Keselamatan dalam Yesus Kristus dan Manfaatnya (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

23 Mei 2020: Keselamatan dalam Yesus Kristus dan Manfaatnya

            Kita akan membahas tentang keselamatan dalam Yesus Kristus dan manfaatnya. Ayat yang akan kita bahas adalah Hosea 6:6, Yehezkiel 36:27-28 (ini adalah janji pembaruan untuk Israel), Yohanes 14:6 (finalitas keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus), Kisah Para Rasul 4:11-12, dan Yesaya 59:1-2.

PENDAHULUAN

            Apa kebutuhan yang paling hakiki dari manusia? Ada yang berkata makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan, jaminan kesejahteraan, dan aktualisasi diri. Mengapa keselamatan di Perjanjian Lama tidak cukup dan butuh penggenapan keselamatan di dalam Yesus Kristus (Mikha 5:2)? Mengapa keselamatan hanya melalui dan di dalam Yesus Kristus? Bagaimana dengan pandangan yang mengatakan ada keselamatan di luar Yesus Kristus?

PEMBAHASAN

1) Apa kita Alkitab tentang keselamatan?

            Dalam Perjanjian Lama ada istilah yasha untuk keselamatan. Ini bisa dilihat dalam dua kategori yaitu umum dan khusus (iman). Dalam Perjanjian Baru ada istilah soteria yang berhubungan dengan keselamatan. Yasha atau keselamatan bisa berarti bebas dari penderitaan, bahaya hidup, dan lainnya. Ini pengertian secara umum. Kedua ini bisa berarti terhindar dari kerusakan moral. Ketiga secara khusus ini bisa berarti pemeliharaan Tuhan (jiwa).

            Contoh dari arti yang pertama (bebas dari penderitaan, bahaya hidup, dan lainnya) adalah 1) bebas dari penjajahan Mesir (Keluaran 14:13, 30; 15:2). Saat itu bangsa Israel dijadikan budak. Kemudian Allah menyelamatkan mereka secara fisik. 2) Keselamatan dari kekalahan (Ulangan 20:4). Allah menyatakan anugerah keselamatan supaya bangsa Israel tidak mengalami kematian. 3) Keselamatan dari penindasan (Hakim-Hakim 3:31). Tuhan bisa melepaskan dari penindasan fisik. 4) Keselamatan dari kesesakan hati dan pergumulan hidup (Mazmur 34:7). 5) Keselamatan dari tangan musuh (Mazmur 106:10). 6) Keselamatan dari pembuangan ke Babel (Yesaya 46:13, 52:10-11). Tuhan bisa memimpin Daniel dan teman-temannya di Babel. Tuhan juga bisa memimpin bangsa Israel kembali ke tanah Israel. Itu adalah anugerah keselamatan Tuhan. Kata yasha dalam bagian ini menekankan kualitas respons iman dan ketaatan iman. Setiap orang bisa mengalami hal-hal di atas, tetapi yang membedakan mereka adalah kasih setia mereka dan kualitas akan pengenalan Tuhan yang benar. Bagaimana kita tahu bahwa mereka diselamatkan? Kita melihat respons iman mereka. Ternyata angkatan pertama Israel yang keluar dari Mesir mati karena sungut-sungut. Akhirnya Yosua, Kaleb, dan angkatan berikutnyalah yang boleh masuk tanah Kanaan. Ini karena mereka memiliki respons iman dan ketaatan iman. Mereka tidak menggerutu dan mempertanyakan Tuhan. Mereka mau terus belajar tentang Tuhan.

            Contoh dari arti yang kedua (terhindar dari kerusakan moral) adalah 1) keselamatan dari kerusakan moral (Hosea 1:7). Saat itu umat Israel berzinah rohani dengan menyembah berhala-berhala. Mereka kompromi dengan bangsa-bangsa yang fasik dan meninggalkan ibadah kepada Allah yang sejati. Namun kemudian ada anugerah Tuhan sehingga mereka tidak terus menerus berada dalam dosa ini. 2) Keselamatan berkaitan dengan kualitas pengenalan akan Tuhan (Hosea 6:6). Mereka takut berbuat dosa karena takut kepada Allah mahakuasa yang menyelamatkan mereka. Iman mereka dinyatakan melalui kasih setia mereka kepada Tuhan. Kita seharusnya takut berbuat dosa bukan karena takut kepada hukuman tetapi karena takut kepada Kristus yang sudah menebus kita. Kita takut berbuat dosa karena kita mengakui bahwa iman kita adalah anugerah Allah. Takut kepada hukuman dan takut kepada Allah itu berbeda kualitasnya. Pertobatan tanpa takut akan Allah bukanlah pertobatan yang sejati. Pertobatan karena iman yang benar adalah pertobatan yang sejati. Yasha dalam bagian ini menekankan kualitas rohani yang berani menolak segala kecemaran hidup dan berani mengutamakan Tuhan yang terekspresi melalui kasih setia dan pengenalan akan Tuhan yang benar. Dengan kualitas rohani seperti ini, orang tersebut akan lebih takut jika Allah membuangnya daripada takut kepada ancaman dan bahaya. Jadi keberanian mereka adalah keberanian yang suci yang menghancurkan para berhala. Dalam kisah para raja, kita melihat ada raja yang setia kepada Allah dan ada raja yang menyembah berhala. Respons raja yang beriman adalah berani menghancurkan semua patung berhala. Para raja yang kompromi dengan berhala bukanlah orang-orang yang beriman. Orang yang memiliki kualitas rohani juga berani mengutamakan Tuhan. Ia berani menunjukkan kasih setianya dan mau terus mengenal Allah dengan benar. Itu indikasi keselamatan.

            Dalam arti yang ketiga (pemeliharaan Tuhan: jiwa), yasha digunakan dalam arti sebagai berkat umum bagi umat Allah (contoh: Tuhan adalah… keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya – Mazmur 28:9). Tuhan tidak pernah gagal untuk mewujudkan anugerah keselamatan. Kita tetap bisa dilukai secara fisik, namun jiwa kita dipelihara oleh Tuhan. Sebagian dari para rasul mati karena dibunuh, namun keselamatan jiwa mereka pasti terjamin. Polikarpus ketika akan dihukum mati tidak menghujat Tuhan. Sebaliknya, ia berdoa dan memuji Tuhan. Yasha dalam bagian ini menekankan kualitas kesaksian hidup (hymne). Kesaksian itu bukan untuk menyatakan kehebatan kita atau orang lain. Kita menyatakan kebesaran Tuhan. Di sana kita mau agar orang-orang melihat kebaikan dan anugerah Tuhan. Kesaksian hidup bukanlah soal berapa banyak materi atau uang yang kita punya. Orang-orang rohani bisa bersaksi dari hal-hal yang kecil untuk menyatakan kebesaran Tuhan. Kita tidak perlu menunggu perkara yang besar terlebih dahulu baru kemudian bersaksi. Orang yang memiliki keselamatan itu selalu memuji Tuhan dan bersyukur. Itulah keindahan jiwa manusia.

Kemenangan iman itu nyata ketika jiwa menyatakan syukur dan memuji Tuhan. Namun tidak semua orang yang bernyanyi itu bernyanyi untuk Tuhan. Ada yang bernyanyi karena iman dan ada yang tidak. Kesaksian hidup seseorang bisa menjelaskan apakah orang itu sungguh menyatakan iman atau tidak. Fanny Crosby mengalami kebutaan dari sejak bayi karena kesalahan dokter. Suaminya juga tuna netra. Namun kekurangan secara fisik dan finansial tidak membuat mereka tidak bersaksi bagi Tuhan. Justru dalam kekurangan mereka bisa mempersaksikan Tuhan dengan luar biasa. Dalam keterbatasan mereka, mereka menyatakan Tuhan yang tidak terbatas. Hidup kita berkualitas karena selalu menjadi berkat bagi orang lain, bukan menjadi batu sandungan. Apakah Saul diselamatkan? Dari kisah hidupnya, kita bisa melihat bahwa Saul tidak memiliki kasih setia dan pengenalan yang benar akan Tuhan. Ia tidak memiliki jiwa yang bisa menerima Daud.

Keselamatan dalam Perjanjian Lama mencakup jiwa dan hidup yang kekal. Keselamatan di Perjanjian Lama tampak pada sikap iman yaitu ketaatan dan memprioritaskan Tuhan. Namun keselamatan dalam Perjanjian Lama tidak cukup karena fungsi Taurat menyatakan standar kesucian Tuhan dan memberikan kesadaran manusia akan dirinya sebagai orang berdosa (seperti fungsi foto Rontgen), tetapi tidak bisa memberikan solusi untuk menyelesaikan dosa dan akibat dosa yaitu kematian (baca Kejadian 3:15). Foto Rontgen tidak menyelesaikan masalah. Itu hanya memberitahu di mana titik penyakit kita. Seperti itulah hukum Taurat. Nubuat pertama tentang keselamatan dituliskan dalam Kejadian 3:15. Ayat ini menyatakan peperangan zaman sampai Kristus datang dan menggenapkan keselamatan di kayu salib. Setan mau mengagalkan itu tetapi tidak bisa. Jadi kehadiran Kristus bukanlah hal yang mendadak tetapi sudah dinubuatkan dari awal. Alkitab menyatakan keselamatan itu secara progresif.

2) Why God became man? (cur Deus homo?)

Dapatkah proses keselamatan manusia tanpa harus Allah menjadi manusia? Mengapa Allah bisa menjadi manusia? Jadi apa arti keselamatan dalam Yesus Kristus? Kita harus bisa melihat keindahan karya Yesus Kristus yang menjadi manusia untuk menebus kita. Orang-orang yang keberatan terhadap konsep ini menyatakan bahwa 1) hal ini tidak mungkin karena bertentangan dengan kemuliaan Allah karena Kristus sama dengan manusia yang hina. Kristus lahir di tempat yang hina dan dalam keluarga yang tidak kaya. Ia harus bekerja sebagai tukang kayu. Bagi orang-orang tertentu, ini tidak sesuai dengan kemuliaan Tuhan. 2) Bagaimana mungkin Allah yang kudus dan mahatinggi dapat menjadi manusia yang terbatas (lemah, haus, lapar, dan lainnya)? Bagi mereka ini adalah hal yang tidak mungkin. 3) Penjelmaan Allah menjadi manusia merupakan penghinaan dan pencemaran esensi Allah yang adalah Roh adanya. Bagi mereka Allah yang adalah Roh tidak mungkin menjadi manusia. Yesus dianggap sebagai hasil dari perkawinan secara biologis antara Yusuf dan Maria. Padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Yesus lahir karena Maria mengandung dari Roh Kudus (Matius 1:20). Jadi kelahiran Yesus adalah karya Allah Tritunggal.

Jawaban kita bagi keberatan di atas adalah penjelmaan Allah menjadi manusia justru sesuai dengan kemuliaan Allah, bahkan sebagai satu-satunya jalan bagi manusia untuk kembali kepada Tuhan (Yohanes 1:14, 14:6; Kisah Para Rasul 4:12). Mengapa demikian? 1) Karena kemuliaan Allah tidak terbatas/dapat dibatasi oleh ciptaan-Nya dan kondisi dunia yang sudah tercemar karena dosa. Kemuliaan Allah ada pada diri-Nya sendiri. Dunia yang sudah berdosa pun masih berada dalam topangan Allah. Ketika Allah menjadi manusia, itu tidak mengurangi kemuliaan Tuhan. Allah tidak menjadi tercemar karena mengambil natur manusia. Kemuliaan Tuhan nyata dalam pribadi Yesus Kristus. Kemuliaan itu tidak berkaitan dengan harta atau kepopuleran tetapi berkaitan dengan kasih karunia dan kebenaran Yesus Kristus. 2) Kemuliaan Allah ada pada diri-Nya dan nyata di dalam manusia Yesus Kristus sebagai ‘gambar Allah yang sejati’ (Yohanes 1:14, Filipi 2:6-7). Kemuliaan Allah tidak bisa dihancurkan oleh kuasa manusia manapun. Allah Pribadi kedua menjadi manusia dan mengosongkan diri (kenosis) untuk mengerjakan keselamatan bagi kita. Jadi Allah yang mahakuasa, mahahadir, dan mahatahu masuk ke dalam dunia yang sementara dan Ia tidak berbuat dosa. Natur manusia yang diambil Kristus itu semua seperti kita dalam arti bisa bertumbuh secara fisik dan memiliki keterbatasan. Namun kualitasnya berbeda. Ia sudah suci dari sejak berada dalam kandungan Maria. Ia memiliki potensi untuk jatuh ke dalam dosa tetapi tidak mungkin berbuat dosa.

3) Karena kejatuhan manusia dalam dosa tidak menghilangkan status manusia sebagai milik Allah (Roma 3:10-12, 23). Maka penebusan manusia hanya bisa dikerjakan melalui jalan Allah menjadi manusia (Kejadian 3:15, Yohanes 1:1-2, Filipi 2:5-11). Manusia jatuh di dalam waktu, sedangkan malaikat jatuh di dalam kekekalan. Satu-satunya jalan keselamatan adalah Allah menjadi manusia. Allah masuk di dalam waktu untuk menyatakan misi keselamatan. Jadi keberatan-keberatan di atas sudah dijawab oleh Alkitab. 4) Hanya melalui Kristus menjadi manusia, penebusan dosa manusia dan pelunasan dosa-dosa manusia dapat diselesaikan (Galatia 3:13 – redemption by substitution). Karena Dia adalah manusia, Dia bisa mati untuk membayar harga untuk penebusan kita karena Dia adalah Allah yang kekal. Kematian adalah nilai yang cukup untuk menebus dosa-dosa manusia. Kristus rela menanggung semuanya sebagai pengganti. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Jadi manusia membutuhkan Tuhan Yesus Kristus. Jadi Allah menjadi manusia karena misi penebusan. Yesus Kristus mengerjakan tiga jabatan (raja, imam, dan nabi) dengan sempurna dan dalam nilai kesucian. Hidup Kristus menggenapkan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama. Penulis Ibrani dengan begitu indah menjelaskan kristologi dari kacamata Perjanjian Baru kepada orang-orang Yahudi. Kristus adalah nabi di atas segala nabi, imam di atas segala imam, dan raja di atas segala raja. Semuanya dikerjakan dengan sempurna. Ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah. kematian-Nya cukup untuk menebus dosa-dosa manusia. Upah dosa ialah maut dan Kristus mengalami itu.

5) Karena Kristus adalah Anak Allah, hidup-Nya tidak pernah memiliki awal dan akhir. Jauh sebelum Ia datang ke dunia sebagai manusia (inkarnasi), Anak Allah sudah ada sebagai Allah (Yohanes 1:1-2 dan Matius 1:23). Ia menerobos dunia dalam kronos untuk mendapatkan kairos. Penebusan-Nya memiliki nilai kekal, maka dari itulah penebusan-Nya bersifat sejati. Allah Tritunggal sudah ada sebelum penciptaan. Ini berarti Anak Allah juga sudah ada dalam kekekalan. Ia bukanlah manusia yang dijadikan Allah. 6) Ada hal-hal yang menunjukkan bahwa Ia adalah Allah Pencipta. Hal ini tampak ketika Ia menghardik badai, dapat menjawab apa yang dipikirkan manusia, menundukkan kuasa Setan, dan selama Ia menjadi manusia Ia kudus, tidak berbuat dosa dan kematian dikalahkan dengan kebangkitan-Nya. Meskipun Allah Anak menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah Pencipta. Ia tetap mahakuasa dan berkuasa atas alam. Ia tidak seperti nabi palsu yang mengklaim bahwa dirinya bisa meredakan badai namun sesungguhnya tidak dapat. Kitab Injil menyatakan bahwa Ia mahatahu. Ia tahu apa yang dipikirkan manusia. Para pemimpin agama ingin menguji dan menjebak Yesus, namun Yesus tahu benar apa yang mereka mau lakukan. Ia juga punya kuasa untuk mengusir Setan. Ketika orang-orang kerasukan melihat-Nya, setan-setan menjadi ketakutan. Semua ini menjelaskan bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Selama Ia hidup di dunia, Ia hidup kudus. Ia mengalami kematian namun kematian tidak dapat menguasai-Nya. Kesempurnaan-Nya menyatakan bahwa Ia layak menebus kita.

