Dan akibatnya mereka kehilangan makna atau arti dari setiap kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka lakukan. Padahal Allah menginginkan kasih setia dan pengenalan yang benar tentang Dia, bukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang rutinitas. Jadi jelaslah bagi kita bahwa tidak semua orang yang mengaku percaya pada Yesus sungguh-sungguh mengenal Dia secara pribadi. Contoh yang lain terdapat Ayub 42:5

“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”

Allah mengijinkan Ayub mengalami penderitaan dengan maksud agar ia mengenal Allah dengan benar. Dalam kalimat bagian A dari pasal 42:5 disebut dengan “Knowing about God” tetapi bagian B nya disebut dengan “Knowing of God”. Kepercayaan bagian B inilah yang menyelamatkan sedangkan bagian A tidak. Karena Ayub (B) mengenal Tuhan secara pribadi bukan dari cerita orang lain.

Oleh karena itu ironis sekali jadinya bila seseorang menghidupi atau membayangkan hidup yang benar atau saleh tetapi pada kenyataanya ia memiliki kepercayaan yang salah (band. Mat 7: 23-24 ; Luk 13:26-27; Mark 13:21-22)

Diskusikan kasus di dalam Matius 7:21-23 dan Ibrani 6:4-10? Dan bandingkan dengan Wahyu 3:20 dan Yohanes 10:28.

  • MEMILIKI IMAN YANG BENAR.

Iman yang meyelamatkan akan menghasilkan perbuatan iman yang benar karena setiap orang yang percaya pada-Nya harus  melakukan apa yang  telah  diperintahkan-Nya (Yak 2:14,17,26). Jika seseorang mengaku percaya tetapi tidak nyata hidup imannya maka orang tersebut perlu dipertanyaan akan keselamatannnya? Karena apa yang kita perbuat itu merupakan bukti dari iman yang kita miliki.  Hal ini penting  untuk kita mengerti, karena kebenaran Firman Tuhan yang kita tahu dan kita percayai harus juga kita hidupi di dalam kehidupan kita, (baca Rom 10:9-10). Oleh karena itu jika kita telah  mengerti doktrin, tetapi tidak melakukan, maka  itu merupakan kepercayaan yang mati  (dead orthodoxy). Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa jika seseorang semakin mengenal Allah maka hidupnya juga semakin serupa dengan Allah (baca Yoh 15:4,9-10). Di dalam pepatah Jawa dikenal sebutan “hidup yang serupa dengan padi” maksudnya semakin berbuah atau berisi maka semakin tunduk. Demikian kita percaya bahwa semakin hidup kita berisi maka hidup kita semakin rendah hati. Dengan kata lain diri kita (si aku/selfish) semakin kecil dan Kristus semakin besar. Sehingga cahaya Kristus yang semakin bersinar di dalam kehidupan kita dan si aku semakin tidak kelihatan.

   Tak  seorangpun  dapat datang kepada iman yang  benar dalam Kristus, jika  dia  tidak  menyadari  akan kebutuhannya kepada Kristus sebagai Juruselamat (Rom 3:20). Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa obyek dari iman kita adalah percaya kepada Kristus sebagai Juru Selamat. Tanpa hal ini tidak mungkin seseorang memiliki iman yang menyelamatkan.  Dan iman yang menyelamatkan tidak berhenti disitu saja melainkan harus dikembangkan atau dipertumbuhkan. Jadi iman ini bukanlah suatu iman  yang menyelamatkan  pada mulanya jika (hanya) sekedar pengetahuan saja, kecuali iman itu  memimpin kepada perbuatan yang benar di dalam Yesus Kristus.

Bagaimana kaitan hal di atas dengan PL? Apakah orang di PL juga memiliki iman? Pada waktu Allah menetapkan korban-korban persembahan kepada umat-Nya ini semua hanya merupakan bayangan dari “Pengorbanan Kristus” di PB sebagai Anak Domba Allah yang dipersembahkan untuk menebus dosa manusia. Dan penetapan hal itu sebagai sarana ekspresi dari kepercayaan mereka kepada Allah dengan taat melakukan kehendak-Nya. Jadi jika mereka yang memberikan persembahan korban-korban bakaran ini merupakan indikasi dari iman mereka yang menyelamatkan.

      Mengapa dalam pelajaran ini, kita menekankan mengenai Torat, atau Firman yang menjadi Hukum lebih dulu dan baru iman  kepada Kristus  yang dapat menyelamatkan ?, jawabnya adalah:  Pertama, karena  Allah  sendiri memberi hukum, kemudian  Dia  memberikan Juruselamat.  Kedua, walaupun demikian kita  tidak  memperlakukan Torat  pada  tempat pertama, karena (a) untuk  menghindari  kesan seakan-akan Kristus   lebih  rendah  dari Torat, (b)   untuk menghindari  legalisme,  seakan-akan  keselamatan karena perbuatan kita  melakukan  Torat, (Gal 2:16), dan (c) ada kesan kita tak perlu lagi Hukum, setelah kita percaya pada Kristus (band 1 Yoh 5:3).

