Memperjuangkan Kekudusan Hidup

tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1 Petrus 1:15-16)

 

Budi baru saja selesai membaca sebuah buku rohani tipis yang berbicara tentang doktrin keselamatan secara singkat. Ia menutup buku tersebut dan terdiam merenung. Dedi berjalan melewatinya dan Budi memanggilnya “eh Dedi, coba sini dulu deh.” Dedi menjawab “ada apa Bud? Seperti biasa kamu serius amat mukanya.” Budi bertanya “kita kan sudah selamat nih karena percaya. Ini berarti kalau gue berdosa, keselamatan itu ga akan hilang kan?” Dedi seketika menjawab “iya Bud, betul, tapi kan Tuhan bilang kita ga boleh berdosa lagi. Betul kan?” Budi terdiam sejenak “iya sih, itu aku tahu, tapi apakah kekudusan itu sebegitu pentingnya?” Dedi menjawab “pasti penting lah, tapi lu cari sendiri ayat-ayatnya ya. Gue ga hafal, hehe. Kalo uda pelajari tolong kasi tahu gua juga ya.” Budi mengejek “yah, kamu sendiri ga ngerti tapi bilang itu penting. Gimana sih kamu.”

 

Masih banyak-kah orang Kristen masa kini yang mengerti tentang kekudusan? Masih banyak-kah gereja yang tetap memberitakan dan menegakkan kekudusan hidup kepada jemaat? Kita mungkin telah sering mendengar berita-berita tentang kebobrokan moral yang terjadi di daerah-daerah mayoritas Kristen di Indonesia. Ini sangat menyedihkan. Apakah kita bagian dari golongan orang Kristen yang sungguh-sungguh hidup kudus? Sudahkah kita mengerti pentingnya memperjuangkan kekudusan hidup?

Siapakah Allah yang kita sembah? Dia adalah Allah yang kudus. Dalam Yesaya 6 para serafim memuji Allah “kudus, kudus, kuduslah Tuhan.” Kudus berarti khusus. Allah adalah kudus adanya dan sama sekali tidak ada noda dosa. Kita sebagai gambar dan rupa Allah seharusnya hidup mengikuti karakter Allah yang kita sembah, yaitu hidup kudus. Orang Kristen adalah orang berdosa yang dipanggil oleh Allah untuk keluar dari dosa dan masuk ke dalam kekudusan. Itulah sebabnya bahasa Yunani ‘gereja’ adalah ekklesia, yang berarti “dipanggil keluar.” Jika orang Kristen meninggalkan kekudusan hidup dan kembali kepada lumpur dosa, maka ini sama seperti bangsa Israel yang meninggalkan Tuhan dan mau kembali ke Mesir. Mereka lebih memilih kehidupan yang lama ketimbang mendekatkan diri kepada Allah. Mereka lebih menikmati hal-hal duniawi ketimbang Sumber Sukacita itu sendiri.

Hanya mereka yang memperjuangkan hidup kuduslah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Orang Kristen yang sudah diselamatkan tetap akan mendapatkan keselamatan meskipun ia melakukan dosa, namun dosa itu akan membuatnya lebih jauh dari Allah. Manusia yang menjauh dari Allah yang adalah Sumber Kebaikan dan Sukacita itu hanya akan merasakan kutuk, dukacita, dan kehampaan karena dosa. Sebaliknya, mereka yang dekat dengan Allah akan mendapatkan berkat yang melimpah, karena Ia adalah Sumber Berkat. Berkat yang dicurahkan-Nya bukanlah semata-mata berkat materi, tetapi lebih daripada itu, berkat rohani yang membangkitkan jiwa kita.

Jika kita sudah menyadari kebenaran ini, maka pertanyaan berikutnya adalah “bagaimana caranya agar saya bisa hidup kudus?” Pertama-tama kita harus berdoa. Kita harus memohon belas kasihan Allah yang adalah Sumber Kekudusan itu. Hanya Dia-lah yang mampu menguduskan kita. Kekuatan manusia tidak dapat menghasilkan kekudusan. Uang sebanyak apapun tidak akan cukup untuk membelinya. Hanya dengan bergantung kepada Allah di dalam doa-lah kita bisa mendapatkan kekudusan.

Kedua, kita harus taat. Bangsa Israel diperintahkan untuk menaati seluruh hukum Taurat agar hidup mereka menjadi sangat berbeda dengan bangsa-bangsa di sekitar mereka yang najis atau berdosa. Sebagian besar isi dari kitab-kitab para nabi berbicara mengenai dosa-dosa bangsa Israel dan berbicara mengenai pertobatan dan hidup sesuai hukum Taurat. Dalam Perjanjian Baru Petrus menulis “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu” (1 Petrus 1:14-15). Dalam kedua ayat ini ketaatan disejajarkan dengan hidup kudus. Ketaatan adalah kunci menuju kekudusan.

Maukah kita taat? Maukah kita hidup kudus di hadapan-Nya? Jika kita menginginkan berkat-Nya, maka kita harus mendekatkan diri kepada Sumber Berkat itu di dalam kekudusan yang diraih melalui doa dan ketaatan.