7) Kristus adalah pengantara untuk manusia yang menjadi seteru Tuhan. Jadi Kristus adalah pengantara antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa, karena Dia adalah Allah sekaligus manusia. Hanya Kristus yang dapat menjadi pengantara kita dan hanya Kristus yang satu-satunya dapat membersihkan dosa-dosa kita untuk dapat diterima Allah. Hanya Kristus yang dapat menanggung murka Allah sehingga Allah tidak lagi murka kepada kita (baca 1 Timotius 2:5-6). Tidak ada usaha agama yang dapat mendekatkan kita kepada Allah. Hanya Kristus yang bisa menjadi pengantara kita. Dalam zaman Perjanjian Lama, pengampunan dosa diberikan melalui persembahan korban hewan. Namun dalam Perjanjian Baru kita mengetahui bahwa Kristus adalah Domba Paskah itu. Kasih yang ajaib, keagungan, dan kemuliaan Tuhan nyata di kayu salib. Ia rela dan taat sampai akhir. Tujuh perkataan salib itu menunjukkan bahwa Ia adalah pribadi yang berbeda. Banyak orang bertanya bagaimana mungkin Allah menderita dan mati. Itu karena mereka tidak mengerti bahwa justru di kayu salib itulah Kristus menyatakan kemuliaan-Nya. Menyatakan kemuliaan dalam kekayaan dan kemakmuran itu biasa, namun tidak ada yang bisa seperti Yesus yang menyatakan kemuliaan-Nya di kayu salib. Segala penderitaan yang Kristus alami seharusnya dialami oleh kita manusia berdosa, namun Kristus menanggung itu semua demi kita. Keadilan dan kasih Allah bertemu di kayu salib. Ada aspek vertikal dan horizontal di sana. Murka Allah dipuaskan di atas kayu salib. Rahasia inkarnasi menunjukkan waktu dan kedaulatan Tuhan.

3) Apa kita Alkitab tentang keselamatan?

            Kata soteria dipakai dalam Perjanjian Baru. Ini merujuk kepada keselamatan jiwa kita, juga setelah kematian. Kita yang percaya bisa mati namun mati di dalam Yesus Kristus yang sudah mengalahkan kematian. Jadi kita tidak perlu takut kepada kematian. Ini bukan berarti kita tidak perlu menjaga diri. Kita tetap harus waspada karena itu perintah Tuhan kepada kita. Kata soteria bisa merujuk kepada tiga arti: 1) terbebas dari murka Allah: penghakiman Allah karena dosa, 2) terbebas dari konsekuensi dosa: hukuman dosa, dan 3) melalui jalur penebusan dosa dan pembenaran. Semua ini adalah agar kita bisa masuk Kerajaan Allah (Matius 19:24-25) dalam kebenaran, damai, dan sukacita. Kita dijadikan anak-anak Allah dan diutus untuk memberitakan Injil. Kita diberikan kuasa yang melebihi kuasa dunia ini. Orang yang sudah diselamatkan harus melakukan Amanat Agung Tuhan. Orang yang sudah diselamatkan akan bisa menghargai penebusan Kristus dan menikmati kerajaan Tuhan dalam nilai ketaatan secara penuh. Ia akan memakai hartanya untuk kemuliaan Tuhan. Kita harus menikmati kerajaan Tuhan itu dan menyatakan kerajaan Tuhan di manapun kita berada.

            Arti pertama dari kita soteria adalah terbebas dari murka Allah: penghakiman Allah karena dosa. Segala murka Tuhan hanya bisa dipuaskan melalui penderitaan Kristus di kayu salib sebagai manusia yang suci dan tak bercacat cela (Yesaya 53:4 dan 1 Tesalonika 5:9-10). Banyak orang tidak mengerti keindahan salib Kristus. Manusia bisa salah mengerti penderitaan Yesus Kristus di atas kayu salib. Penebusan Kristus adalah redemption by substitution. Kitadipersatukan dengan Kristus. Jadi Allah tidak akan pernah meninggalkan kita atau membiarkan kita. Ia selalu hadir bersama dengan kita. Dalam aspek yang kedua, soteria berarti terbebas dari konsekuensi dosa: hukuman dosa yaitu maut (Roma 6:23). Hukuman dosa yaitu maut hanya bisa digantikan dengan kematian dan dikalahkan dengan kebangkitan Kristus (Roma 5:10 dan 1 Tesalonika 5:9-10). Agama dan usaha agama tidak dapat menyelesaikan ini. Hanya Kristus yang dapat menyelesaikan ini semua. Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Ia adalah Allah. Jadi segala ajaran yang menyatakan bahwa Kristus bukan Allah itu pasti salah. Kristus adalah Allah yang layak untuk disembah. Aspek yang ketiga adalah melalui jalur penebusan dosa dan pembenaran. Melalui darah Yesus Kristus yang dicurahkan di bukit Golgota manusia dapat dibenarkan dan didamaikan dengan Allah (Roma 5:9, Ibrani 9:12-14, 22, 28, dan Kolose 1:13-14). Tuhan Yesus Kristus adalah korban yang sempurna. Ia mencurahkan darah-Nya sekali untuk selamanya, tidak perlu diulang-ulang. Setiap ajaran yang merendahkan Kristus (melihat Kristus hanya sebagai manusia dan bukan Allah) adalah ajaran antikristus.

4) Finalitas Kristus sebagai penebus dosa manusia melalui pengorbanan – pembenaran – pendamaian.

            Keberatan terhadap konsep ini menyatakan: 1) perbuatan ini tentunya menjadi tindakan yang tidak seharusnya dan mencoreng ketetapan Allah sendiri, karena bagaimana boleh orang yang jelas-jelas berdosa dinyatakan bebas dari hukuman karena ia benar adanya karena sudah memenuhi tuntutan hukum Allah melalui pengorbanan Kristus sebagai pengganti? 2) Bukankah tindakan itu dengan sendirinya menunjukkan Allah tidak bertindak dengan benar, karena Allah seperti Allah yang kejam dan pilih kasih? 3) Namun begitu bagaimana mungkin Alkitab masih menyatakan Allah benar adanya di dalam Ia membenarkan orang berdosa (Roma 3:26)? Ada orang-orang yang menyatakan bahwa Alkitab mengandung kesalahan dalam bagian ini. Namun bagi kita Alkitab itu 100% dari Allah dan tidak mungkin salah. Allah berdaulat penuh dalam proses penulisan Alkitab. Semuanya sempurna tanpa cacat cela. 4) Pembenaran berdasarkan jasa kematian penebusan Kristus mustahil adanya. Bagaimana mungkin kebenaran orang lain bisa dipertalikan pada orang berdosa (aspek hukum)? 5) Mengapa Allah harus mengorbankan anak-Nya mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia? Hal ini menunjukkan Allah telah kehilangan ke-mahakuasaan-Nya? Bukankah Allah mampu menyelamatkan umat-Nya tanpa perlu menjadi manusia atau mengorbankan Kristus di kayu salib?

            Apa jawaban terhadap semua keberatan di atas? Menimbang bahwa pembenaran soteriologis adalah pembenaran dalam fokus peradilan, pembenaran secara hukum, maka kita membutuhkan pengertian yang lebih lengkap untuk dapat mengerti bagian-bagian Alkitab yang menyatakan Allah membenarkan orang berdosa (misalnya Roma 4:25, 5:18) hanya melalui Kristus. Jadi tidak ada pendamaian dan pembenaran melalui jalur yang lain. Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan.

1) Manusia berdosa tidak bisa dan tidak mampu menyelamatkan diri sendiri dengan memenuhi tuntutan hukum Allah. Oleh karena itu manusia perlu penebusan yang bernilai kekal dan penggantian dengan pribadi yang sempurna untuk menyelesaikan dosa manusia. Adam mewakili seluruh umat manusia berbuat dosa dan Kristus mewakili semua umat Allah dalam menjalankan ketaatan sempurna kepada Allah untuk menggantikan kita (Roma 5:19). Jadi karya Kristus itu mutlak diperlukan dalam keselamatan.

2) Allah memiliki sifat keadilan dan kasih. Pelanggaran dosa manusia harus mendapat keadilan dari Allah. Oleh karena itu keadilan dan kasih Tuhan harus dilaksanakan secara utuh. Semua itu hanya mungkin dikerjakan oleh Kristus sebagai manusia, sama seperti kita, supaya dapat mewakili kita. Bedanya kemanusiaan Kristus dengan kita adalah kemanusiaan Kristus tidak berbuat dosa untuk menanggung penghukuman atas dosa-dosa umat manusia (Ibrani 4:14-15, 2 Korintus 5:21).

3) Manusia dapat memperoleh status benar bukan karena usahanya dan kesalehannya melainkan karena Kristus yang benar membenarkan manusia – Roma 3:26, Efesus 4:23-24 (justification by faith). Alkitab mengatakan melalui iman seseorang diperhitungkan benar, itu adalah karena ia pada kenyataannya benar dan bukan orang lain benar dan mewakilinya. Haruslah dicamkan bahwa pembenaran adalah perkara rohaniah. Orang berdosa bisa bersandar pada jasa kematian penebusan Kristus karena ia dan Kristus tidak berdiri terpisah satu dengan lainnya (union with Christ – Efesus 2:11-22).

4) Semua itu dimungkinkan karena jasa Kristus di dalam penyediaan keselamatan. Orang berdosa bisa diterima dan dibenarkan karena Kristus sudah menerima hukum Allah menggantikan hukuman untuk orang berdosa. Dengan demikian kita bisa mendefinisikan dengan lebih lengkap pembenaran soteriologis ini sebagai tindakan deklaratif Allah yang melaluinya orang percaya, berdasarkan kecukupan kematian penebusan Kristus, dinyatakan telah memenuhi seluruh tuntutan hukum yang dikenakan pada mereka. Pembenaran adalah tindakan hukum mempertalikan kebenaran Kristus pada orang percaya secara iman.

5) Misi penyelamatan umat manusia melalui Kristus sudah dinubuatkan setelah Adam jatuh di dalam dosa. (Kejadian 3:15, Yesaya 53, Mikha 5:3). Kemahakuasaan Allah tidak menjadikan manusia robot ketika dicipta dan setelah manusia jatuh dalam dosa. Artinya manusia diberikan kebebasan dan tanggung jawab sebagai seorang pribadi. Dengan menggenapkan Yohanes 3:16, justru menyatakan kemahakuasaan dan kasih Allah yang ajaib. Allah tidak kejam ketika memenuhi hukuman Allah pada Kristus di kayu salib sebagai pengganti manusia berdosa.

5) Manfaat keselamatan di dalam Yesus Kristus

Dari sini kita bisa banyak mengerti tentang manfaat penebusan Kristus. Hidup dalam Kristus itu tidak sia-sia. Kita bisa melihat manfaatnya sebagai berikut: 1) perubahan kondisi orang berdosa menjadi orang kudus (1 Korintus 1:2, 6:9-11). Ini adalah perubahan yang paling ajaib dalam sejarah. 2) Ia bukan lagi budak dosa, Setan, dan dunia, tetapi hamba Yesus Kristus dan kebenaran (Roma 6:12-14, 16-18). 3) Ia tidak lagi mati rohani terhadap Allah, tetapi hidup. Ia sekarang menjadi anggota rumah tangga Allah dan warga kerajaan-Nya (Efesus 2:1-5, Yakobus 1:22, Yohanes 1:12, Roma 6:23, Kolose 1:13). 4) Ia tidak lagi terhilang dari hadapan Allah karena ia adalah ciptaan baru dalam Kristus (2 Korintus 5:17, Efesus 2:10, Efesus 4:24). Kita dijadikan anak-anak Allah. 5) Ia tidak lagi hidup dengan perbuatan-perbuatan dosa, melainkan menjadi penggenap kehendak Tuhan – berbuat baik (Efesus 2:10, Roma 12:2, 1 Yohanes 3:9). Kita mengalami perbuatan kehendak. Kita disanggupkan untuk menjalankan kehendak Allah. 6) Ia tidak lagi berhutang kepada Allah untuk dosa-dosanya karena ia telah menerima pengampunan (Efesus 1:7, Kolose 2:13). Hutangnya sudah terlunasi untuk selamanya. Orang yang mendapat pengampunan itu akan merasa damai sejahtera dan nyaman. 7) Ia tidak lagi ada di bawah kutuk dan hukuman Allah, tetapi telah dibenarkan (Roma 5:1, 9, 18). Ia dibebaskan dari hukuman dan dinyatakan benar oleh Allah (Roma 8:1, 2 Korintus 5:21). 8) Ia tidak lagi tidak berdaya, tetapi mempunyai Roh Kudus yang memberinya kekuatan untuk menjadi dan melakukan semua yang Allah tuntut darinya (Yohanes 14:16-17, Filipi 4:13, 2 Petrus 1:3).

6) Hukuman Tuhan

            Orang-orang yang belum atau tidak percaya kepada Kristus memiliki status pendosa, budak dosa, budak Setan, budak dunia, mati rohani, terhilang, berhutang, dan tidak berdaya. Perbuatan mereka adalah berbohong, menipu, membunuh, berzinah, berpikir kotor, membenci, memfitnah, dan lainnya. Ini karena mereka tidak memiliki kuasa perubahan dalam diri mereka. Di dalam hatinya tidak ada Allah.

7) Perubahan hidup dalam Kristus

            Keberadaan orang percaya memiliki status orang kudus, hamba Kristus, hamba kebenaran, hidup rohani, ciptaan baru, lunas, dan berdaya. Di dalam hati orang percaya ada Allah Roh Kudus. Perbuatan orang percaya adalah melakukan pekerjaan baik (Efesus 2:10). Ia mengutamakan pekerjaan Allah. Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus membuat kita menjadi pribadi yang berbeda. Kita diberikan hati yang mau melayani Tuhan dan mengenal Tuhan. Keberadaan kita akan konsisten dengan tindakan kita.

KESIMPULAN

1) Kebutuhan manusia yang paling hakiki setelah Adam jatuh ke dalam dosa adalah keselamatan. Covid-19 mengajarkan kepada kita bahwa semua orang butuh keselamatan. Banyak orang memerhatikan kebersihan dan kesehatan karena mereka mau selamat secara fisik. Namun keselamatan yang paling hakiki adalah keselamatan jiwa kita yang kekal dalam Yesus Kristus.

2) Keselamatan berdasarkan Taurat tidak cukup karena tidak memberikan pembaruan yang total untuk dosa-dosa manusia. Hanya Tuhan Yesus Kristus yang bisa memberikan pembaruan yang total.

3) Manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri dan juga agama. Jalan satu-satunya keselamatan Allah mengutus anak-Nya yang tunggal untuk mati menebus dosa-dosa umat manusia (redemption by substitution).

4) Banyak ajaran tentang keselamatan menjadi ujian iman setiap orang, khususnya anak Tuhan yang sejati. Namun jaminan keselamatan yang paling sejati hanya ada dalam Yesus Kristus.

            Konsep surga dalam setiap ajaran agama berbeda-beda. Jadi kesimpulannya surga menurut ajaran Alkitab berbeda jalannya, kebenarannya, dan hidupnya. Surga berdasarkan ajaran Alkitab jelas jaminannya karena Allah yang menyediakan dan Kristus sendiri yang menjaminnya. Jaminan yang kekal itu diberikan kepada kita yang percaya. Tidak ada kuasa dunia apapun yang bisa mengambil kita dari tangan Kristus. Allah akan menjaga umat-Nya dalam hal kesucian.

Q & A

Q. Apakah pendeta yang menghardik Covid-19 sampai saat ini dan seterusnya disebut nabi palsu setelah mengaku diperintah oleh Tuhan? Bila pendeta itu adalah nabi palsu, bagaimana sikap kita tentang khotbahnya selama ini (sebelum dia mengaku diperintah oleh Tuhan), apakah kebenaran khotbahnya itu menjadi gugur dan sesat?