      Sebagai  kesimpulannya dalam point ini:  Kita  harus dengan tegas menolak pilihan antara kekristenan sebagai suatu doktrin dan kekristenan sebagai  suatu  kehidupan. Mengapa demikian karena kekristenan yang benar adalah kedua-duanya dan hal itu seperti pohon yang baik dengan buahnya (band Mat 7:17-19). Dan  kebenaran yang kita ketahui harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan-sehari-hari (integritas). Jadi Kekristenan itu bukan sekedar teori saja, melainkan juga menyangkut praktek hidup yang senantiasa memuliakan dan menyenangkan / menikmati Tuhan.

BAB  I

SEJARAH LAHIRNYA KONSEP AGAMA-AGAMA & ALLAH

A.  NATUR DARI AGAMA

      Di  dalam Kejadian 1:26-27 dinyatakan bahwa manusia dicipta menurut Peta  dan Teladan Allah (Gambar/Citra Allah). Manusia sebagai citra Allah adalah ciptaan yang mulia dihadapan  Tuhan Allah. Ketika manusia jatuh di dalam dosa (Kej 3,)semua citra Allah yang ada di dalam dirinya  menjadi rusak total   (total depravity). Status manusia berubah menjadi berdosa dan terputus hubungannya dengan Tuhan Allah karena dosa (Yes 59:2). Walaupun manusia sudah jatuh di dalam dosa tetapi benih untuk beribadah tetap ada di dalam setiap manusia. Hal ini  dapat kita  lihat  di dalam sejarah lahirnya animisme, dinamisme, totenisme,dan sinkretisme. Walaupun demikian agama dapat menyentuh  inner basic dari kehidupan manusia, dan dapat juga mengontrol pikirannya, perasaannya dan keinginan  dari manusia tersebut.

      Sekarang yang jadi pertanyaan kita, apakah agama itu ? Kata ini dapat kita  temukan  di dalam  Gal  1:13-14;  Yak 1:26-27. Perjanjian Lama mendefenisikan agama sebagai takut akan  Allah. Takut  disini bukan berarti perasaan ngeri atau phobia,  tetapi merupakan  perasaan hormat kepada Allah atas dasar kekaguman  yang disertai dengan kasih dan keyakinan.Agama merupakan respon  dari orang percaya kepada pernyataan dari Torat.  Dalam  Perjanjian  Baru  agama  merupakan  suatu respon kepada Injil lebih daripada Torat. dan menganggapnya sebagai bentuk dari iman dan ketaatan.

      Di  dalam  terang Firman Tuhan, kita belajar  untuk mengerti bahwa agama merupakan  suatu  relasi  dimana  manusia  berdiri dihadapan  Allah dengan kesadaran   akan keagungan-Nya  yang mutlak dan kuasa Allah  yang tak terbatas.

Jadi agama  dapat  didefinisikan sebagai suatu hubungan  kepada Allah dengan sadar dan sukarela, yang mengekspresikan dirinya sendiri dalam pelayanan kasih dan ibadah yang penuh syukur. Sifat dari keagamaan ini tidak dapat diwariskan  dengan kehendak manusia (semaunya) tetapi ditentukan oleh Allah.

B. KEDUDUKAN DARI AGAMA

      Ada beberapa pandangan yang salah berkenaan dengan kedudukan dari agama ini, dengan pandangan :

  1. Agama disamakan dengan pengetahuan, dan menempatkannya  dalam intelek.
  2. Agama semacam perasaan yang dekat kepada Allah, dan      menemukan  kedudukannya dalam perasaan.
  3. Agama berhubungan dengan kehendak manusia karena agama berkaitan dengan tindakan moral.

      Meskipun  demikian semua pandangan ini hanya  ditinjau dari satu sisi saja  dan bertentangan  dengan  Firman  Tuhan yang mengajarkan kita bahwa agama adalah suatu yang berkenaan dengan hati kepada Allah yang kita kenal dalam Yesus Kristus. Di dalam psikologi, hati merupakan organ sentral dari jiwa. Tetapi  dapat kita hubungkan juga dengan: pikiran, perasaan, dan keinginan  (Ams 4:23). Agama melibatkan manusia secara utuh baik inteleknya, emosinya, dan kehidupan moralnya.

C. ASAL-ASUL AGAMA

      Ada  yang berpendapat bahwa agama berawal  dari penyembahan akan obyek yang tidak hidup (mati), pemujaan berhala atau penyembahan roh-roh leluhur. Pendapat lain mengatakan  bahwa agama  adalah suatu penyembahan akan yang ajaib dan kuasa-kuasanya dari  alam, atau  dalam praktek magis secara luas. Bagi teori-teori ini  yang penting bagaimana membuat  orang yang tidak beragama  menjadi beragama.

Hanya  Alkitab  yang  dapat  menjelaskan  hal  ini. Alkitab memberitahukan  kepada  kita akan eksistensi Allah, suatu  obyek penyembahan keagamaan  yang  selayaknya.  Manusia tidak   dapat menemukan eksistensi Allah  dengan  kekuatan naturnya  sendiri kecuali Allah yang menyatakan atau menyingkapkan diri-Nya sendiri di dalam  alam (General Revelation -> baca, Maz 19:1-4) dan secara khusus di  dalam Firman-Nya(Special Revelation), yang  menuntut  manusia untuk beribadah  kepada Dia dengan benar dan berkenan  kepada-Nya dan akhirnya memualiakan nama-Nya (band, Rom 11:38).