A. Peran nabi tidak ada lagi setelah Alkitab sudah dituliskan. Peran rasul juga sudah tidak ada lagi. Jadi kalau ada orang yang mengaku sebagai nabi maka dia adalah nabi palsu. Orang seperti itu harus kembali kepada kebenaran Alkitab agar ia bisa membedakan mana suara Tuhan, suara Setan, dan suara manusia. Kita harus kembali kepada suara Tuhan yang sudah tertulis dalam Alkitab. Kita harus membaca, merenungkan, dan menghidupi Alkitab. Kita harus mendengar suara hati nurani yang sudah dipimpin oleh Tuhan. Suara yang menyeleweng harus kita lawan. Kesesatan akan selalu ada, namun peran kita adalah membawa jiwa-jiwa itu kembali kepada Alkitab. Kebangkitan rohani yang sejati bukan berbicara soal mukjizat atau kekayaan. Kebangkitan rohani yang sejati adalah ketika jiwa-jiwa kembali kepada Tuhan, mau mencintai Firman Tuhan, dan mengalami perubahan hidup ke arah Kristus. Ketika membicarakan tentang pertumbuhan rohani, Alkitab memberikan gambaran tanaman anggur. Tanaman ini tidak bisa menjadi besar atau tinggi tetapi ia merambat. Buah yang dihasilkannya manis. Pohon ini bisa bertahan sampai 10-20 tahun. Ia bisa mengalami pembaruan ketika daun atau rantingnya dipotong. Kita mengikut Tuhan untuk memuaskan hati Tuhan. Teologi yang kita anut adalah teologi salib. Jika Gereja membuang ini, memakai Gereja akan kehilangan kemurnian dan kemuliaan. Jika Amanat Agung disingkirkan, maka Gereja akan menjalankan amanat dunia. Gereja itu akan menjadi Gereja yang mati. Gereja yang hidup harus mementingkan perintah Allah seperti penginjilan, mandat budaya, dan lainnya. Kita harus berhati-hati terhadap ajaran-ajaran yang sesat. Ada ajaran sesat yang mengajarkan tentang doa yang salah. Mereka mengajarkan doa yang memaksa kehendak Tuhan. Seharusnya melalui doa kita belajar kehendak Tuhan agar kita genapkan dalam hidup kita.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Dosa, Hukuman Allah, dan Perubahan Dunia Akibat Dosa (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

16 Mei 2020: Dosa, Hukuman Allah, dan Perubahan Dunia Akibat Dosa

            Kita akan melihat beberapa ayat yang berbicara tentang dosa, hukuman Allah, dan perubahan dunia. Kejadian 1:26-27, Yesaya 43:7 (Tuhan memberikan tujuan bagi keberadaan kita), Roma 3:23 dan 6:23 (pada 3:23, frasa ‘kehilangan kemuliaan Allah’ sebenarnya lebih tepat adalah ‘kekurangan kemuliaan Allah’), dan Yesaya 59:1-2 (ada jurang pemisah antara Allah yang suci dengan kita sebagai manusia berdosa).

PENDAHULUAN

            Apa masalah yang terbesar dari dunia? Ketika manusia tidak sadar dirinya berdosa dan tidak membutuhkan pengampunan dosa. Jadi masalah terbesar bukan masalah ekonomi, kesejahteraan, penyakit, peperangan, atau ancaman orang jahat. Manusia tidak sadar dirinya sudah berdosa sehingga tidak merasa membutuhkan pengampunan dosa. Kejadian apa yang manusia tidak bisa prediksi dan tidak siap hadapi? Hukuman Allah dan akibatnya (perubahan dunia). Tidak ada yang bisa memprediksi hukuman Allah karena dosa di dalam kedaulatan-Nya. Manusia pun tidak bisa memprediksi akibat-akibatnya. Akhir dari masa pandemi ini pun tidak bisa diprediksi oleh siapapun. Hanya Allah dalam kedaulatan-Nya yang tahu. Apakah semua kejahatan, penyakit, penderitaan, atau kesengsaraan manusia adalah ciptaan Tuhan? Ada yang menyatakan bahwa Covid-19 adalah ciptaan Tuhan. Kita akan membahas bagian ini.

PEMBAHASAN

1) Apa kata Alkitab tentang manusia dan kedudukannya di dunia?

            Allah menciptakan malaikat, namun sebagian dari mereka memberontak. Mereka adalah kelompok Iblis dan Setan. Kemudian Allah juga menciptakan alam (Kejadian 1-2). Tuhan tidak pertama-tama menciptakan manusia sebagai image of God. Dikatakan bahwa semuanya baik (Kejadian 1:31). Setelah itu Tuhan kemudian menciptakan manusia yang harus menyembah dan melayani Tuhan. Manusia adalah ciptaan yang paling kompleks karena merupakan gambar Allah. Alam yang sempurna itu diciptakan untuk dinikmati, dikelola, dan dipelihara oleh manusia. Manusia tidak boleh takut terhadap alam karena alam berada di bawah sedangkan manusia berada di atas. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, ini bisa menjadi berbeda. Mengapa manusia menjadi pusat dalam ciptaan? Ini karena manusia adalah image of God. Manusia diberikan mandat untuk taat dan bekerja. Alam harus dikuasai dan dikelola oleh manusia. Ini adalah mandat budaya. Jadi kedudukan kita memiliki arti di mata Tuhan. Kita seperti biji mata Tuhan. Ini artinya kita dekat dengan Tuhan dan berharga di mata Tuhan.

            Manusia sebagai image of God memiliki keunikan yaitu kita memiliki pikiran (mind). Melalui pikiran kita diajak untuk bisa mengerti pengetahuan Tuhan sehingga kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang jahat. Pikiran ini membedakan kita dari ciptaan-ciptaan lain. Kedua, kita diberikan kebenaran (righteousness). Di dalamnya kita bisa mengerti keadilan dan kebijakan. Ketiga, kita diberikan kesucian (holiness). Keagungan manusia adalah bisa menyadari kehadiran Tuhan dan menyatakan kesucian melalui ibadah. Di dalam kesucian itu ada nilai takut akan Tuhan. Jadi inilah keunikan kita. Semua ini hanya ada dalam manusia di antara semua ciptaan. Berikutnya, kita diberikan aspek moralitas yang terkandung dalam karakter Kristus. Pola yang Tuhan berikan adalah kita harus serupa dengan Kristus. Jadi manusia itu begitu berbeda dan khusus di mata Tuhan. Namun setelah manusia jatuh dalam dosa, semua kandungan image of God menjadi rusak total – total depravity (Kejadian 3:19; Roma 3:23, 5:12, 6:23). Jadi pikiran, kebenaran, dan kesucian kita rusak total. Ada beberapa teolog mengatakan bahwa pikiran manusia tidak rusak. Namun Alkitab dengan jelas berkata bahwa tidak ada manusia yang berakal budi (Roma 3:11). Jika ada orang-orang yang menyatakan bahwa manusia bisa mengenal Tuhan melalui alam, maka itu tidak benar. Alkitab sudah menyatakan bahwa pikiran kita juga sudah rusak.

2) Mengapa manusia bisa jatuh di dalam dosa?

            Jika Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang unik dan khusus, maka mengapa manusia bisa jatuh di dalam dosa? Jika kita adalah makhluk yang mulia, mengapa Allah dalam kedaulatan-Nya tidak menjaga kita dari pengaruh Iblis? Manusia diciptakan dengan kebebasan. Di taman Eden, Allah menguji manusia untuk bisa menyatakan ketaatannya. Iblis diizinkan ada pada saat itu. Iblis memakai ular untuk menggoda dan mencobai Adam dan Hawa. Pada akhirnya mereka jatuh dalam dosa. Iblis memiliki kebebasan yang tidak netral. Ini artinya Iblis tidak mungkin bisa berpihak pada Tuhan dan anak-anak-Nya. Jadi ia mau mengagalkan rencana Allah dengan menjatuhkan manusia. Iblis adalah bapa penipu (Yohanes 8:44, Roma 16:20, 2 Korintus 11:3, dan Wahyu 12:9). Ia senantiasa mencobai siapapun juga untuk menghancurkan karakter manusia sebagai image of God. Ia akan menghancurkan damai, sukacita, dan kehendak Tuhan. Jadi kita tidak boleh bermain-main dengan Iblis.

           Dalam doa Bapa kami dituliskan: janganlah membawa kami ke dalam pencobaan (Matius 6:13). Allah tidak mencobai siapapun juga. Iblis mencobai kita dan kita bisa jatuh karena keinginan kita yang berbuah menjadi kejahatan. Bagaimana ia mencobai Adam dan Hawa? Ia menanamkan kecurigaan dan janji-janji yang semu. Mereka dijanjikan pengetahuan. Manusia digoda untuk melawan perintah ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati’ (Kejadian 2:16-17). Jadi manusia punya kebebasan yang terbatas. Iblis berkata bahwa Adam dan Hawa tidak akan mati jika memakan buah itu, namun Allah sudah dengan jelas menyatakan bahwa mereka pasti mati jika memakan buah itu.

            Kebebasan Iblis tidak netral, namun kebebasan manusia itu netral. Jadi manusia bisa dicobai. Iblis memakai ular sebagai alat. Ular itu bukanlah hewan yang khusus dimiliki oleh Setan. Ular merupakan ciptaan Tuhan. Di taman Eden, ular hanya diperalat. Dalam kebebasan manusia yang netral, Tuhan sedang menguji Adam dan Hawa. Dalam kebebasan itu, manusia bisa membuat pilihannya sendiri. Iblis menggunakan kesempatan itu. Dalam intelek, makan buah menyingkapkan ketidakpercayaan dan kesombongan. Allah sudah memberikan perintah dengan jelas kepada Adam dan Adam sudah menyampaikan perintah itu kepada Hawa. Mereka seharusnya tidak kompromi terhadap perintah itu. Ternyata Hawa kurang memahami perintah Tuhan dan kemudian ia membuka kesempatan untuk berbicara dengan Iblis. Pengetahuan kita harus dibangun di atas dasar Firman Tuhan. Penyesatan pertama terjadi pada Adam dan Hawa yang mau diajak untuk mempertanyakan kedaulatan Tuhan. Kita diciptakan sebagai makhluk yang berpikir. Jadi dalam menghadapi setiap cobaan, kita harus menggunakan pikiran kita yang selaras dengan pikiran Tuhan. Semua harus diuji berdasarkan Firman Tuhan. Setiap suara harus diuji. Kita harus tahu mana yang benar dan yang tidak benar. Ketika iman kita bertumbuh ke arah Kristus, maka kecerdasan kita pun ikut bertumbuh. Kita harus cerdas iman supaya kita bisa membedakan mana ajaran yang benar dan yang tidak benar. Kita harus dewasa iman dan dekat dengan hati Tuhan.

            Dalam kehendak, makan buah adalah keinginan untuk menjadi sama seperti Allah. Dalam cobaan Iblis tampak satu tujuan yaitu untuk menjadi sama seperti Allah. jadi Setan menggarap cara berpikir kita terlebih dahulu. Ia menanamkan titik-titik kelemahan dalam paradigma kita. Ia mengubah pikiran kita dan menanamkan kehendak dan keberanian untuk melawan Allah. Ketiga, manusia memiliki perasaan dan manusia bisa menanggapi segala hal yang terjadi. Kita memiliki empati dan emosi. Di dalam afeksi, memakan buah terlarang itu berarti mencari kepuasan yang tidak suci. Segala hal yang instan dan cepat bukanlah program Tuhan tetapi program Iblis. Tuhan memberikan proses yang di mana kita harus berjuang, bertekun, dan dibentuk. Semua tokoh dalam Alkitab harus mengalami proses. Daud tidak langsung menjadi raja tetapi melalui proses. Ia menjadi gembala kambing domba terlebih dahulu. Yusuf tidak langsung menjadi pemimpin di Mesir tetapi mengalami proses terlebih dahulu. Ia dipisahkan dari keluarganya dan dijadikan budak serta tahanan. Semua yang dikerjakan Yusuf selalu berhasil karena kehadiran Tuhan. Daud pun demikian. Proses itu indah, jadi kita tidak boleh mempercepat dan memperlambat waktu Tuhan. Kita harus peka dalam hal ini. semua yang cepat dan instan bisa datang dari Setan. Keinginan untuk menjadi cepat sukses itu terlihat wajar bagi dunia, namun kita harus berhati-hati terhadap hal ini. Di dalamnya mungkin ada kesombongan.

            Iblis adalah bapa segala dusta. Ia memiliki pengetahuan namun ia tidak mahatahu. Ia bisa bekerja 24 jam sehari. Ia tahu titik kelemahan Adam dan Hawa, juga kita. Maka dari itu kita harus berhati-hati. Surat Efesus mengingatkan kita untuk terus memiliki jiwa peperangan. Kita harus memiliki perjuangan iman untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Iblis menggarap intelek, kehendak, dan afeksi untuk menjatuhkan manusia. Adam tidak peka dan tidak berhasil mengajarkan teologi yang benar kepada istrinya sehingga akhirnya mereka jatuh.

3) Mengapa semua manusia juga berdosa?

            Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa yang mengakibatkan semua manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam teologi Reformed ada konsep representatif yang menjelaskan hal ini. ketika manusia berdosa, alam pun menjadi rusak. Manusia diberikan mandat kerja untuk menggarap alam, sehingga keberdosaan itu membuat alam juga menjadi rusak. Dosa Adam juga merupakan pelanggaran hukum kasih (lawlessness, 1 Yohanes 3:4). Dalam hal ini ada perlawanan dan pemberontakan terhadap perjanjian kerja (Hosea 6:7). Spirit pemberontakan adalah spirit untuk berdosa. Mengapa manusia yang lahir setelah kejatuhan Adam dan Hawa disebut sebagai orang berdosa? Ini disebut sebagai dosa universal. Perbuatan dosa adalah sikap yang aktif melakukan buah dosa: percabulan, kecemaran, berhala, perselisihan, iri hati, amarah, egois, percideraan, roh pemecah, dengki, mabuk, pesta pora, dan lainnya (Galatia 5:19-21, lihat juga Efesus 2:1-3). Pelanggaran pertama dikerjakan oleh Adam, lalu natur berdosa itu diturunkan kepada semua manusia. Setelah itu manusia senantiasa berbuat dosa. Roma 3 sudah menjelaskan hal tersebut. Keinginan daging membuat kita menghasilkan buah dosa tanpa perlu diajarkan untuk berdosa. Jadi kita berdosa karena membawa natur Adam dan Hawa. Perbuatan dosa juga adalah sikap yang pasif karena tidak melakukan yang seharusnya dilakukan. Kita bisa mengetahui apa yang baik, suci, dan mulia dalam standar Tuhan, namun kita bisa tidak melakukan itu. Ini pun juga dosa. Jadi ada dosa aktif dan dosa pasif. Orang yang kelihatan diam dan baik bisa saja berdosa dalam pikiran. Dalam perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32) dosa aktif dilakukan oleh anak bungsu sedangkan dosa pasif dilakukan oleh anak sulung. Ketika anak bungsu itu pulang, bapanya menyambut dengan kasih, namun kakaknya malah kecewa. Dosa pasif dalam waktu bisa menjadi dosa aktif.

Dosa universal juga merupakan keinginan berbuat melalui pikiran – perasaan yang melampaui standar alami, cukup, dan berguna, seperti dosa mata (Matius 5:27-30, 6:22-23), dosa makan (Matius 6:25, 1 Timotius 4:4-5), kemalasan (2 Tesalonika 3:10, Amsal 6:9), dan lainnya. Segala hal yang berlebihan dari standar alami bisa membuat kita menjadi berdosa. Dosa dimulai dari pikiran, jadi yang disebut dosa itu bukan hanya perbuatan. Jadi konsep dosa dalam kekristenan tidaklah seperti agama lain yang menyatakan bahwa dosa itu hanya mencakup perbuatan. Orang yang terus hidup dalam dosa bukanlah anak Tuhan. Dalam proses waktu, anak-anak Tuhan tidak akan terus menerus berbuat dosa. Tubuh, pikiran, dan perasaan kita diciptakan oleh Tuhan. Semua itu punya nilai untuk memuliakan Tuhan. Namun dalam keberdosaan, apa yang Tuhan ciptakan bisa dipakai untuk dosa. Maka Paulus menulis: ‘Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran’ (Roma 6:13).

Setiap dari kita memiliki hati nurani. Itu adalah gabungan dari pikiran dan perasaan yang menggerakkan kehendak kita. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, hati nurani pun menjadi berdosa. Manusia bisa jatuh dalam dosa mata, apalagi dalam zaman teknologi seperti sekarang. Manusia bisa jatuh juga dalam dosa makan. Orang-orang bisa berkelahi karena makanan. Jadi manusia bisa diperbudak oleh keinginan. Kita harus menaklukkan keinginan yang tidak suci di bawah keinginan Tuhan. Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur (1 Timotius 4:4). Kita harus berdoa sebelum makan dan tidur. Jika kita tidak menjalankan rutinitas itu, maka kita menjadi berdosa. Menurut 2 Tesalonika 3:10, kita harus bekerja dengan rajin. Pemalas dilarang untuk makan oleh Paulus. Dalam kemalasan, manusia mau semuanya enak dan mudah. Jadi dari dosa satu orang akhirnya dosa universal itu ada dalam semua manusia.

Dosa pertama adalah manusia mau bebas di dalam kebebasannya sehingga manusia mau berbuat sesuatu berdasarkan kehendak dirinya sendiri. Adam dan Hawa mau melampaui kebebasan mereka yang terbatas. Pembunuh masa depan, nilai kerja, citra, dan keluarga kita adalah kebebasan yang tidak diselaraskan dengan kehendak Tuhan. Ketika kebebasan kita dipusatkan pada diri, maka keinginan daging menjadi tuan atas diri kita. Daud pernah jatuh dalam hal ini. Di saat kita tidak mau berdoa, pada saat itu juga kita harus berdoa. Di saat kita tidak mau melayani, pada saat itu juga kita harus melayani. Di saat kita tidak mau membaca Alkitab, pada saat itu juga kita harus membaca Alkitab. Itulah terobosan iman. Kebebasan yang dituhankan adalah awal kejatuhan kita. Setelah kita berada di dalam Kristus, kebebasan kita menjadi terbatas dan terikat dalam tanggung jawab rohani yang harus membangun nilai disiplin rohani. Manusia mau melakukan kehendaknya sendiri karena Adam dan Hawa tidak mau melakukan perintah Tuhan.

Kejatuhan manusia di dalam dosa ini membuat manusia bertanggung jawab kepada penghukuman (Roma 3:19, 5:18; Efesus 2:3) dan juga kerusakan yang tidak dapat dipisahkan. Semua manusia bersalah di dalam Adam dan oleh karena itu dilahirkan dengan suatu natur yang rusak (Yeremia 17:9, Yesaya 6:5, Roma 8:5-8, Efesus 4:17-19). Ada konsekuensi dari kejatuhan manusia di dalam kedaulatan Tuhan. Setiap dosa kita pasti menimbulkan konsekuensi. Tanpa diajarkan untuk berbuat dosa, manusia pasti bisa berdosa. Jadi setiap manusia membutuhkan penebusan dan keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

4) Bagaimana keberadaan manusia setelah jatuh dalam dosa?

            Ada murka dan hukuman Tuhan setelah kejatuhan manusia. 1) Semua orang dilahirkan sebagai pendosa (Roma 5:19). 2) Semua orang adalah budak dosa (Yohanes 8:34 dan Roma 3:9, 6:16-17), budak Setan (Kisah Para Rasul 26:18; Kolose 1:3; 1 Yohanes 5:19), dan budak dunia yang mana manusia itu sendiri merupakan bagiannya (Yohanes 15:19). Hidup manusia sepenuhnya dikuasai oleh penguasa yang jahat (Efesus 2:1-3). Kita dahulu adalah orang-orang yang mati rohani. Dahulu kita hidup dalam dosa dan taat kepada dosa. Kita dahulu menjadi pengikut Setan secara tidak langsung. 3) Semua orang mati secara rohani atau mati secara relasi terhadap Allah dan perkara-perkara dari Allah (Efesus 2:1, 4:18; Roma 1:21-23, 3:11; 1 Korintus 2:9, 14). Di pihak lain, manusia hidup terhadap dosa, Setan, dan dunia (Efesus 2:2-3). Manusia berdosa tidak bisa berelasi dengan Allah dalam kesucian, sukacita, dan damai. Ada jurang pemisah yaitu dosa. Dosa itu harus dibereskan oleh Tuhan Yesus sebelum kita bisa mencapai damai yang sejati. Anak yang terhilang itu putus relasi dengan bapanya. Namun orang berdosa yang telah putus relasi itu tidak merasa kehilangan sesuatu. Ketika kita sebagai anak-anak Tuhan putus relasi dengan Allah, maka seharusnya kita peka bahwa ada yang terhilang. Anak yang sulung itu terus ada bersama dengan bapanya, namun ia mengalami putus komunikasi. Jadi ia tidak mengerti kehendak Tuhan. Orang yang sudah diserahkan kepada kecemaran itu akan senang berbuat dosa. Ia pasti menerima hukuman. Ia tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat. Hati nurani yang suci tidak ada dalam dirinya untuk memperjuangkan kesucian.

            4) Semua manusia terhilang dari hadapan Allah (Lukas 19:10; Roma 3:9-18; 2 Korintus 4:3). Ini berarti manusia tidak lagi ada sebagaimana ia diciptakan Allah. gambar Allah dalam diri manusia sudah rusak. 5) Semua orang pasti berdosa melalui perbuatannya (Efesus 2:3; Roma 1:21-32). Ini karena setiap manusia memiliki natur berdosa. Sejak dari kandungan pun manusia sudah berada di dalam dosa. Itulah mengapa dari sejak dini anak-anak harus diajarkan tentang Tuhan dan perintah-Nya. Apa yang kita tanam dalam diri anak-anak akan berbuah di masa depan. 6) Semua orang berhutang kepada Allah atas dosa-dosanya (Kejadian 2:17, Yehezkiel 18:4, Roma 6:23). Kita semua diciptakan dalam keindahan, namun akhirnya jatuh karena dosa. Kita semua berhutang kepada Allah. Di dalam dosa, manusia lebih memilih kebebasan dalam kematian. Masalah manusia berdosa adalah ia tidak merasa berhutang kepada Allah. Ia malah merasa Allah telah berhutang kepadanya. 7) Semua manusia ada di bawah kutuk dan hukuman Allah (Yohanes 3:18). Manusia bisa mencoba memprediksi ekonomi masa depan, namun tidak ada yang benar-benar tahu akan masa depan siapapun kecuali Tuhan. Kedatangan masa pandemi ini dan akibatnya tidak diketahui oleh siapapun sampai semuanya terjadi. Butir 1-7 di atas mengantar manusia pada kondisi bersalah dan dimurkai Allah sehingga manusia harus dihukum dalam api neraka (Lukas 13:28). Jika kita amati alasan hukuman itu maka kita akan menemukan berdasarkan butir 1-7: (i) Manusia harus dihukum karena keberadaan atau kondisi (butir 1-5, Roma 5:18). (ii) Manusia harus dihukum karena perbuatan dosanya sendiri (Roma 3:9-19). Kita tidak boleh menyalahkan kondisi atau situasi karena kita semua sudah berdosa. (iii) penghakiman yang akan datang itu berkenaan dengan tanggung jawab manusia akan hidupnya serta berkenaan dengan hukuman apa yang akan diterimanya (Wahyu 20:11-15, Roma 5:18). Tidak akan ada satupun manusia yang bisa lolos dari keadilan Tuhan. Darah Yesus menyucikan kita sehingga tidak ada satupun yang bisa mendakwa kita.

5) Hukuman Tuhan

            Kita adalah pendosa, budak dosa, budak dunia, budak Setan, mati rohani, terhilang, berhutang, dan tidak berdaya. Upaya manusia apapun tidak akan dapat menyelamatkan. Dari keberdosaan manusia, muncul perbuatan dosa seperti berbohong, menipu, membunuh, berzinah, berpikir kotor, membenci, memfitnah, dan lainnya. Di dalam murka-Nya, Tuhan bisa membiarkan manusia sehingga terus berdosa dan hidup dalam kecemaran. Ini adalah hal yang menakutkan. Orang yang bukan anak Tuhan akan dibiarkan, namun anak Tuhan tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan. Orang yang umat Allah akan mati dalam dosa, namun kita yang percaya mati terhadap dosa.

6) Perubahan dunia yang total dan radikal setelah jatuh dalam dosa

            Masa pandemi ini benar-benar mengubah dunia. Kita pun harus berubah. Tuhan menciptakan segala sesuatu indah dan baik adanya, namun kejatuhan dalam dosa itu mengubah segala sesuatu. Mutasi DNA yang menghasilkan virus yang mematikan bisa terjadi dalam kedaulatan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan virus itu tetapi membiarkannya sehingga virus itu bisa ada dan mematikan manusia. Perubahan dunia yang total dan radikal setelah jatuh dalam dosa adalah 1) perubahan manusia. (i) Hubungan dengan Allah menjadi rusak. Allah tidak dapat lagi bersekutu dengan manusia dan manusia mulai takut dengan kehadiran Allah. Adam takut kepada Allah setelah ia memakan buah itu. (ii) Hubungan dengan sesama menjadi rusak (Kejadian 3:12). Adam menyalahkan Hawa setelah memakan buah itu. Kain membunuh Habel. (iii) Hubungan dengan ciptaan lain rusak, manusia mulai menggunakan ciptaan lain dengan cara-cara yang merusak (Kejadian 3:17-19). (iv) Imoralitas dan kejahatan bertambah-tambah (Kejadian 4:8). Manusia yang dibiarkan oleh Allah bisa melakukan hubungan yang tidak wajar. Kita melihat bahwa pada zaman ini ada kaum LGBT yang mengumbar dosa. Dalam masa pandemi ini manusia bisa diperbudak oleh keinginannya dalam kemalasan. (v) Umur manusia menjadi pendek dari 1000 tahun menjadi 120 tahun, kemudian (vi) pemazmur mengatakan hanya 70 tahun. (vii) manusia harus bekerja keras dan memiliki kelemahan tubuh.

            2) Perubahan lingkungan juga terjadi. (i) Semak duri dan rumput duri tumbuh. Ada perubahan DNA yang merugikan manusia. Semua itu dibiarkan oleh Tuhan karena dosa. (ii) Bencana alam. Tuhan bisa memakai tulah untuk menghukum Firaun dan menyatakan kuasa-Nya. (iii) Hewan-hewan hutan menjadi liar. Akhirnya manusia menjadi takut terhadap hewan-hewan tertentu. (iv) Tanah sulit diusahakan. Tanah bisa menjadi keras dan tidak subur karena hukuman Tuhan. (v) Polusi, pencemaran, dan perusakan lingkungan. Melalui pandemi Covid-19 ini banyak sekali lingkungan yang pulih secara alami dalam pemeliharaan Tuhan. Jadi tetap ada kebaikan dalam masa pandemi ini.

            3) Perubahan budaya juga terjadi. (i) Budaya tunggal menjadi budaya pluralis di daerah Mesopotamia yang dibatasi oleh dua buah sungai, yakni sungai Efrat dan sungai Tigris. Sesudah peristiwa menara Babel, budaya manusia telah diserakkan dan mengalami perubahan kepada pluralisme budaya. (ii) Budaya Ibrani (umat Israel). Budaya Israel lahir ketika umat Israel keluar dari perbudakan Mesir. Identitas budaya ini lebih jelas lagi ketika hukum Taurat itu diberikan di gunung Sinai. (iii) Budaya ini kemudian berkembang menjadi budaya campuran antara budaya Ibrani dan budaya bangsa-bangsa lain, terutama di pembuangan, dan seterusnya. Saat ini perubahan budaya terus terjadi. Jadi ada perkembangan terus menerus.

            4) Perubahan masyarakat sosial juga terjadi. (i) Mulai dari peasant, kinship (kekeluargaan), tribal (kelompok suku), pleasure, media sosial. Banyak orang sekarang berkumpul demi kenikmatan. Keinginan dijadikan tuan. Media sosial juga memengaruhi hal ini. Jadi semua ini harus ditebus agar dipakai untuk kemuliaan Tuhan. (ii) Nilai tukar juga mengalami perubahan dari sistem barter ke sistem mata uang dan sekarang e-money, dan lainnya.

            5) Perubahan pendekatan dengan Allah. (i) Penampilan pendekatan dengan Allah juga mengalami perubahan. Tujuan perubahan ini adalah agar Allah dapat bertemu dengan manusia dalam konteksnya. (ii) Contoh perubahan dalam penampilan Allah antara lain: Allah Tritunggal, tiga orang yang dilihat Abraham, Malaikat Tuhan, Panglima Balatentara Allah, kehadiran Allah dalam tiang awan dan tiang api, dan lainnya. Namun dalam Perjanjian Baru, ini berubah lagi. Kita sekarang bertemu dengan Tuhan melalui Firman Tuhan.

            6) Perubahan kepemimpinan Allah. (i) Allah yang memelihara dan menghukum manusia untuk keturunan Adam dan Nuh. (ii) Allah sebagai yang memanggil, memelihara, membela bagi Abraham, Ishak, dan Yakub. (iii) Allah sebagai pembebas bagi umat di perbudakan Mesir. (iv) Allah sebagai pemelihara dan pemberi hukum di padang gurun (hukum Taurat). (v) Allah sebagai panji-panji, untuk umat di tanah Kanaan. (vi) Allah sebagai yang memerintah di zaman Hakim-Hakim dan Raja-Raja. Allah mengontrol agar imoralitas tidak berkembang melalui para hakim dan raja. (vii) Allah sebagai Juruselamat dan pembebas di pembuangan Babel bagi umat-Nya.

            7) Perubahan perjanjian Allah. (i) perjanjian Adam (ii) perjanjian Nuh (iii) perjanjian Abraham (iv) perjanjian Musa (v) perjanjian Daud (vi) Perjanjian Baru. Jadi ada enam perubahan pokok.

            8) Perubahan kepemimpinan manusia. (i) Kepemimpinan tradisional (kepala suku) (ii) kepemimpinan teokrasi (raja, imam, dan nabi) (iii) kepemimpinan demokrasi (iv) kepemimpinan otoriter (v) dan lainnya. Melalui masa pandemi ini para pemimpin diuji. Kabar-kabar konspirasi bermunculan dan diuji kebenarannya. Kepemimpinan manusia selalu berubah, namun kepemimpinan yang benar adalah kepemimpinan yang menyatakan kebesaran Tuhan.

KESIMPULAN

            Kita diciptakan oleh Tuhan itu baik adanya. Tuhan tidak menciptakan dosa dan penyakit. Semua itu ada karena Tuhan membiarkan atau mengizinkan. Tuhan bisa memakai 10 tulah untuk menghukum Firaun menyatakan kebesaran Tuhan. Adam dan Hawa jatuh setelah dibujuk Iblis. Manusia menjadi terpisah dari Allah karena ada jurang yang memisahkan yaitu dosa. Solusi dari semua itu adalah pekerjaan Kristus di kayu salib. Di sana ada nilai penebusan. Allah menyediakan blueprint bagi manusia dan dunia. Allah punya program dalam sejarah. Tuhan Yesus Kristus datang dalam waktu Allah agar kita yang percaya mendapat penebusan. Allah memberikan kairos dan kronos. Pada akhirnya Yesus akan datang kembali untuk membawa kita.

            Apa yang Alkitab katakan tentang citra diri? 1) Tidak ada yang benar, seorangpun tidak (Roma 3:10), 2) tidak ada seorangpun yang berakal budi (Roma 3:11a), 3) tidak ada seorangpun yang mencari Allah (Roma 3:11b), 4) semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna (Roma 3:12a), 5) tidak ada berbuat baik, seorangpun tidak (Roma 3:12b). Mengapa keberadaan manusia seperti ini? Karena semua orang telah berbuat dosa dan kekurangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Bagaimana nasib orang berdosa di tangan Tuhan yang adil? Dalam takhta pengadilan Allah (Bema Kristus), kita pasti dihukum. Kecuali kita ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita akan menerima hidup kekal bersama dengan Dia di surga. Apakah manusia dapat terbebas dari takhta pengadilan Allah? Bisa, dengan penebusan melalui substitusi. Kita harus mengerti tentang proses pembaruan citra diri (Roma 12:2 dan 8:28). Kita harus meraih hidup baru agar ada arah yang baru dalam pikiran dan perasaan. Kita harus mendapat kesucian sehingga kita takut berbuat dosa. Kita harus memiliki pengharapan baru untuk mengerjakan perintah Tuhan. Kemudian kita harus memiliki buah yang baru di dalam Tuhan.

Q & A

Q. Dalam teologi Reformed semua manusia berdosa. Setidaknya orang berdosa sejak dari kandungan karena ada original sin. Original sin akan menjadi actual sin. Apakah original sin membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah?

A. Original sin membuat kita mengalami kerusakan total. Jadi bukan ‘kehilangan’. Pikiran, perasaan, dan kesucian kita menjadi rusak. Ada kelompok-kelompok yang menyatakan bahwa manusia tidak rusak total, tetapi Reformed menyatakan bahwa manusia rusak total. Jadi semua manusia membutuhkan Kristus untuk dibarui.

Q. Apakah kematian Kristus menyelesaikan original sin pada semua manusia? Apakah dasar keselamatan bayi yang mati? Karena saya mendengar ada kaitannya dengan baptisan anak.

A. Bayi pun berdosa. Makanan bisa dikuduskan melalui doa. Suami yang tidak mengenal Tuhan bisa dikuduskan melalui doa seorang istri. Dalam konsep Reformed, bayi dari orang tua Kristen jika meninggal, maka akan meninggal di dalam Tuhan. Ini karena iman orang tua. Pada saat Kristus datang kembali, bayi-bayi ini akan mencapai kesempurnaan. Semua orang yang percaya akan mendapatkan tubuh yang baik. Baptisan tidak menyelamatkan, namun baptisan adalah konfirmasi iman orang tua untuk mendidik anak agar ia mengenal Tuhan.