Bagian-bagian Alkitab Yang Perlu Diingat:

A. The Nature of Religion : Ul 10:12-13; Maz 111:10;

   Pkh 12:13; Yoh 6:29; Kis 16:31

B. The Seat of Religion: Maz 51:10,17; Ams 4:23; Mat 5:8

C. The Origin of Religion: Kej 1:27; Ul 4:13; Yeh 37:26

BAB II

PENGWAHYUAN (REVELATION)

A. PENGWAHYUAN SECARA UMUM

      Diskusi  akan  agama  pada  hakekatnya  memimpin  kita pada pengwahyuan sebagai asal-usulnya. Jika Allah tidak menyingkapkan diri-Nya sendiri, agama tidak akan ada yang sejati.  Manusia barangkali tidak pernah dapat memiliki pengetahuan  akan  Allah, jika   Allah tidak memperkenalkan diri-Nya   sendiri.   Dengan mempercayakan  diri sendiri, manusia tidak akan pernah  menemukan Allah. Kita membedakan antara pengwahyuan Allah dalam alam dengan pengwahyuan di dalam Kitab Suci.

      Orang  Ateis  dan  Agnostik  tentunya   tidak mempercayai pengwahyuan. Orang  Panteis  terkadang membicarakan,  walaupun sesungguhnya  tak ada tempat dalam sistem pemikiran  mereka. Dan orang Deis  mengakui pengwahyuan Allah di  dalam alam, tetapi menyangkal akan realitanya, dan bahkan mungkin dari pengwahyuan khusus seperti yang  kita miliki  dalam  Kitab Suci.  Kita mempercayai  keduanya baik pengwahyuan secara umum (general revelation) dan khusus (special revelation).

B. WAHYU UMUM

      Wahyu  Allah yang umum mendahului wahyu-Nya yang khusus di dalam rentang waktu. Wahyu ini bukan datang kepada manusia dalam bentuk komunikasi secara verbal, tetapi di dalam fakta, kekuatan, dan hukum-hukum alam, dalam pembentukan dan operasi dari  pikiran manusia,   dan dalam  fakta pengalaman  dan sejarah.  Alkitab mengkaitkan  bagian ini dalam Maz 19:1-2; Rom 1:19-20; 2:14-15.

1. Ketidak Cukupan Akan Wahyu Umum

      Kelompok Pelagian, Rasional, dan Deis beranggapan bahwa  wahyu ini sudah cukup untuk memuaskan kebutuhan kita saat ini, kelompok katolik Roma dan Protestan tidak menyetujuinya sebagai sesuatu  yang cukup. Wahyu ini dikaburkan oleh kehancuran  dosa yang  bertumpu  pada ciptaan Allah yang indah. Bila  konsep  ini salah   dapat mengakibatkan  tidak lengkapnya  kita di   dalam membangun  suatu fondasi yang dapat dipercaya dimana  kita  dapat membangun di atasnya masa depan yang kekal. Kebingungan keagamaan saat ini yang berusaha meletakkan atau mendasari agama mereka atas suatu basis   alam yang murni   dengan   jelas membuktikan akan ketidakcukupannya. Wahyu seperti ini tidak menghasilkan suatu basis  yang cukup untuk ibadah secara umum. Dan akhirnya,  wahyu ini secara mutlak gagal untuk memenuhi kebutuhan spiritual dari orang berdosa,  seperti:  hikmat dan kuasa Allah,  wahyu  ini tidak menyampaikan pengetahuan atau pengertian mengenai Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

2. Nilai Dari Wahyu Umum

      Meskipun  demikian ini tidak berarti bahwa wahyu umum tidak bernilai sama sekali. Wahyu ini menunjukan unsur-unsur yang benar yang dapat ditemukan dalam agama kafir. Berkenaan dengan  wahyu ini  orang kafir merasakan diri mereka sendiri sebagai  keturunan dari  Allah, Kis 17:28, mencari Allah terus menerus  jika  secara beruntung mereka boleh menemukan Dia (Kis 17:27) melihat di dalam kuasa  Allah  yang kekal dan keilahian-Nya (Rom  1:19-20)  dan melakukan syariat Torat sebagai pembawaannya (Rom 2:24). Walaupun mereka  hidup dalam kegelapan  dosa dan kebodohan,   dan menyalagunakan kebenaran Allah, mereka tetap mendapat iluminasi firman (Yoh 1:9), dalam operasi Roh Kudus secara umum (Kej 3:6). Di samping itu, wahyu Allah secara umum juga membentuk latar belakang bagi wahyu khusus-Nya. Wahyu khusus tak dapat dimengerti secara penuh tanpa wahyu umum. Ilmu pengetahuan dan sejarah tidak gagal untuk mencerahkan bagian Alkitab ini.

C. WAHYU KHUSUS

      Kita  memiliki wahyu khusus yang sekarang  diwujudkan dalam Kitab Suci. Di mana fakta dan firman berjalan bersamaan, firman menafsirkan fakta-fakta dan fakta-fakta memberikan substansi dari firman. Dinamika wahyu khusus adalah:

1. Kebutuhan Akan Wahyu Khusus

      Wahyu  khusus  ini menjadi penting karena masuknya dosa ke dalam dunia. Tulisan tangan Allah di dalam alam dikaburkan dan dirusakkan, dan manusia mengalami kebutaan secara spiritual. Hal ini  menjadi pokok kesalahan dan ketidak-percayaan dan  sekarang dalam  kebutaan dan sifat keras kepalanya  gagal  untuk  membaca dengan  benar  jejak-jejak dari wahyu asli  yang  masih tinggal. Dan sebagai kesimpulannya  manusia berdosa tidak mampu untuk  mengerti wahyu Allah lebih jauh dan lebih tuntas. Oleh sebab itu wahyu khusus  ini  menjadi penting karena Allah memberikan  penafsiran ulang kebenaran akan alam, dengan memberikan suatu wahyu baru tentang penebusan  dan  akan mencerahkan pikiran manusia dan menebusnya dari kuasa dosa.