Q. Jika original sin tidak diturunkan secara konkupisensi, bagaimana dosa asal diturunkan?

A. Dosa asal diturunkan dalam nilai natur. Natur ini akan terus terbawa secara alami. Kita semua adalah keturunan Adam.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Iman, Pengetahuan, dan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

9 Mei 2020: Iman, Pengetahuan, dan Keselamatan

PENDAHULUAN

            Kita akan membahas tentang iman, pengetahuan, dan keselamatan. Setiap manusia memiliki akal budi dan diberi kemampuan untuk dapat mengetahui sesuatu, baik yang ada di dalam dirinya dan di luar dirinya sendiri (image of God). Demikian pun setiap orang dalam kebebasannya dapat membangun konsep tentang Allah, tetapi masalahnya tidak semua pengetahuan ini mendatangkan keselamatan dan mengandung iman yang benar.

            Alkitab berbicara tentang mengenal Allah dengan berbagai cara. Contoh seseorang dapat mengetahui tentang Tuhan secara kognitif – mind faith (Roma 1:18-21), dan secara perasaan (feeling faith (Roma 10:1-3). Tetapi dengan jelas Alkitab mengatakan dua macam pengetahuan ini tidak mengandung iman, bahkan tidak menyelamatkan. Ada orang-orang yang tahu tentang Tuhan (mind faith) tetapi tidak memuliakan Tuhan. Ada pula orang-orang yang giat dalam ibadah (feeling faith), namun tidak mengetahui kebenaran. Mengapa pengetahuan tentang bisa tidak mengandung iman, bahkan tidak menyelamatkan?

PEMBAHASAN

Allah menanam benih iman dalam diri kita melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Setelah itu kita bisa lahir baru dan bertobat. Itulah yang mendatangkan keselamatan dalam hidup kita. Apakah kalimat ini benar: ‘pengetahuan dahulu baru beriman’? Ataukah ‘pengertian dahulu baru beriman’? Efesus menyatakan bahwa iman mendahului pengetahuan dan pengertian. Kita tidak melihat bukti terlebih dahulu baru kemudian percaya. Yesus berkata: berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya (Yohanes 20:29). Saat itu Thomas meminta bukti dahulu sebelum percaya, sedangkan yang benar adalah iman dahulu kemudian pengetahuan, pengertian, dan bukti. Jadi di sini ada peran iman dalam Yesus Kristus. Iman inilah yang memimpin pengetahuan dan pengertian kita. Kita tidak mungkin mengerti Tuhan yang begitu besar dengan akal budi kita sendiri. Akal budi kita sudah jatuh dalam dosa. Saat Tuhan menebus kita, akal budi kita juga tidak mungkin menampung semua pengertian yang terlalu luas dan dalam tentang Tuhan. Kita harus diberikan iman dari Tuhan terlebih dahulu.

Ketika iman memimpin pengetahuan dan pengertian, keduanya akan menghasilkan kebenaran yang mengandung aspek kekekalan. Kebenaran itu akan memimpin kita bertumbuh ke arah Kristus. Di sini ada konsep from faith to faith. Jika iman tidak memimpin, maka itu bukan true faith. Iman yang benar adalah kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat (Yohanes 6:68-69). Kebenaran itu mengandung nilai yang mutlak. Kebenaran itu sempurna. Kebenaran itu bersifat asali dalam Alkitab. Jadi kebenaran itu tidak bisa ditiru, ditambah, atau dikurangi. Kebenaran adalah kebenaran tanpa dibela sekalipun. Roma 1:17a mengatakan bahwa iman kita akan dipimpin kepada iman (from faith to faith). Jadi kebenaran itu membuat iman kita tidak abu-abu. Jika kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, maka kita juga akan mencintai kebenaran yang kembali kepada Alkitab. Kita akan mendengarkan Alkitab, bukan kita orang.

Jadi kita memiliki iman yang mendahului pengetahuan dan pengertian. Ketika kita bisa mengerti, maka itu adalah anugerah. Pengetahuan akan Tuhan itu dimulai dengan hati yang takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Ketika kita mau mengerti Alkitab, kita harus memiliki sikap ibadah. Kita diberikan iman sehingga kita bisa hidup dalam iman dan iman itu memimpin kita kepada kebenaran. Jadi iman yang sejati dan kebenaran sejati tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan ‘beriman saja tanpa teologi yang benar’. Iman itu bertumbuh dari pendengaran akan Firman Tuhan tentang Yesus Kristus. Jadi iman tidak bisa dikompromikan, ditambah, atau dikurangi. Kebenaran itu memengaruhi muatan iman seseorang.

Credo ut intelligam (I believe in order to understand – Roma 1:17b). kalimat ini pertama kali diutarakan oleh Anselmus pada abad ke-11 awal. Kalimat ini begitu terkenal. Kita yang percaya akan terus terdorong untuk mengerti kebenaran Firman Tuhan. Jadi kita haus akan kebenaran. Kalimat ini juga merupakan konsep Agustinus, yaitu iman yang mencari pengertian. Jika ada orang yang mengaku beriman tetapi tidak mencari kebenaran, memakai imannya perlu dipertanyakan. Tanpa rasa haus akan kebenaran, iman orang itu perlu dipertanyakan. Konsep credo ut intelligam menyadarkan kita bahwa iman yang sejati itu harus berdasarkan apa kata Alkitab (2 Timotius 3:16-17). Alkitab itu benar adanya dan cukup dalam menjelaskan keselamatan kita. Alkitab itu cukup untuk menyatakan tentang Allah, Gereja, dan doktrin-doktrin penting lainnya. Jadi Alkitab tidak boleh ditambah atau dikurangi. Otoritas Alkitab itu menyatakan bahwa Alkitab itu benar dan sempurna. Alkitab itu juga jelas dan diinspirasikan oleh Allah Roh Kudus. Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru tidak ada tulisan yang bertentangan. Semuanya saling melengkapi. Penulisan Alkitab mencakup empat zaman yang berbeda namun semuanya harmonis. Maka dari itu Alkitab baik untuk mengajar kita, menyatakan kesalahan kita, membina kita, dan memimpin kita kepada kebenaran. Setelah kita bergaul dengan Alkitab, membaca, mengerti, dan menghidupi Alkitab, semuanya itu akan melengkapi kita untuk melayani Tuhan. Kita tidak boleh bersemangat dengan iman tanpa pengetahuan. Paulus menulis bahwa pelayanan tidak boleh dipercayakan kepada orang yang baru bertobat (1 Timotius 3:6). Ini karena ia bisa dengan mudah dicobai Setan sehingga terjatuh. Hal ini akan menghalangi pekerjaan Tuhan. Orang yang bertobat boleh melayani dalam porsinya. Orang itu harus dimuridkan sampai matang iman.

Iman yang sejati dibangun di atas dasar Firman Tuhan. Yesus berkata: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya (Matius 16:18). Jadi perlu ada fondasi. Gereja memiliki fondasi kebenaran. Jadi orang yang mengerti kebenaran berhak mendirikan Gereja. Iman yang sejati harus berkaitan dengan kebenaran dan pengetahuan tentang hidup kekal. Ini karena iman yang sejati memengaruhi pikiran dan emosi (Roma 12:1-3 dan Filipi 4:8). Iman yang sejati akan membentuk cara berpikir kita. Roma 12:1-3 menjelaskan hal ini. Pikiran kita harus diubahkan. Dahulu mungkin kita berpikir bahwa uang adalah segala-galanya, namun setelah bertobat kita mengerti bahwa Tuhan adalah segala-galanya. Perubahan pikiran itu dimulai dari iman yang sejati. Filipi 4:8 juga mengajarkan tentang apa yang harus kita pikirkan. Jadi Tuhan-lah yang membarui pikiran dan emosi kita. Allah Roh Kudus menggarap pikiran dan emosi kita sehingga menjadi kudus. Di sana kita menjadi haus akan kebenaran dan menjadi cerdas dalam Tuhan. Emosi kita juga dicerdaskan dalam Tuhan. Jadi iman itu sangat penting.

Bagaimana dengan orang yang mengaku Kristen tetapi pikirannya dan emosinya tidak berubah? Banyak orang menjadi Kristen hanya karena ikut-ikutan atau karena emosi. Kalau seseorang memiliki iman yang sejati, maka Allah Roh Kudus akan menggarap pikiran dan emosinya sehingga menjadi selaras dengan pikiran dan emosi Tuhan. Jadi kalau ada orang yang mengaku Kristen tetapi pikiran dan emosinya tidak beres, maka sangat mungkin imannya tidak beres atau sedang bermasalah. Imannya mungkin bermasalah karena ia tidak membaca Alkitab setiap hari. Orang itu mungkin tidak pernah menundukkan dirinya sebagai murid kebenaran. Ia tidak mau mengakui dosa dan kelemahannya. Jadi masih ada kesombongan yang perlu dihancurkan supaya ia kembali kepada Tuhan.

Iman yang sejati juga akan menggarap karakter seseorang (Galatia 5:22-23 dan Matius 5-7). karakter bisa terbentuk karena pengaruh orang tua, lingkungan, dan pelajaran. Namun setelah kita ada di dalam Tuhan, maka Tuhan akan menyucikan karakter kita sehingga menjadi serupa dengan karakter Kristus. Kita dituntut untuk memiliki karakter rohani, bukan lahiriah. Karakter lahiriah bisa diadopsi atau ditiru. Karakter rohani didapat ketika kita bergaul dengan Firman Tuhan yang membarui kita. Di sana kita menjadi orang yang kasih, baik, dan lainnya sampai penguasaan diri. Jadi kita harus memiliki disiplin rohani dalam membaca Alkitab. Khotbah di Bukit juga berbicara tentang karakter rohani. Orang yang memiliki karakter rohani itu pasti dekat dengan Tuhan. Yesus membuka khotbah ini dengan kalimat: berbahagialah orang yang miskin dalam roh (Matius 5:3). Orang yang seperti ini merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. Yesus menutup ucapan bahagia dengan menyatakan tentang orang yang berbahagia karena menderita bagi Tuhan (ayat 11-12). Jadi karakter rohani itu terbentuk dalam relasi dengan Tuhan dan kebenaran-Nya.

Iman yang sejati juga mengajarkan tentang satu sikap (Roma 3:27-28). Orang yang melihat keselamatan sebagai anugerah dengan orang yang melihat keselamatan sebagai suatu upaya diri itu memiliki sikap yang berbeda. Orang yang melihat keselamatan sebagai anugerah itu tidak memiliki kebanggaan diri. Ia tidak bisa membanggakan apapun dari dalam dirinya. Orang itu sadar bahwa dirinya adalah pendosa besar dan ia perlu diselamatkan oleh Allah. Di dalam Tuhan kita boleh berjalan dalam terang dan kesucian. Kita bisa hidup dalam kesalehan dan kerohanian. Semua itu bukan berasal dari kekuatan diri kita tetapi anugerah Tuhan. Jadi secara sikap kita tidak menjadi orang yang sombong. Kita tidak boleh merasa lebih baik daripada orang lain. Kita memiliki tanggung jawab iman untuk meraih yang terbaik bagi Tuhan. Setelah mengerjakan semua itu, kita harus mengakui bahwa itu adalah anugerah. Saat kita membanggakan diri, kita sudah berdosa. Iman yang sejati akan menghancurkan kesombongan-kesombongan kita. Ketika sikap kita digarap oleh Tuhan, maka kita akan selalu mau mempersaksikan Kristus (2 Korintus 3:2-3). Kita adalah surat terbuka yang bisa dibaca oleh setiap orang melalui apa yang kita lakukan. Jadi kita harus hidup berhati-hati. Orang-orang akan melihat hidup kita dan bisa mempermalukan kita jika kita tidak benar. Sikap kita yang digarap oleh Roh Kudus adalah untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan. Ketika kita menginjili, orang-orang harus bisa melihat keteladanan kita. Sikap itu bukan untuk menyatakan kehebatan kita tetapi kehebatan Tuhan. Di sana kita menyatakan siapa Penebus yang sejati. Sikap kita juga adalah untuk menggenapkan kehendak Allah (Matius 7:21). Kehendak Allah selalu berkaitan dengan nilai Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu mengandung kebenaran, damai, dan sukacita. Kita membawa sukacita ketika kita membawa Injil. Kita membawa damai di manapun kita berada. Kebenaran akan senantiasa kita nyatakan sebagai anak-anak Tuhan. Kehendak Allah selalu bernilai kekal (kairos). Jadi fokus kita bukanlah hal-hal yang tidak kekal.

Tuhan mau kita bertumbuh ke arah Kristus berdasarkan Alkitab. Iman akan terus mendorong sikap kita sehingga kita mementingkan penggenapan kehendak Tuhan, bukan diri. Dalam hal ini terkadang adalah peperangan otoritas diri dengan otoritas Tuhan. Pada akhirnya kita harus menundukkan otoritas diri kita di bawah otoritas kehendak Tuhan. Murid kebenaran akan senantiasa menghidupi dan mempersaksikan Firman Tuhan. Ia pasti rindu untuk menggenapkan semua kehendak Tuhan dalam hidupnya. Ia sadar bahwa kehendak Tuhan itu kekal. Orang-orang Kristen teladan yang telah meninggal sebenarnya sudah meninggalkan jejak-jejak kaki rohani yang kekal. Perjuangan hidup kita adalah menggenapkan kehendak Tuhan. 1 Korintus 10:13 mengingatkan kita untuk mengaitkan segala hal dengan kemuliaan Tuhan. Jika sikap kita tidak berkaitan dengan kemuliaan Tuhan, maka sikap itu tidak berasal dari iman. Jadi dari iman yang sejati, ujung akhirnya adalah kemuliaan bagi Tuhan. Iman itu mendorong kita untuk mencari pengertian. Orang yang beriman akan mencintai kebenaran dan membagikan kebenaran itu.

Apakah kalimat ini benar: ‘tidak perlu doktrin atau teologi. Saya hanya perlu nama Yesus’? Orang yang mengatakan ini merasa tidak membutuhkan pengetahuan. Sebagai manusia kita diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang memiliki aspek kebenaran, pengetahuan, dan kesucian. Dengan pikiran kita mau mengerti kebenaran Tuhan. Kita mau bergaul dengan Tuhan dalam kesucian. Sebagai manusia kita juga memerhatikan etika dan keadilan. Hewan tidak memiliki ketiga hal ini. Kalimat di atas itu salah dan berbahaya. Alkitab mengingatkan kita akan bahayanya nabi palsu (Ulangan 13:1-3 dan 18:20-22). Mereka bernubuat palsu untuk membawa orang-orang jauh dari Tuhan. Mereka memakai nama Allah untuk menipu orang-orang. Menurut Perjanjian Lama, orang-orang seperti itu harus dihukum mati. Tuhan tidak pernah bermain-main dengan kesucian-Nya, kemuliaan-Nya, dan kebenaran. Setan akan terus membuat kepalsuan, jadi kita harus berhati-hati. Orang yang berkata ‘teologi tidak penting’ sebenarnya sudah membangun suatu teologi yang menyatakan bahwa teologi itu tidak penting. Matius 7:15-23 dan 24:3-11 juga menyatakan tentang nabi palsu di akhir zaman. Para pendeta dan rasul palsu itu bagaikan domba, namun sebenarnya mereka adalah serigala. Mereka akan melakukan mukjizat untuk menyesatkan banyak orang. Keberadaan rasul palsu sudah disebut dalam Matius 24:4-5. Mereka menjual nama Tuhan untuk menunjukkan kehebatan diri. Peran nabi dan rasul sudah selesai. Sekarang peran yang masih ada adalah gembala dan penginjil. Orang-orang yang mengaku sebagai nabi atau rasul baru perlu dipertanyakan.

Mengapa kalimat di atas tidak benar? Rasul Paulus menegaskan bahwa keseluruhan Firman Tuhan harus diajarkan dalam Gereja (Kisah Para Rasul 20:26-27). Gereja yang tidak dibangun di atas batu karang yang sejati itu bukanlah Gereja. Orang yang tidak mengerti kebenaran tidak berhak mendirikan Gereja. Jika orang yang tidak mengerti kebenaran mau mendirikan Gereja, maka ia akan menyesatkan banyak orang. Para penilik jemaat harus mengajarkan Firman Tuhan secara menyeluruh, bukan sebagian. Ada pendeta-pendeta yang terus menekankan berkat tetapi tidak pernah menegur dosa. Kita harus berhati-hati dengan pendeta yang demikian. Gereja yang sehat pasti ingin mengerti Firman Tuhan secara menyeluruh. Gereja yang sehat pasti mengajarkan Firman Tuhan dalam prinsip-prinsip yang memimpin praktik dalam hidup. Orang yang hanya mau mengerti hal-hal praktis tanpa prinsip tidak akan bertumbuh. Teologi itu penting untuk mengarahkan bangunan iman kita dengan benar kepada Tuhan.