2. Sarana-sarana Dari Wahyu Khusus

      Dalam  memberikan wahyu khusus-Nya atau wahyu supranatural, Allah menggunakan jenis sarana yang berbeda, seperti:

a. Teofani atau manifestasi Allah yang kelihatan.

      Ia  menyingkapkan kehadiran-Nya dalam api dan awan (Kel 3:2; 33:9; Maz 78:14; 99:7), dalam angin badai (Ay 38:1; Maz 18:10-16), dan dalam bunyi angin sepoi-sepoi (1 Raja 19:12). Ini  semua merupakan tanda dari kehadiran-Nya, menyingkapkan sesuatu  akan kemuliaan-Nya. Diantara penampakan-penampakan dalam  PL   dari malaikat Yehova, pribadi kedua dari Tritunggal, menduduki  tempat yang  menonjol (Kej 16:13; 31:11; Kel 23:20-23; Mal  3:1). Point tertinggi  dari penampakan Allah secara pribadi diantara  manusia yaitu dalam inkarnasi Yesus Kristus. Dalam Dia, Firman telah menjadi daging dan tinggal diantara kita (Yoh 1:14).

b. Komunikasi langsung

      Terkadang  Allah  berbicara kepada manusia dalam  suara yang dapat didengar, sebagaimana Ia lakukan kepada Musa dan anak-anak Israel,  (Ul 5:4), dan terkadang Ia menunjukan amanat-Nya   kepada   nabi-nabi   melalui suatu  operasi  Roh Kudus, (1  Pet  1:11).  Di samping itu, Ia menyingkapkan diri-Nya sendiri di dalam mimpi dan penglihatan-penglihatan, dan dengan sarana Urim dan Thumim,  (Bil 12:6; 27:21; Yes 6). Dan dalam PB, Kristus terlihat sebagai  Guru Agung  yang diutus dari Allah untuk menyingkapkan kehendak  Bapa dan melalui Roh-Nya para rasul menjadi sarana bagi  wahyu khusus yang kemudian, (Yoh 14:26; 1 Kor 2:12,13; 1 Tes 2:13).

3. Karakter Dari Wahyu Khusus

      Wahyu Allah yang khusus merupakan wahyu penebusan. Wahyu ini menyingkapkan  rencana Allah untuk penebusan bagi orang berdosa dan dunia, dan menjadi jalan dimana rencana ini dinyatakan. Wahyu ini merupakan  alat dalam memperbaharui  manusia,  wahyu   ini mencerahkan pikiran dan mengajarkan hal-hal yang baik, dan  wahyu ini memenuhi manusia  dengan cinta kasih  yang  kudus  dan mempersiapkan manusia  akan rumahnya yang disurga. Wahyu  ini bukan hanya membawakan kita suatu berita penebusan, tetapi juga membuat kita  mengerti tentang fakta penebusan. Wahyu  ini  bukan hanya memperkaya   kita dengan  pengetahuan, tetapi   juga mengubah kehidupan kita dari orang berdosa menjadi  orang kudus. Wahyu ini dengan jelas terus berkembang. Kebenaran dari  penebusan tampak redup pada mulanya, kemudian secara bertahap  semakin cerah, dan akhirnya tampak cermelang  dalam PB dalam kepenuhan dan keindahannya.

Bagian-bagian Alkitab yang perlu diingat:

a. General Revelation : Maz 8:1; 19:1,2; Rom 1:20; 2:14,15.

b. Special Revelation : Bil 12:6-8; Ibr 1:1; II Pet 1:21

BAB III

KEBERADAAAN NATUR ALLAH

A.  NATUR ALLAH YANG ESENSI

1. Pengetahuan Akan Allah

      Manusia tidak mungkin dapat memahami Allah dengan sempurna. Hal ini bukan berarti kita tidak dapat  sama sekali mengenal Allah. Kita dapat mengenal dengan benar dan nyata karena Dia  ada dan  Ia  telah menyatakan diri-Nya dalam rupa Yesus Kristus. Untuk dapat  memahami atau mengenal Allah maka kita harus kembali kepada  sumbernya  (self revelation), tanpa hal itu kita tidak  mungkin  dapat  mengenal Allah yang sejati.

      Pengetahuan  kita  akan  Allah  itu  rangkap  dua maksudnya manusia memiliki bakat sejak lahir untuk  mempunyai pengetahuan tentang Allah. Hal ini bukan berarti dikarenakan manusia  dicipta dari gambar  Allah saja, sehingga  manusia memiliki kapasitas natural untuk mengenal Allah dan bukan juga dikarenakan  manusia membawa sifat pengetahuan akan Allah sejak lahir kedalam  dunia. Jadi  pengertiannya secara sederhana adalah jika manusia dibawah kondisi  normal maka pengetahuan akan Allah secara natural  dapat berkembang  di dalam diri manusia. Pengetahuan yang seperti  ini bersifat sesuatu yang umum.

      Pengetahuan  manusia  akan Allah yang berkembang  ini dapat diperoleh dari hasil belajar dari pewahyuan Allah yang bersifat umum dan khusus. Pengetahuan  ini merupakan hasil dari kesadarannya dan pengertiaannya yang dipertahankan.

2. Pengetahuan Akan Allah Sejati Hanya Melalui Wahyu Khusus  

   (1 Yoh 5:20; Yoh 17:3)

      Hanya  melalui “special revelation” sajalah kita  dapat mengenal Allah sebagai suatu  Roh yang murni  dan  keberadaan-Nya  yang sempurna tanpa batas. Penjelasan ini meliputi beberapa unsur  di bawah ini :

a. Allah adalah Roh (Yoh 4:24; 1 Tim 6:16)

Yesus  berkata kepada perempuan Samaria bahwa “Allah  adalah Roh”. Ini berarti bahwa Ia pada hakekatnya adalah Roh dan tidak mempunyai tubuh. Dari hal ini mungkin kita bertanya, bagaimana dengan  inkarnasi Yesus (memiliki tubuh)? Jawabannya, Allah itu Roh adanya  maksudnya  Ia tidak dapat diikat oleh ruang dan waktu. Pada waktu Ia inkarnasi, Ia mengambil rupa manusia dan menjadi sama dengan kita, tetapi Ia tetap Allah sejati dan Ia hanya mengosongkan diri-Nya (kinosis -> Fil 2:7).

b. Allah adalah Pribadi (Mal 2:10; Yoh 14:9b)

Ia  adalah  Roh tetapi Ia  juga  melibatkan  kepribadian-Nya yaitu sebagai Roh yang cerdik dan bermoral,  itulah kepribadian Allah. Allah yang  ada  di dalam  Alkitab adalah Allah  yang berpribadi,  dimana Allah dapat bercakap-cakap dengan manusia, menaruh percaya, dapat masuk dalam pengalaman manusia dan dapat  menolong   mereka  yang dalam  kesukaran. Terlebih   lagi,   Ia menyatakan  diri-Nya  sendiri dalam suatu  pribadi yaitu Yesus Kristus.

c. Allah adalah Tak Terbatas Dalam Kesempurnaan-Nya 

  (Kel 15:11; Mzm 147:5)

Allah   berbeda  dengan  ciptaan-Nya  karena   Ia   memiliki  kesempurnaan yang tak terbatas. Sedangkan ciptaan-Nya terbatas. Keberadaan-Nya  dan kebajikan-Nya bebas dari segala batasan  dan ketidak-sempurnaan. Allah mempunyai sifat moral yang sempurna dan keagungan-Nya yang mulia. Baca Kel 15:11- selesai.

Bagian-bagian Alkitab Yang Perlu Diingat

a. Allah dapat dikenal : Yoh 5:20; Yoh 17:3

b. Allah adalah Roh : Yoh 4:24; 1 Tim 6:16

c. Allah adalah Pribadi : Mal 2:10; Yoh 14:9b

d. Allah adalah tak terbatas dalam kesempurnaan-Nya : Kel 15:11; Maz 147:5

B. NAMA-NAMA ALLAH

      Ketika Allah memberikan nama kepada segala ciptaan-Nya, maka ada arti khusus dalam nama itu, baik kepada suatu pribadi ataupun benda. Demikian  juga Dia memberikan nama-nama  kepada diri-Nya sendiri. Terkadang nama Allah itu bentuknya tunggal, dan  dalam kasus-kasus tertentu istilah ini merupakan suatu petunjuk  dari manifestasi Allah secara umum khususnya dalam hubungannya  dengan umat-Nya  (Kel 20:7 ; Maz 113:3) atau dalam hubungannya  dengan diri-Nya  sendiri (Ams 18:10 ; Yes 50:10). Satu nama  Allah  yang umum  telah terpecah ke dalam beberapa nama yang mengekspresikan keberadaan-Nya  dari banyak sisi. Dan nama itu  sendiri  bukanlah suatu temuan manusia, melainkan diberikan oleh Allah sendiri.

1. Nama-nama Allah dalam PL

      Beberapa nama dalam PL mencatat bahwa Allah adalah Yang Maha Tinggi dan Mulia. Istilah “EL” dan “Elohim” menunjukkan bahwa Dia kuat dan berkasa, dengan demikian seharusnya ditakuti,  sementara “Elyon” menujuk kepada natur-Nya Yang Maha Tinggi  dan  sebagai Yang Maha Tinggi Dia pantas disembah dan dihormati. Kata “Adonai” biasanya menunjukkan  kepada Tuhan sebagai  Pemilik  dan Penguasa atas semua manusia.