Mengapa rasul Paulus menegaskan hal itu? Supaya jemaat memiliki iman yang matang dan dewasa (Ibrani 5:14 dan Efesus 4:11-16). Mengapa kita harus mengerti kristologi dengan dalam dan benar? Alkitab menuntut demikian. Jika kita tidak mengerti ajaran-ajaran yang benar, maka kita akan mudah guncang ketika ajaran palsu datang. Tuhan mau kita memiliki iman yang matang dan dewasa. Orang yang matang dan dewasa iman akan siap menerima ajaran yang keras. Ia mau mempelajari semua doktrin. Doktrin itu melengkapi kita agar kita tidak berdosa dalam hal pengajaran. Makanan keras melatih panca indra kita sehingga kita tahu mana yang baik dan yang jahat. Orang yang tidak matang atau dewasa iman berarti tidak memiliki iman yang menyelamatkan. Orang itu bisa memiliki pengetahuan tetapi tidak memiliki iman. Pengetahuannya tidak memimpinnya kepada pengertian yang lebih dalam lagi. Orang yang matang dan dewasa iman tidak akan mudah jatuh ke dalam dosa. Ia tidak akan dengan mudah menerima pengajaran palsu. Pengalaman rohani harus diuji berdasarkan Alkitab. Seluruh pekerjaan, baik yang berhasil maupun tidak, jadi harus diuji. Efesus 4:13 mengajarkan kita untuk mencapai pengetahuan yang benar tentang Allah Anak dan kedewasaan yang penuh sehingga kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengajaran palsu. Tuhan mau kita memiliki kedewasaan dan kematangan iman. Dalam hal itu kita memiliki kecerdasan iman. Orang yang haus akan kebenaran pasti akan memiliki kecerdasan iman. Orang yang cerdas iman bisa membedakan mana ajaran yang benar dan yang palsu. Jemaat Efesus dalam kitab Wahyu itu cerdas iman, namun mereka tidak melakukan penginjilan.

Hati-hati dengan kepalsuan iman yang selalu dikerjakan oleh Iblis dengan cara menanamkan pengetahuan dan pengertian yang salah tentang kebenaran Alkitab mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Jadi ada peperangan iman untuk mengerti kebenaran. Setan tidak akan tinggal diam tetapi terus bekerja untuk menyesatkan manusia. Jadi kita harus mengerti doktrin. Kalimat ‘doktrin tidak penting’ itu tidak benar karena yang pertama: bahaya karena ada Kristus palsu (2 Tesalonika 2:8-10). Dalam zaman akhir ini ada Kristus palsu. Kalimat di atas tidak benar karena hal yang kedua yaitu bahaya karena Injil palsu (Galatia 1:8). Paulus sedih karena jemaat Galatia begitu mudah tertipu oleh Injil palsu. Injil palsu bisa menghasilkan feeling faith (Injil yang ditambah). Injil itu sendiri sudah cukup untuk menyelamatkan orang percaya. Jadi tidak perlu ada penambahan. Injil palsu juga bisa menghasilkan mind faith (Injil yang dikurangi). Ada orang-orang yang menyatakan bahwa ada kalimat-kalimat tertentu dari Alkitab yang harus dikurangi karena tidak dianggap sebagai Firman Tuhan. Alasan ketiga adalah bahaya karena ada Gereja palsu (Wahyu 2:9). Tuhan mengingatkan jemaat di Smirna bahwa akan ada bahaya aniaya, namun mereka diminta setia sampai mati. Orang-orang yang menganiaya itu disebut sebagai Gereja palsu. Alasan keempat adalah bahaya karena ada kebenaran palsu (Roma 10:3). Dalam zaman ini ada banyak kepalsuan. Alasan kelima adalah bahaya karena ada saudara-saudara palsu atau Kristen palsu (2 Korintus 11:26). Pelayanan penginjilan rasul Paulus dihalangi dan dihambat oleh saudara seiman yang palsu. Banyak orang dengan mudah mengatakan: kita semua bersaudara. Kita sebenarnya bersaudara jika iman kita beres. Ada orang-orang yang memakai nama Tuhan dalam pelayanan namun sebenarnya mengincar kekayaan dan ketenaran. Mereka adalah saudara-saudara palsu. Alasan keenam adalah bahaya karena ada tanda-tanda dan mukjizat palsu (Matius 24:24). Pada zaman akhir ini ada banyak tanda palsu yang memakai nama Tuhan. Dalam masa pandemi ada orang-orang yang mau menunjukkan kehebatannya dengan bernubuat palsu. Menurut kitab Ulangan, orang-orang seperti ini seharusnya dihukum mati.

Apa kata Alkitab tentang kepalsuan iman yaitu feeling faith dan mind faith? Mengapa iman perasaan (feeling faith) yang menuntut fenomena rohani disertai dengan semangat dan sukacita dalam beribadah dan juga giat dalam Tuhan (melayani) tidak menyelamatkan? Kita bisa melihat dari Roma 10:1-3. Roma 10:2 berbicara tentang orang yang giat melayani Tuhan tanpa pengertian yang benar tentang Tuhan. Orangseperti itu tidak diselamatkan. Semua pelayanannya berfokus kepada manusia. Ia memuaskan hati sendiri, bukan hati Tuhan. Kebenaran tidak menjadi pokok dalam pelayanannya. Roma 10:3 berbicara tentang orang yang beriman dan beribadah tanpa mengenal kebenaran Allah. Mengapa ada orang-orang yang seperti ini? Kebenaran mereka dibangun berdasarkan pengalaman, bukan kata Alkitab. Kebenaran tidak boleh dikompromikan. Mereka tidak mau diajar (back to Bible) dan suka memaksa iman. Mereka juga suka memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang mereka minta. Jadi mereka memaksakan kehendak diri dan menjual nama Tuhan. Gerakan ini biasanya anti-rasional. Bagi orang-orang penganut iman perasaan, rasio dianggap sebagai musuh iman. Mereka mengandalkan pengalaman karena iman dianggap tidak cukup. Alkitab menyatakan bahwa karunia Roh Kudus diberikan agar kita menggenapkan kehendak Allah, bukan untuk memamerkan fenomena-fenomena rohani. Kita tetap melibatkan perasaan dalam ibadah, namun perasaan tidak boleh memimpin. Iman harus memimpin pikiran dan perasaan serta sikap kita.

Mengapa iman pikiran (mind faith) yang menuntut pengetahuan tentang Tuhan secara faktual dan rasio juga tidak menyelamatkan? Yakobus 2:19 menyatakan bahwa Setan pun memiliki pengetahuan. Setan-setan yang bertemu dengan Yesus pun memiliki pengetahuan. Kita tidak menolak rasio, bahkan kita harus memakai rasio. Rasio kita harus ditundukkan di bawah kebenaran Tuhan. Kita bisa melihat dari Roma 1:18-21. Jadi iman pikiran tidak selalu mengandung iman karena tidak mengandung hal-hal yang kekal dan pembentukan karakter. Iman pikiran tidak menyelamatkan karena orang itu bisa mengetahui siapa Kristus namun hanya secara fragmen dan menolak secara komprehensif tentang siapa Kristus seperti yang dinyatakan Alkitab. Alasan kedua adalah orang itu memakai standar rasio untuk menerima kebenaran. Ini berarti hal-hal yang tidak masuk akal dari catatan Alkitab akan ditolak. Gerakan ini biasanya anti-supranatural karena apriori memperbudak rasio. Sebelum mempelajari Alkitab, mereka sudah membuat benteng sehingga mereka tidak mengerti Alkitab. Matius 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Orang Yahudi hebat pengetahuannya namun mereka tidak selamat. Mereka saleh secara lahiriah, namun hati mereka tidak takut akan Tuhan. Maka dari itu kita tidak boleh seperti mereka untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Pengetahuan yang benar akan menggarap sikap dan kesalehan kita sehingga kita menjadi orang-orang yang sungguh takut akan Tuhan.

Jadi pengetahuan tentang Allah yang sejati atau yang sempurna itu seperti apa? Seperti yang dikatakan dalam Yohanes 17:3. Kita harus mengenal satu-satunya Allah yang benar yaitu Allah Tritunggal di dalam Yesus Kristus. Jadi doktrin Allah Tritunggal tidak boleh salah.

STUDI KASUS: Ayub 42:5-6

            Ayub sendiri sudah saleh dan rohani. Ia adalah pengusaha yang hebat. Namun ketika Tuhan mengujinya, semua konsep teologinya terbongkar. Ia menyalahkan Tuhan. Dari semua temannya, hanya Elihu yang bisa memimpinnya kepada kebenaran. Pada akhirnya Ayub bertobat dan tidak menyalahkan Tuhan. Ia tidak berani menganggap dirinya benar. Melalui penderitaan dan kesulitan ia mengenal Tuhan. Pergumulannya membarui teologinya. Orang Kristen tanpa pengetahuan dan pengertian yang benar tentang Allah Tritunggal adalah orang Kristen tanpa kandungan iman. Pengetahuan dan pengertian tentang Allah Tritunggal harus selaras dengan kehidupan sehari-hari – menghidupi Firman Tuhan (Matius 7:24). Firman Tuhan harus menjadi fondasi hidup kita. Iman, pengetahuan, dan keselamatan tidak bisa dipisahkan.ks

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PENGERTIAN YANG BENAR

1) Pengetahuan yang menuntun orang tersebut untuk mengenal dirinya sendiri di dalam Tuhan (image of God). Dan ketika seseorang semakin mengenal Allah dan mengenal dirinya maka ia akan semakin menyadari dirinya adalah orang yang tidak berharga dan terus merendahkan dirinya di hadapan hadirat Tuhan (lihat Yesaya 6:5 dan Lukas 5:8).

2) Kemudian ia akan menaati Firman Tuhan dan semakin mengasihi Kristus (lihat Yohanes 14:15, 21 dan 1 Yohanes 5:3). Menaati Allah berarti memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang Dia (lihat Yohanes 7:17 dan Amsal 1:7; 9:10).

3) Pengetahuan yang sejati akan Allah akan mengakui ketuhanan Kristus di atas segalanya (lihat Yeremia 9:23-24 dan Roma 10:9-10).

4) Pengetahuan seperti ini akan menghasilkan kesucian hidup yang semakin meningkat di dalam dirinya (lihat Ibrani 12:14, Efesus 4:24, Kolose 3:10, dan Roma 8:29).

5) Pengetahuan seperti ini juga akan mendorong dia untuk menaklukkan setiap pikiran dunia di bawah pikiran Yesus Kristus (lihat 2 Korintus 10:5) dan menggenapkan mandat memerintah yaitu mandat budaya dan mandat Injil (Kejadian 1:26-28 dan Matius 28:18-20).

            Jadi pengetahuan tentang Allah ini sangat penting dalam kehidupan orang percaya. tanpa unsur-unsur tentang pengetahuan yang menyelamatkan dan pengetahuan dasar-dasar tentang iman Kristen yang mendasar, maka kehidupan kekristenan sering menjadi tidak produktif, bahkan menjadi semu atau tidak berharga.

KESIMPULAN

1) Pengetahuan yang benar dan menyelamatkan tidak cukup jika hanya tahu tentang siapa Kristus tetapi tidak mau mengerti secara komprehensif tentang fakta-fakta dan informasi tentang Kristus dalam karya-karya-Nya secara menyeluruh.

2) Pengetahuan yang bersifat fragmen tetapi tidak mengakui atau setuju terhadap kebenaran dari Alkitab secara keseluruhan adalah pengetahuan yang tidak menyelamatkan. Ini adalah iman pikiran atau Injil yang dikurangi.

3) Pengetahuan yang menyelamatkan bukan hanya setuju, mengakui kebenaran Alkitab saja dan memercayakan dirinya pada Kristus. Tetapi ia harus rela untuk menghidupi (menaati) seluruh perintah dan pengajaran Yesus, maka ia pasti diselamatkan.

4) Pengetahuan dan pengertian tentang Allah yang benar akan menuntun pada pertumbuhan iman berkaitan dengan mengasihi Allah, sesama manusia, dan kebenaran Alkitab – from faith to faith (Yohanes 17:3).

Jadi kita harus mengejar pengertian yang benar dari Alkitab. Itu akan memimpin hidup kita menjadi benar di hadapan Allah. Di sana keselamatan kita bisa dikaitkan dengan penggenapan kehendak Allah. Ajaran palsu akan mengarahkan hidup kita kepada kepalsuan karakter rohani dan kesalehan. Pengajaran yang benar bisa membawa kepada iman yang benar. Namun pengajaran yang salah bisa menyesatkan.

Q & A

Q. Apakah kesalahan dalam mengenal Allah Tritunggal (misalnya Sabelianisme, wrong christology, wrong pneumatology) menyatakan bahwa memang orang tersebut dan pengajarnya akan menerima hukuman kekal?

A. Alkitab menyatakan contoh-contoh ajaran palsu. Dalam jemaat Galatia ada pergumulan tentang Injil yang palsu. Surat Yudas menyatakan tentang iman yang dipalsukan oleh orang-orang tertentu. Surat Wahyu juga menyatakan tentang ajaran-ajaran palsu. Para pengajar palsu ini pasti dihukum. Yesus berkata: Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut (Matius 18:6). Hukuman diberikan kepada penyesat dan orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran. Pikirannya akan diserahkan kepada kecemaran (Roma 1). Jadi ada hukuman dalam hati dan pikiran. Semua itu terjadi dalam kedaulatan Tuhan. Kita tidak perlu menghakimi orang-orang seperti itu. Tugas kita adalah membawa jiwa mereka kembali kepada Tuhan. Kita harus memerhatikan teguran Tuhan Yesus kepada jemaat Efesus yang kehilangan kasih mula-mula. Jadi kita harus berfokus untuk memenangkan jiwa-jiwa. Kita membenci dosa namun mengasihi jiwa-jiwa. Jadi orang-orang yang sesat seharusnya tidak kita hakimi tetapi kita bimbing secara perlahan sampai mereka mendapatkan ajaran yang benar.

Q. Kristen bukan agama (bawah ke atas) tetapi dari atas ke bawah. Lalu bagaimana dengan konsep ‘agama Kristen’? Apakah ada signifikansinya?

A. Istilah ‘Kristen’ dalam Kisah Para Rasul sebenarnya merupakan suatu ejekan. Kita adalah pengikut Kristus, bukan pengikut agama. Kekristenan lahir dari atas ke bawah. Kita harus mengerti rahasia inkarnasi Kristus yaitu mengapa Allah rela menjadi manusia. Di dalam kekristenan kita percaya bahwa orang yang dipilih itu memiliki iman dalam Yesus Kristus. Pusat kekristenan dan Gereja adalah Kristus. Organisasi, administrasi, dan pelayanan sosial bukanlah pusatnya, walau itu semua penting. Kekristenan bukan berasal dari bawah ke atas. Itu adalah kekristenan berdasarkan kata manusia. Kekristenan yang sesungguhnya adalah dari atas ke bawah untuk membawa kita yang hina menjadi mulia karena Kristus. Kristus mencari kita yang mati dalam dosa untuk diselamatkan. Ia mati dan bangkit agar kita mendapatkan hidup yang kekal bersama dengan Kristus. Kita dimampukan untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang mulia. Perubahan hidup kita adalah karena belas kasihan Tuhan dari atas ke bawah yaitu pekerjaan Allah Roh Kudus yang menggarap kita. Kekristenan harus melalui kelahiran baru dan pertobatan sejati, bukan warisan orang tua. Kekristenan karena warisan itu tidak menyelamatkan. Kekristenan itu adalah Kristus yang mengubah hati kita melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Kemuliaan Tuhan itu nyata tanpa kita harus bela.

Q. Dalam beberapa kondisi, orang Kristen yang sudah bertobat akan mengalami kelesuan rohani. Bagaimana memandang tanggung jawab orang Kristen terhadap iman yang harus dipelihara?