      Nama-nama  lain  yang menunjukkan bahwa  Allah  masuk  dalam hubungan persahabatan  dengan manusia,  khususnya  melalui leluhur, Dia memakai nama “El-Shaddai” , yang  menekankan  akan kebesaran yang ilahi, tetapi juga sebagai sumber penghiburan  dan berkat  untuk umat-Nya. Ini menunjukkan bahwa  Allah  mengontrol kuasa  alam  dan membuat semuanya melayani  tujuan-Nya.  Meskipun demikian nama Allah yang paling besar dan disakralkan oleh orang-orang  Yahudi adalah “Yahweh” (Yehovah). Asal-usul dan  arti ada dalam Keluaran   3:14-15  –>  “AKU  ADALAH AKU“.   Nama itu mengekspresikan suatu fakta bahwa Allah selalu sama  dan secara khusus Ia tak dapat berubah dalam hubungan perjanjian-Nya, selalu setia dalam menggenapkan akan perjanjian-Nya. Istilah  ini  juga sering disebut dengan  suatu bentuk yang lebih penuh,  yaitu: “Tuhan  semesta  alam”, yang menggambarkan Yehowah sebagai Raja Kemuliaan yang dikelilingi oleh para malaikat.

2. Nama-nama Allah dalam PB

      Nama-nama  dalam  PB merupakan bentuk  Grika  (Yunani) dari segala nama yang ditemukan dalam PL. Nama-nama dibawah ini perlu perhatian khusus, seperti:

a. Nama Theos

      Ini  merupakan nama yang paling umum untuk Allah.  Nama itu sering ditemukan dalam bentuk kepemilikan (possesive genetive), seperti: “Allah-ku” : “Allah-mu” : “Allah-kita”. Dalam  Kristus, Allah  adalah  Allah dari setiap  anak-anak-Nya. Hal ini dipakai untuk menjelaskan hubungan antara kita sebagai anak Allah (Yoh 1:12) dengan Bapa sebagai Alllah kita. Bentuk secara individu mengambil tempat dari bentuk secara nasional,  yaitu: “Allah Israel” nama ini begitu umum dalam PL.

b. Nama Kurios

      Nama ini merupakan kata untuk “Tuhan”, suatu nama yang bukan hanya diaplikasikan kepada Allah, tetapi juga kepada Kristus  dan nama ini identik dengan nama Yehovah dan Adonai, walaupun artinya lebih khusus berkenaan dengan  istilah “Adonai”.  Nama   itu menunjukkan Allah sebagai Pemilik dan Pengatur  dari  segala sesuatu dan khususnya kepada umat-Nya.

c. Nama Pater

      Nama  ini  sering  disebut  di  PB  untuk  memperkenalkan sebagai suatu  nama baru, tetapi ini belum tentu  benar, karena nama “Bapa” juga ditemukan dalam PL untuk mengekspresikan  suatu relasi khusus dari Allah kepada Israel umat-Nya (Ul 32:6; Yes 63:16). Dalam PB nama ini begitu pribadi sebagai suatu  hubungan dimana  Allah sebagai Bapa dari orang percaya. Terkadang  sebagai Pencipta  semua (1 Kor 8:6; Ef 3:14; Ibr 12:9; Yak  1:17)  dan terkadang  sebagai pribadi pertama dari Tritunggal (Yoh  14:11; 17:1).

Bagian-bagian Alkitab Yang Perlu Diingat

a. Nama Allah secara umum  : Kel 20:7; Maz 8:1

b. Nama-nama secara khusus : Kej 1:1; Kel 6:3; Maz 86:8; Mal

   3:6; Mat 6:9; Wah 4:8

C. ATRIBUT-ATRIBUT ALLAH  

      Allah  menyatakan diri-Nya bukan hanya dalam  nama-Nya saja tetapi juga dalam  atribut-Nya,  yaitu   dalam kesempurnaan-kesempurnaan keberadaan-Nya yang  ilahi. Atribut-atribut Allah itu ada yang dapat dikomunikasikan dan yang tidak.

1. Atribut-atribut Allah Yang Tak Dapat Dikomunikasikan

      Atribut-atribut  ini  menekankan perbedaan yang mutlak antara Allah dan ciptaan-Nya, seperti:

a. Independensi atau keberadaan Allah yang ada pada diri-Nya sendiri  ini berarti bahwa Allah memiliki  dasar  keberadaan-Nya dalam diri-Nya sendiri. Tidak  seperti manusia, Allah tidak bergantung pada  hal-hal di luar diri-Nya sendiri. Ia bebas dalam  diri-Nya, kebajikan-Nya dan tindakan-Nya, dan menyebabkan ciptaan-Nya bergantung pada-Nya. Ide ini diwujudkan dalam nama Jehovah (Maz 33:11, 115:3; Yes 40:18-31; Dan 4:35; Yoh 5:26; Rom 11:33-36 ; Kis 17:25; Wah 4:11).

b. Kekekalan Allah (Immutability)

      Kitab  Suci  mengajarkan bahwa Allah tak dapat  berubah. Kekekalan Allah tidak dipengaruhi oleh waktu dan ruang. Oleh karena itu, Ia kekal dalam: keberadaan-Nya yang ilahi, kesempurnaan-Nya, dan juga tujuan dan janji-Nya (Bil 23:19: Maz 33:11,  102:27 ; Mal 3:6: Ibr 6:17 ; Yak 1:17). Meskipun demikian bukan berarti tidak  ada pergerakan dalam Allah. Alkitab mengatakan  akan  Dia yang  datang dan pergi, yang tersembunyi dan menyatakan diri.  Ia juga  dikatakan menyesal (I Sam 15:11 band ay.29), tetapi  ini merupakan cara manusia mengungkapkan Allah (Kel 32:14; Yun 3:10) dan sesungguhnya hal ini menunjukkan suatu perubahan dalam relasi manusia kepada Allah.

c. Ketidakterbatasan Allah (infinite)

      Kita  dapat  mengatakan  akan  ketidakterbatasan-Nya   dalam pengertian yang lebih, seperti dalam relasi pada keberadaan-Nya yang biasa disebut dengan kesempurnaan yang mutlak.  Artinya  Ia tak terbatas dalam: pengetahuan-Nya,  kebaikan-Nya dan  kasih-Nya, kebenaran-Nya   dan kekudusan-Nya  (Ay  11:7-10   ;   Maz 145:3). Ketidakterbatasan-Nya  dikaitkan  dengan  waktu  kita yang kita sebut kekekalan “eternity” (Maz 90:2, 102:12). Dia melampui waktu, maka tak ada kemarin atau esok, bagi-Nya selalu hari ini yang  kekal.

      Bila  dikaitkan  dengan ruang kita yang disebut immensity yaitu keberadaan  yang tak terhingga.   Ia   hadir    dimana-mana (Omnipresence), tinggal dalam ciptaan-Nya mengisi  setiap titik ruangan, tetapi  tidak terikat dengan ruang (1 Raja 8:27;  Maz 139:7-9; Yes 66:1; Yer 23:23,24 ; Kis 17: 27,28).

d. Kesederhanaan Allah

      Artinya Ia bukan terdiri dari berbagai bagian, seperti tubuh dan jiwa dalam manusia. Ia juga tidak terbagi. Tiga Pribadi dalam keAllah-an bukanlah banyak  bagian dari esensi ilahi   yang terbentuk.  Keberadaan Allah  yang menyeluruh itu  milik  dari masing-masing pribadi. Oleh sebab itu kita dapat mengatakan bahwa Allah  dan atribut-atribut-Nya adalah satu dan  Ia  adalah kehidupan, terang, kasih, dan kebenaran, keadilan, dll.

2. Atribut-atribut Allah Yang Dapat Dikomunikasikan

      Atribut-atribut ini ada kemiripannya dengan manusia,  tetapi berbeda secara kualitas. Karena manusia itu terbatas  dan  tidak sempurna, sementara Allah tak terbatas dan  sempurna.  Atribut-atribut itu adalah:

a. Pengetahuan Allah

      Ia mengetahui diri-Nya sendiri dan segala sesuatu; biasanya kita sebut dengan kemahatahuan Allah (omniscience), (1 Raja 8:29 ; Maz 139:1-16; Yes 46:10; Yeh 11:5; Kis 15:18; Yoh 21:17; Ibr 4:13).

b. Kebijaksanaan Allah

      Kebijaksanaan ini merupakan satu aspek dari pengetahuan-Nya. Ini merupakan kebajikan Allah yang menyatakannya  dalam seleksi dari tujuan yang layak dan dalam pemilihan  akan sarana  yang terbaik untuk  merealisasikan tujuan-Nya (kemuliaan-Nya)  (Rom 11:33; 1 Kor 2:7; Ef 1:6,12,14; Kol 1:16).

c. Kebaikkan Allah

      Allah  baik  maka  Diapun  kudus  dalam  diri-Nya sendiri. Kebaikkan Allah adalah kebaikkan yang tersingkap dalam perbuatan baik kepada orang lain, (Maz 36:6; 104:21; 145:8,9,16; Mat  5:45; Kis 14:17).

d. Kasih Allah

      Atribut ini sering disebut sebagai atribut Allah yang paling setral. Atribut ini dihubungkan dengan pengampunan dosa manusia. Yang kita  sebut sebagai anugrah Allah (Ef 1:6,7; 2:7-9;  Tit 2:11). Dan bila dihubungkan dengan peringanan penderitaan  akibat dosa  adalah merupakan belas kasihan-Nya (Luk 1:54,72,78;  Rom 15:9; 9:16,18; Ef 2:4). Dan atribut ini bila dihubungkan  dengan orang  yang tidak mau memperhatikan nasehat dan peringatan  Allah  disebut  sebagai panjang sabar-Nya (longsuffering/forbearancce) (Rom 2:4; 9:22; 1 Pet 3:20; 2 Pet 3:15).

e. Kekudusan Allah

      Pertama,  kekudusan-Nya secara mutlak berbeda  dengan semua ciptaan-Nya  dan ditinggikan di atas mereka dalam kemuliaan  yang tak terbatas (Kel 15:11 ; Yes 57:15). Kedua, Ia bebas dari segala kecemaran secara moral atau dsa, oleh sebab itu Dia secara moral sempurna. Begitu juga manusia dihadapan yang suci menyadari  akan keberdosaannya (Ay 34:10; Yes 6:5; Hab 1:13).

f. Kebenaran Allah

      Ini  merupakan  kesempurnaan Allah di  mana  Dia  memelihara diri-Nya sebagai Yang Kudus untuk melawan setiap pelanggaran akan kekudusan-Nya. Dia memelihara pemerintahan secara moral di  dunia ini dengan memberikan upah kepada yang taat dan menghukum  kepada yang tidak taat (Mzm 99:4; Yes 33:22; Rom  1:32).  Keadilan-Nya yang memanifestasikan kebenaran-Nya dengan memberikan upah kepada kita disebut keadilan yang menguntungkan (remunerative  justice), atribut ini  menyingkapkan  kasih-Nya;  sementara kepada   yang memberikan hukuman yang setimpal kita sebut sebagai retributive justice, atribut ini menyingkapkan murka-Nya.