A. Tuhan mengizikan kita mengalami jatuh-bangun. Namun kita harus mengingat pentingnya pemuridan. Jika kita tidak memiliki kelompok pemuridan, maka setidaknya kita harus menggarap diri sendiri. Kita harus belajar disiplin rohani dalam pembacaan Alkitab, doa, dan ibadah. Saat sedang jatuh, kita harus memohon ampun dan memohon agar kita bangkit. Daud mengalami kejatuhan saat ia menjadi raja, namun ia bertobat setelah menerima teguran. Sampai tua ia tidak lagi jatuh ke dalam dosa yang sama. Kita harus mengutamakan Tuhan setiap saat karena hidup kita sudah menjadi milik Kristus. Kita bisa jatuh, namun kita tidak boleh tertidur dalam dosa. Di sana kita harus berdoa agar Allah Roh Kudus memukul kita. Jika kita tidak mau taat, maka kita harus bersiap menerima pukulan dari Tuhan agar kita kembali. Masa pandemi ini bisa menyadarkan kita untuk kembali kepada Tuhan. Kesombongan manusia bisa dihancurkan melalui masa pandemi ini. Melalui masa pandemi ini Tuhan juga menguji dan memurnikan iman dan hidup kita.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Iman, Pertobatan Sejati, dan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

02 Mei 2020: Iman, Pertobatan Sejati, dan Keselamatan

PENDAHULUAN

            Kita akan membahas tentang iman, pertobatan sejati, dan keselamatan. Pertama-tama kita akan melihat pendahuluan:

Paulus mengatakan kepada orang-orang di Atena ‘Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat’ (Kisah Para Rasul 17:30).

            Latar belakang ini harus kita mengerti. Ternyata Tuhan sangat menginginkan semua orang bertobat. Namun masalahnya, banyak orang yang mau bertobat dan mendapat hidup kekal telah tersesat dalam agama. Jadi Paulus mengingatkan bahwa agama, filsafat, dan perbuatan baik itu tidak menyelamatkan. Keselamatan kita adalah nama Yesus Kristus. Apa yang tercatat ini mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah kebutuhan untuk semua orang. Maka dari itu Paulus berkata bahwa kita semua perlu bertobat, karena kita adalah orang berdosa. Orang berdosa adalah orang yang tidak memiliki jaminan hidup kekal di dalam Tuhan.

Saat Tuhan Yesus ditanya: apa yang harus diperbuat supaya mereka ‘mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah’? Ia menjawab: ‘inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus oleh Allah’ (Yohanes 6:29).

            Bagian ini berkaitan dengan keselamatan, iman, dan ketaatan. Dalam bagian ini ternyata masalah manusia yang terbesar adalah manusia sudah kehilangan keselamatannya karena manusia sudah berdosa. Kebutuhan manusia yang paling pokok adalah keselamatan. Di sini Tuhan Yesus pun menekankan tentang kehendak Allah yang terbesar untuk kita genapkan secara pribadi yaitu kita harus percaya kepada Yesus yang diutus oleh Allah Bapa untuk datang menyelamatkan kita. Di sini kita melihat latar belakang yang kedua yaitu Tuhan datang untuk memberikan kepada kita satu jaminan keselamatan, kebenaran, dan hidup. Yesus sudah mengerjakan semua itu bagi kita.

Di dalam 1 Yohanes 3:23 dikatakan ‘dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, anak-Nya…’

Dalam Kisah Para Rasul 4:12 ditulis: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Jadi tidak ada nama lain yang menyelamatkan selain nama Yesus. Ada orang-orang yang bertanya: apakah benar bahwa keselamatan itu hanya dalam nama Yesus? Apakah benar bahwa di luar Kristus tidak ada keselamatan? Jika kita membaca seluruh kata Alkitab, maka kita akan mengerti bahwa Kristus datang untuk memberikan kepada kita solusi bagi masalah terbesar manusia yaitu dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan perbuatan baik. Dosa mendatangkan hukuman dan murka Allah. Murka Allah tidak bisa diredakan dengan kesalehan dan kebaikan manusia. Kita bisa selamat hanya ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita secara pribadi.

Dari ketiga bagian ini kita melihat bahwa Paulus menekankan pentingnya pertobatan. Tuhan Yesus Kristus mengajarkan kita untuk percaya kepada Dia. Dua bagian ini menjelaskan kepada kita esensi yang harus kita pegang ketika kita mengasihi Allah dan sesama.

PEMBAHASAN

            Ada sebuah gambar yang menunjukkan bahwa manusia itu seperti tenggelam dan tidak punya pengharapan. Ia akan kehilangan tenaga dan tenggelam lalu mati. Tanpa pertolongan, ia pasti mati. Ia membutuhkan tangan yang bisa menolongnya. Bisakah gambar itu mewakili keselamatan Kristen? Ada satu hal yang bisa mewakili yaitu bahwa manusia bisa diselamatkan hanya jika Allah berinisiatif menyatakan kasih-Nya. Manusia dalam keberdosaannya tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Manusia sudah rusak dan hancur sehingga tidak ada yang bisa menyelamatkannya selain Tuhan. Keselamatan itu bisa terjadi hanya jika Allah memberikan anugerah. Allah Roh Kudus berinisiatif menanamkan iman bagi umat pilihan. Jadi iman itu bukanlah upaya manusia yang mau percaya. iman itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Jadi hasrat untuk mengenal Tuhan yang sejati itu berasal dari pekerjaan Allah Roh Kudus. Tanpa pertolongan Allah Roh Kudus, tidak akan ada hasrat yang benar. Jadi Allah-lah yang memberikan iman dalam hati kita sebelum kita menyatakan kelahiran baru dan pertobatan kita.

            Mungkin kita pernah bertanya: lahir baru, iman, atau pertobatan dahulu? Bagaimana urutannya? Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita dipilih untuk diselamatkan. Dalam waktu-Nya, Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam hati kita. Iman itu memampukan kita untuk memiliki kesadaran iman. Akhirnya secara pribadi kita tahu bahwa kita adalah orang berdosa ketika kita mendengar Firman Tuhan. Kita juga menjadi tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat kita. Akhirnya kita berkomitmen untuk bertobat. Itulah kelahiran baru. Orang lain akan bisa melihat perubahan perasaan dan sikap kita. Kelahiran baru adalah pekerjaan Allah Roh Kudus. Pertobatan adalah tindakan manusia untuk menyatakan bahwa dirinya sudah menjadi orang yang berbeda di dalam Tuhan. Allah melalui pekerjaan Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam hati kita sehingga kita bisa memberikan respons dan memiliki kesadaran iman yang memimpin kelahiran baru kita. Akhirnya kemudian kita bisa bertobat dan di situlah kita bisa menikmati pertobatan.

            1) Benarkah kalimat ini: ‘keselamatan orang Kristen tergantung pada imannya’? Kita pasti pernah mendengar kalimat ini. Ini adalah kalimat yang salah. Di manakah salahnya? Objek imannya adalah kekuatan dirinya (bandingkan Efesus 2:8-10). Kita selamat bukan karena upaya diri kita, kesalehan, atau pengorbanan kita. Manusia berdosa, yang sudah terpisah dari Allah yang suci, tidak mungkin bisa mendekat kepada Tuhan dengan kekuatan sendiri. Yesaya dan surat Roma menegaskan hal itu. Tidak ada manusia berdosa yang mencari Tuhan. Natur kita sudah berdosa. Pikiran, perasaan, dan tindakan kita sudah tercemar oleh dosa. Efesus 2:8-10 menyatakan bahwa keselamatan itu adalah anugerah dari Tuhan Yesus Kristus. Tanpa anugerah, semua perbuatan baik kita menjadi sia-sia. Mengapa sia-sia? Karena itu semua adalah upaya diri sendiri. Sedikit saja keberdosaan sudah membuat kita berdosa. Jadi kita diselamatkan bukan karena iman kita. Kalimat yang benar adalah: keselamatan orang Kristen tergantung pada iman dalam Yesus Kristus (Lukas 5:17-26). Jadi iman itu bukan berkaitan dengan agama, perbuatan baik, dan ketaatan. Kekristenan bukanlah agama. Agama dibangun dari bawah ke atas, namun kekristenan itu dibangun dari atas ke bawah, di mana Allah Bapa mengutus Allah Anak ke dunia untuk mencari kita yang berdosa. Ia melahirbarukan, mempertobatkan, dan memimpin kita untuk memiliki kesucian hidup sehingga kita menjadi serupa dengan Tuhan.

Lukas 5:17-26 menyatakan kepada kita kisah seorang lumpuh yang diturunkan dari atap ke hadapan Yesus. Saat itu Yesus berkata bahwa orang itu memiliki iman. Tuhan Yesus berkata: dosamu sudah diampuni. Perkataan Yesus tersebut ditentang oleh para pemimpin agama. Yesus juga menyembuhkan orang lumpuh itu. Bagian yang penting dalam bagian ini adalah iman orang itu kepada Tuhan Yesus. Yesus menyelamatkan jiwa orang itu dahulu baru kemudian Yesus menyembuhkan orang itu. Banyak orang berdoa: Tuhan, sembuhkanlah aku dahulu baru kemudian akan percaya. Dalam beberapa kasus, Tuhan memang menyembuhkan dan setelah itu orang itu percaya. Namun kita harus berhati-hati dalam bagian ini. Bagaimana jika Tuhan tidak memberikan kesembuhan? Apakah ia mau percaya jika tidak disembuhkan? Objek iman orang itu adalah kesembuhannya sendiri. Objek iman kita seharusnya adalah Kristus dan semua perintah-Nya. Orang lumpuh itu menjalankan semua perintah Yesus. Warisan keluarga, perkataan orang tua, dan pengalaman rohani tidak boleh menjadi pengganti Yesus sebagai objek iman kita. Kita menghidupi keselamatan kita dengan menjalankan semua perintah-Nya. Jadi keselamatan orang Kristen bukan bergantung pada iman. Inisiatif bukan datang dari manusia tetapi dari Allah. Allah aktif dan kita pasif.

2) Benarkah kalimat ini: ‘iman tidak cukup untuk keselamatan seseorang, jadi perlu ada tambahan karunia’? Allah Roh Kudus memberikan karunia-karunia. Karunia yang terpenting adalah karunia untuk bernubuat. Karunia bahasa Roh adalah yang paling bawah. Bahasa Roh dikatakan akan berlalu, namun kasih itu akan selalu ada. Ada yang menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki karunia bahasa Roh atau karunia lain tidak mungkin selamat. Mereka menyatakan bahwa iman itu tidak cukup. Ini adalah kalimat yang salah. Ini salah karena objek imannya adalah fenomena rohani (Matius 7:22-23). Matius 7:22-23 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! Orang yang berbicara tersebut ternyata memiliki banyak karunia. Ia telah melakukan banyak mukjizat dan mengusir Setan. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa Covid-19 akan berhenti setelah Jumat Agung, Paskah, atau Pentakosta, namun bagaimana jika penyebaran Covid-19 tidak berhenti? Para hamba Tuhan tersebut menyatakan bahwa nubuatan mereka berasal dari Tuhan. Jadi jika mereka salah, maka itu berarti Tuhan salah. Itu juga terjadi dalam Matius 7:22-23. Mereka mengejar fenomena rohani yang membuat dirinya dipuji. Namun seringkali hamba Tuhan seperti ini memiliki banyak pengikut. Semua itu tidak menunjukkan iman yang menyelamatkan.

Apa kalimat yang benar? Iman di dalam Kristus itu sempurna untuk memimpin pada pengalaman rohani: lahir baru – pertobatan sejati (Yohanes 3:1-21). Jadi iman dalam Yesus Kristus tidak perlu ditambah atau dikurangi. Jika iman itu perlu ditambah, maka itu berarti bahwa kematian Yesus Kristus di atas kayu salib tidak sempurna. Itulah kejahatan teologi. Teologi yang sesat pasti menggeser Kristus dari pusat kekristenan. Ada pula teologi yang mengurangi bagian lahir baru dan pertobatan. Semua itu sesat. Teologi yang benar pasti mengakui bahwa karya keselamatan Kristus itu sempurna. Wahyu 13 menyatakan bahwa di zaman akhir akan ada hamba-hamba Tuhan yang menyesatkan Gereja dengan fenomena-fenomena rohani yang menjauhkan kita dari salib Kristus. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus itu sempurna. kelahiran baru itu dikerjakan oleh Roh Kudus. Kelahiran baru itu menggerakkan nilai pertobatan yang sejati sehingga kita sungguh-sungguh membenci dosa dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam hidup kita akan terjadi pembaruan akal budi, perasaan, dan pola hidup. Kita akan digerakkan untuk melayani dalam komitmen.

Saat berbicara dengan Nikodemus, Yesus berkata: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16) dan Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (ayat 5). Kelahiran baru adalah pekerjaan Allah Roh Kudus. Orang yang sudah lahir baru akan melihat Kerajaan Allah. Banyak orang tidak melihat indahnya melayani Tuhan dan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Tanpa kelahiran baru, orang-orang tidak akan bisa mengerti hal ini. Ketika sudah lahir baru, kita akan memakai kacamata rohani. Orang-orang mengejar sukacita dalam harta, kenikmatan, dan lainnya, namun sukacita yang terbesar sesungguhnya adalah melihat pertobatan jiwa-jiwa. Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Kita berbahagia ketika kita dipakai untuk menjangkau jiwa-jiwa.

Keselamatan dari Yesus itu sempurna. Tidak perlu ditambahkan dengan ketaatan dan ritual agama. Semua kutuk dalam diri orang percaya sudah diputuskan oleh Yesus. Penjahat di sebelah Yesus yang bertobat berkata: Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja (Lukas 23:42). Yesus menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (ayat 43). Tuhan Yesus tidak memberikan syarat apapun kepada penjahat itu agar bisa selamat. Tuhan Yesus tidak menuntutnya untuk memakai karunia-karunianya terlebih dahulu. Jadi keselamatan dalam Yesus itu sempurna. Setelah diselamatkan, kita akan diberikan karunia-karunia untuk dipakai dalam pekerjaan baik yang Tuhan sudah siapkan (Efesus 2:10). Objek iman kita seharusnya adalah nomena rohani yaitu semua kebenaran Tuhan. Kebenaran itulah yang kita cari dan kebenaran itulah yang memerdekakan kita dari dosa. Kebenaran itu membentuk kita menjadi orang yang baru di dalam Tuhan dan memampukan kita menjadi orang-orang yang berbeda di dunia. Dalam pengudusan progresif, kita dipimpin oleh kebenaran di dalam iman. Orang yang memiliki objek iman ini pasti akan mencintai kebenaran sesuai Alkitab. Jadi kita harus mengerti kebenaran. Ada orang-orang yang mengaku beriman tetapi pengetahuannya salah. Mungkinkah iman yang benar menghasilkan pengetahuan yang salah? Apakah ini bisa memimpin kepada keselamatan yang benar? Pimpinan Allah Roh Kudus tidak mungkin salah bagi kita. Kita diberikan iman mula-mula dengan pengetahuan yang benar.

3) Benarkah kalimat ini: ‘iman tidak cukup untuk keselamatan seseorang, perlu ada tanda rohani (bandingkan Kisah Para Rasul 8:9-25)’? Kalimat ini salah karena objek imannya adalah kesalehan lahiriah (Lukas 13:22-30). Setelah mendengar Injil, Simon si penyihir itu bertobat. Namun ‘Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka’ (ayat 18). Ia mau membeli kuasa yang dimiliki para Rasul. Namun Petrus menjawab: …Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan (ayat 20-23). Dalam bagian ini kita melihat bahwa keselamatan Simon belum tuntas. Ia masih membawa kebiasaan sebagai tukang sihir.  Jadi Petrus dan Yohanes membongkar dosanya. Filipus tidak melihat hal tersebut, namun para Rasul mengetahuinya. Orang yang sudah bertobat adalah orang yang sudah meninggalkan semua hidup lamanya. Ia telah berubah 180 derajat. Ini tidak terjadi dalam hidup Simon.