g. Ketepatan/kebenaran Allah (veracity)

      Hal  ini menjelaskan bahwa Ia benar pada: diri-Nya  sendiri, pengwahyuan-Nya, dan relasi-Nya dengan umat-Nya. Ia adalah  Allah yang benar yang senantiasa melawan berhala-berhala,  mengetahui mereka sebagaimana adanya dan Dia setia dalam menggenapkan janji-janji-Nya. Dan ini biasanya kita sebut dengan  kesetiaan  Allah (Bil 23:19; 1 Kor 1:9; 2 Tim 2:13; Ibr 10:23).

h. Kedaulatan Allah

      Ada dua konsep mengenai kedaulatan Allah ini, yaitu:

i. Kehendak-Nya yang berdaulat

    Dinyatakan  sebagai  penyebab akhir dari segala  sesuatu  (Ef 4:11; Wah 4:11). Ulangan 29:29  menjadi basis  untuk  membedakan antara kehendak Allah yang rahasia, dan yang disingkapkan. Yang pertama adalah kehendak dari dekrit Allah yang tersembunyi dalam Allah dan  dapat diketahui hanya dari efeknya  saja, dan  yang kemudian adalah kehendak dari peraturan-Nya  yang disingkapkan dalam Torat dan Injil-Nya (Ay 11:10; 33:13; Maz 115:3; Ams 21:1;  Mat  20:15 ; Rom 9:15-18; Wah 4:11). Perbuatan manusia  yang berdosa  juga di bawah kontrol dari kehendak-Nya  yang  berdaulat (Kej 50:20; Kis 2:23).

ii. Kekuasaan-Nya yang berdaulat

      Kuasa untuk menjalankan kehendak-Nya disebut kemahakuasaan-Nya(omnipotencce).  Atribut  ini  bukan  berarti Allah   dapat mengerjakan segala sesuatu, kenapa? Karena Allah  tidak  dapat berbohong, berdosa dan menyangkal diri-Nya sendiri (Bil 23:19; 1 Sam 15:29; 2 Tim 2:13; Ibr 6:18; Yak 1:13,17).  Atribut  ini berarti apa yang telah diputuskan-Nya Ia dapat selesaikan, bahkan lebih  dari itu  (Kej 18:14; Yer 32:27; Zak  8:6; Mat  3:9; 26:53).

Bagian-bagian Alkitab Yang perlu Diingat

A. Atribut-atribut yang tidak dapat dikomunikasikan :

   1. Independence : Yoh 5:26

   2. Immutability : Mal 3:6; Yak 1:17

   3. Eternity     : Maz 90:2; 102:27

   4. Omnipresence : Maz 139:7-10; Yer 23:23,24

B. Atribut-atribut yang dapat dikomunikasikan :

   1. Omniscience : Yoh 21:17b; Ibr 4:13

   2. Wisdom      : Maz 104:24; Dan 2:20,21b

   3. Goodness    : Maz 86:5; 118:29

   4. Love        : Yoh 3:16; 1 Yoh 4:6

   5. Grace       : Neh 9:17; Rom 3:24

   6. Mercy       : Rom 9:18; Ef 2:4,5

   7. Longsuffering or forbearance : Bil 44:18; Rom 2:4

   8. Holiness    : Kel 15:11

   9. Righteouness or Justice : Maz 89:14; 145:17;

      1 Pet 1:17

  10. Veraccity or Faitfulness : Bil 23:19; II Tim 2:13

  11. Sovereignty : Ef 1:11; Wah 4:11

  12. Secret and Revealed will : Ul 29:29

  13. Omnipotence : Ay 42:2; Mat 19:26; Luk 1:37  

Katekismus Heidelberg P14 – Pelunasan Hutang Dosa dan Ketidak-berdayaan Ciptaan

Renungan harian

8 Maret 2021

Katekismus Heidelberg

P14 – Pelunasan Hutang Dosa dan Ketidak-berdayaan Ciptaan

Pert. Mungkinkah ditemukan suatu makhluk semata, yang dapat melaksanakan pelunasan bagi kita?

Jaw. Tidak mungkin. Pertama, Allah tidak mau menjatuhkan hukuman terhadap makhluk lain karena kesalahan yang diperbuat manusia (a). Kedua, tidak ada makhluk semata yang sanggup menanggung beban murka Allah yang kekal atas dosa dan membebaskan makhluk-makhluk lain darinya (b).

(a) Yeh 18:4b. (b) Maz 49:8-9.

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, seluruh ciptaan di dunia menjadi rusak. Ini karena manusia adalah mahkota ciptaan yang menjadi perwakilan bagi seluruh ciptaan di dunia. Kesalahan manusia tidak dapat ditebus atau ditimpakan kepada ciptaan lain, selain manusia. Maka dari itu, manusialah yang harus menanggung hutang dosa manusia.

Kendati demikian, murka Allah yang kekal itu begitu besar sehingga tidak ada ciptaan yang dapat menanggungnya. Jadi, pribadi yang menanggungnya haruslah manusia serta melebihi manusia pada saat yang sama. Ini berarti manusia membutuhkan pribadi yang melebihi manusia untuk menyelamatkannya. Malaikat tidak dapat melakukan ini karena ia juga adalah ciptaan.