Satu bagian dari Lukas 13:22-30 menyatakan hal yang mirip dengan Matius 7:22-23. Mereka seolah telah melakukan hal-hal besar, namun hati mereka bukanlah untuk Tuhan. Mereka seolah mengenal Tuhan tetapi Tuhan tidak mengenal mereka. Banyak orang yang terlihat saleh ternyata tidak saleh di dalam Yesus Kristus. Mereka terlihat baik secara keagamaan, namun hidup mereka tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Kesalehannya tidak memimpinnya untuk menjalankan kehendak Tuhan. Jadi kesalehannya adalah kesalehan yang sia-sia. Simon berpikir bahwa iman itu harus ditambahkan dengan tanda rohani. Kuasa seolah disamakan dengan kesalehan sehingga ia mau membeli kuasa. Alkitab mengajarkan kita untuk tidak memamerkan kesalehan. Orang rohani justru tidak mempertontonkan kerohaniannya. Ia berfokus untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Banyak orang salah dalam bagian ini. Setan bisa bekerja untuk menyesatkan banyak orang dalam hal ini. Ada orang-orang yang imannya sudah benar namun mendapatkan teologi yang salah. Akhirnya mereka tidak sungguh-sungguh efektif hidup sebagai anak-anak Tuhan. Kalimat yang benar adalah: ‘iman di dalam Kristus itu sempurna untuk memimpin perubahan hidup sebagai anak Allah: buah rohani (Yohanes 15:16)’. Jadi kita tidak perlu meminta tanda-tanda rohani. Kuasa Tuhan itu besar, namun tidak pernah dipertontonkan secara murahan. Ketika Tuhan menyatakan bahwa kita akan melakukan hal-hal yang lebih besar daripada Tuhan Yesus (Yohanes 14:12), maka itu bukan berarti bahwa kita akan menjadi lebih hebat daripada Tuhan Yesus. Secara kuantitas, kita mungkin saja melayani lebih banyak orang, namun secara kualitas kita tidak mungkin melampaui Tuhan Yesus. Kita tidak mungkin menjadi sederajat dengan Tuhan Yesus karena Ia adalah Allah Pencipta sedangkan kita adalah ciptaan. Hamba Tuhan tidak boleh bertindak seperti dukun yang mengumbar kuasa.

Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Kita yang diselamatkan diutus untuk menghasilkan buah yang tetap. Buah yang pertama adalah buah penginjilan. Buah penginjilan tidak mungkin bisa ditiru oleh Setan. Nubuat dan mukjizat bisa ditiru. Para ahli sihir Firaun bisa melakukan sihir. Namun penginjilan itu tidak bisa ditiru. Pada akhirnya Tuhan akan bertanya kepada kita tentang apa yang sudah kita kerjakan bagi-Nya. Kita tidak bisa membawa harta dan ketenaran kita kepada Tuhan. Namun upaya membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan itu pasti tercatat di surga. Buah rohani yang kedua adalah perubahan karakter yang menjadi semakin serupa Tuhan (Galatia 5:22-23). Karakter kita yang berubah di dalam Tuhan merupakan tanda pertobatan yang sejati. Perubahan itu tidak bersifat hanya fenomena. Perubahan karakter itu membuat kita melihat harta bukan sebagai hal yang terpenting. Warisan yang terpenting adalah iman. Iman itu memimpin pembaruan karakter kita. Buah rohani yang ketiga adalah hidup yang punya nilai kesaksian. Kristus hidup dalam diri kita, maka dari itu hidup kita bisa menjadi kesaksian. Hidup yang menjadi batu sandungan perlu dipertanyakan keselamatannya. Ketiga buah rohani ini jauh lebih penting daripada kuasa dan mukjizat. Jika kita memiliki ketiga buah ini, maka kita akan disebut sebagai hamba yang setia. Kita akan diterima oleh Tuhan, tidak seperti orang-orang yang disebut dalam Matius 7:22-23.

Objek imannya adalah kesalehan dan kerohanian yang serupa dengan Tuhan. Pusat kekristenan adalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Kristus tidak boleh digeser dan digantikan dengan agama, fenomena rohani, atau kesalehan palsu. Orang-orang yang menggeser Kristus akan teruji di dalam waktu. Kita terikat dalam tubuh Kristus yang melampaui waktu dan tempat. Kita bisa menguji keselamatan seseorang dengan melihat kesalehan dan kerohanian hidupnya. Dalam kesulitan dan tantangan, kesalehan palsu pasti gugur. jadi kesalehan itu tidak perlu dipertontonkan. Kesalehan itu adalah kerinduan untuk senantiasa dekat dengan Firman Tuhan dan kehendak Tuhan. Kerohanian adalah tindakan dan sikap kita yang mengaitkan apapun dengan Firman Tuhan dan kehendak Tuhan.

4) Benarkah kalimat ini: ‘keselamatan seseorang tidak perlu melalui kelahiran baru, cukup dengan keyakinan dan memegang tradisi (bandingkan Lukas 18:18-27)’? Ini adalah kalimat yang salah karena objek imannya adalah pilihannya menjadi orang Kristen (Lukas 18:9-14). Ada orang tua yang mengajarkan bahwa anak-anaknya cukup memegang tradisi dari nenek moyang yang sudah Kristen. Akhirnya mereka sebagai orang Kristen hanya menjalankan rutinitas keagamaan. Kekayaan bisa menghambat keselamatan karena bisa menggoda pemiliknya untuk menuhankan harta. Pemimpin dalam Lukas 18:18-27 itu sudah menjalankan kewajiban agama dan menjalankan tradisi namun ia terikat pada harta. Ketika Yesus menyuruhnya untuk menjual semua hartanya, ia pergi meninggalkan Yesus. Ia menginginkan pujian dari Yesus dan tidak merasa membutuhkan Yesus untuk keselamatannya. Yesus pernah berkata: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:26). Setan pernah menjanjikan kerajaan-kerajaan dunia kepada Yesus, namun Yesus langsung menolaknya. Harta dari dunia dan Setan bisa menjauhkan kita dari Tuhan, namun harta dari Tuhan akan menggerakkan kita untuk memakainya demi kemuliaan Tuhan. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat terlihat begitu hebat dalam keagamaan. Mereka suka berkompetisi dalam hal kerohanian dan merasa diri begitu hebat. Namun Tuhan tidak melihat mereka sebagai orang benar. Justru Tuhan berkenan kepada pemungut cukai yang sadar bahwa dirinya tidak layak dan berdosa. Kekristenan bukanlah soal kita memilih Kristus tetapi Kristus yang memilih kita.

Kalimat yang benar adalah:  keselamatan orang Kristen harus melalui kelahiran baru dan pertobatan sejati (Kisah Para Rasul 9:1-19a, bandingkan dengan Yohanes 3). Keyakinan kita harus berdasar pada iman. Iman itu melampaui rasio. Saulus yang begitu hebat dalam keagamaan pun ternyata harus mengalami kelahiran baru dan pertobatan sejati. Nikodemus pun demikian. Agama tidak menyelamatkan, hanya Tuhan Yesus Kristus yang bisa menyelamatkan. Objek iman dalam bagian ini adalah pengampunan dosa dan penebusan dari Kristus. Banyak orang menjadi Kristen karena alasan yang remeh seperti demi pacar, karena keluarga, dan lainnya. Ada orang yang mengaku Kristen kembali ke agamanya yang lama karena pasangannya yang Kristen sudah meninggal. Ada orang-orang yang berpindah agama demi menyenangkan atasannya. Jadi situasi memengaruhi status agama mereka. Itu bukanlah iman. Di sana tidak ada jaminan keselamatan. Orang yang sudah diselamatkan akan sadar bahwa dirinya berdosa dan bahwa dirinya butuh pengampunan dan penebusan dari Tuhan. Penebusan yang sejati hanya bisa ditemukan dalam Yesus Kristus. Paulus bertobat karena ia sadar bahwa dalam agamanya tidak ada jaminan pengampunan dosa dan penebusan. Kelahiran baru dan pertobatan sejati itu sangat penting. Kedua hal ini seperti pintu yang dibukakan sehingga kita bisa mengalami pengalaman rohani bersama dengan Tuhan. Tanpa kedua hal ini, kita belum mendapatkan esensi itu atau kita baru berada di fenomena saja. Kita belum masuk dan mendapatkan hati Tuhan.

STUDI KASUS (Ibrani 5:11-6:8)

            Ada orang Kristen yang tanpa pertumbuhan rohani. Ia menjadi bayi rohani terus. Ia adalah orang Kristen tanpa benih iman dalam Kristus (Ibrani 5:11-14). Orang ini hanya mau meminum susu dan tidak mau memakan makanan keras dari Firman Tuhan. Ia menjadi Kristen hanya karena tradisi atau warisan. Jadi ia hanya ikut-ikutan. Dalam ujian waktu, keasliannya akan tampak. Ia menerima semua ajaran tanpa memikirkan baik-baik apakah semua itu sesuai Firman Tuhan atau tidak. Ia tidak mau menguji kebenaran dalam ruang dan waktu. Orang itu tidak bisa membedakan antara kebenaran yang sejati dengan yang palsu. Ada orang-orang Kristen yang berkata bahwa kebenaran tidak perlu diperdebatkan. Padahal orang-orang yang mencintai kebenaran seharusnya memikirkan kebenaran dengan ketat. Semua yang tidak benar harus ditolak, tidak bisa diterima begitu saja. Kita harus mengikut apa kata Alkitab, bukan kata manusia. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa ia telah ditipu oleh Roh Kudus mengenai Covid-19. Ini adalah hamba Tuhan yang kurang ajar. Setiap orang harus kembali kepada kebenaran Tuhan. Iman bertumbuh ketika Firman Tuhan itu didengar dan masuk ke dalam hati.

            Ada pula orang Kristen yang memiliki pengalaman rohani tanpa kelahiran baru serta pertobatan sejati. Ia adalah orang Kristen tanpa iman (Ibrani 6:1-8). Mereka pernah diterangi hatinya namun murtad, bukan murtad lagi. Orang seperti ini memang dari mulanya tidak memiliki benih iman yang menyelamatkan. Namun pada ayat ke-9 dituliskan: Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. Pengalaman rohani bisa ditiru oleh Iblis dan bisa dibuat-buat. Ujian kekayaan, kesulitan, dan tantangan akan membuat orang-orang yang tidak memiliki iman yang sejati mundur.

KESIMPULAN

1) Iman bukanlah hasil dari usaha manusia (yang ingin beriman), tetapi semata-mata anugerah Tuhan (Roma 12:3, Efesus 2:8). Iman adalah anugerah untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran, dan satu-satunya kehidupan (Yohanes 14:6, 1 Yohanes 4:1-3).

2) Iman sebagai dasar keselamatan di dalam Yesus Kristus itu sempurna. Tetapi iman berkaitan dengan hidup tidak dianugerahkan sekali sempurna, tetapi harus dikerjakan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12). Iman kita harus bertumbuh melalui pembacaan Firman Tuhan senantiasa.

3) Iman harus dikerjakan, digumuli, dan diterapkan sesuai dengan Firman Tuhan (2 Timotius 3:16-17). iman yang dianugerahkan harus menjadi tindakan iman (Yakobus 2:17), dan tindakan iman ‘act of believing’ yang sejati hanya ada dalam sangkut pautnya dengan Firman Tuhan dan kehendak-Nya. Tindakan iman yang sejati adalah respons terhadap kebenaran Firman Tuhan, selain itu bukan tindakan iman yang benar. Banyak orang bisa mengaku telah mendengar suara Tuhan, namun jika semua itu tidak ada kaitan dengan Firman Tuhan maka semua itu tidak ada artinya.

4) Iman tidak sama dengan perasaan beriman (feeling faith: keyakinan). Banyak orang mampu menciptakan ‘inner sense of certainty’ (keyakinan batin) bahwa mereka orang Kristen, bahkan percaya bahwa Allah akan memberikan apa yang mereka minta. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melakukan deliberate deception (penipuan terhadap diri sendiri). Iman yang kita mau adalah true faith.

5) Kelahiran baru adalah pekerjaan supranatural Allah semata-mata di mana manusia pasif dan tidak berbagian apa-apa. Tuhan Yesus menjelaskan hal ini dalam Yohanes 3:6 sebagai jawaban terhadap pertanyaan Nikodemus apakah ia harus berusaha untuk dapat dilahir-barukan dengan jalan masuk kembali ke dalam rahim ibunya. Kelahiran baru adalah pekerjaan khusus Allah Roh Kudus

KARAKTER PERTOBATAN YANG BENAR

1) Pertobatan bukan hanya sekadar rasa sedih karena masa lalu; pertobatan adalah perubahan hati dan pikiran, hidup baru yang menyangkal diri dan melayani Juruselamat sebagai Raja atas hidup kita. Jika sekadar percaya tanpa memercayakan diri dan sekadar rasa bersalah tanpa berbalik adalah tidak menjamin selamat. Alkitab berkata ‘…setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar’ (Yakobus 2:19) dan ‘…dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian’ (2 Korintus 7:10).

2) Jadi pertobatan bukan sekadar perasaan bersalah atau menyesal, demikian pun dengan iman bukan hanya sekadar perasaan optimis. Baik iman maupun pertobatan adalah tindakan manusia seutuhnya sebagai anugerah Allah. Iman bukan hanya sekadar kredo (pengakuan), tetapi harus menghasilkan tindakan yang benar. Pada dasarnya iman adalah berserahnya dan bersandarnya seseorang pada janji-janji pengampunan yang Kristus berikan pada orang berdosa dan kepada pribadi Kristus yang memberikan janji-janji itu.

3) Pertobatan adalah buah dari iman.

a. Iman harus memiliki fondasi pengetahuan tentang Kristus, salib-Nya dan janji-janji-Nya sebelum bertobat. Karena itu penginjilan harus menekankan hal-hal tersebut sehingga orang berdosa mau meninggalkan keyakinan pada diri sendiri dan belajar memercayakan diri sepenuhnya pada Kristus dan darah-Nya yang berkuasa untuk menyelamatkan dan mendamaikan dia dengan Allah. Jadi iman bukan sekadar tekad untuk meninggalkan dosa, membuang kebiasaan buruk dan berusaha melakukan ajaran Kristus dengan hidup saleh dan berbuat baik terhadap sesama, hal ini tidaklah cukup. Ambisi tekad, moralitas, dan sikap surgawi tidak dapat menggantikan iman (contoh: Martin Luther dan John Wesley telah memiliki semua hal di atas namun belum diselamatkan).

b. Iman harus memiliki fondasi pengetahuan bahwa ada tuntutan Kristus yang sungguh-sungguh untuk kita yang mengaku sudah bertobat. pertobatan harus ada aspek menyangkal diri (Lukas 9:23), kedua aspek ‘Ia tidak membenci’ yaitu memprioritaskan Kristus (Lukas 14:26, 33). Tuhan Yesus tahu betapa mahalnya harga yang harus dibayar bagi setiap orang yang mau menjadi murid-Nya dan Tuhan Yesus minta kepada kita untuk memikirkan sungguh-sungguh implikasi pemuridan itu sebelum menyerahkan diri menjadi murid Yesus. Kristus tidak mau hanya mengumpulkan banyak orang yang mengaku pengikut-Nya tetapi akan segera hilang ketika ia tahu tuntutan yang sesungguhnya dari Kristus. Oleh karena itu di dalam penginjilan dan pertobatan kita perlu menekankan harga mengikut Yesus dan membawa orang berdosa menyadari hal itu sebelum mereka merespons akan berita pengampunan dari Yesus Kristus.

Q & A

Q. Keselamatan adalah anugerah, pilihan Tuhan, pekerjaan Tuhan sepenuhnya, bahkan keselamatan itu tidak bisa hilang. Lalu apakah yang menjadi bagian kita selama hidup? Tanpa melakukan apapun kita sudah selamat.

A. Kita diselamatkan oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang baik (Efesus 2:10). Pekerjaan baik adalah pekerjaan yang menyatakan Kerajaan Allah. Keselamatan itu tidak dinikmati sendiri. Buah rohani itu harus dinyatakan. Buah rohani itu adalah penginjilan, karakter, dan kesaksian hidup. Penjahat di sebelah Yesus tidak melakukan itu karena ia tidak memiliki kesempatan lagi. Namun kita yang memiliki anugerah waktu harus hidup untuk Tuhan. Jadi kita tidak boleh pasif. Ketaatan dan ketekunan kita harus tampak sebagai kesaksian hidup kita. Iman akan memimpin kita kepada kebenaran yang kemudian akan memimpin kita kepada tindakan iman. Tindakan yang tidak berdasarkan iman namun diklaim berdasarkan iman adalah spekulasi atau kejahatan iman.

Q. Apakah semua orang diberikan oleh Tuhan iman mula-mula? Bagaimana dengan mereka yang sebelumnya belum mengenal Kristus?

A. Setiap orang mendapat panggilan umum dan khusus. Kepada jemaat di Efesus Tuhan memberikan teguran bahwa mereka tidak hidup dalam kasih mula-mula (Wahyu 2:4). Ada orang-orang yang mementingkan penginjilan namun mengabaikan pengajaran dan juga ada yang sebaliknya. Keduanya tidak baik keduanya harus kita lakukan. Setiap orang menerima anugerah umum, namun anugerah khusus hanya diberikan kepada orang-orang tertentu. Orang yang belum mengenal Kristus harus diberitakan Injil. Kita tidak boleh malas memberitakan Injil. Orang-orang harus tahu siapa Tuhan Yesus Kristus dan keselamatan yang diberikan-Nya.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)