Joy to the World

Teks: Isaac Watts, 1719

Musik: George F. Handel, 1742

Tune: ANTIOCH

Firman Tuhan: Lukas 2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.

Latar Belakang:

Sukacita adalah kata kunci bagi seluruh masa Adven, khususnya bagi umat Kristen yang menyadari akna spiritualnya – Allah sendiri datang ke dalam dunia dan menyediakan cara agar manusia yang berdosa dapat hidup kekal selamanya. Teks ini pada umumnya dianggap sebagai salah satu himne Natal yang paling sukacita yang ada, bukan dalam arti membuat gembira, tetapi memiliki kesadaran yang dalam dan sungguh-sungguh akan apa arti dari kelahiran Kristus bagi umat manusia.

Himne adven ini adalah salah satu himne karya Isaac Watts yang terdapat dalam himnalnya yang terkenal Psalms of David Imitated in the Language of the New Testament, yang terbit tahun 1719. Merupakan kesungguhan Isaac Watts dalam menulis kumpulan ini untuk memberi Mazmur sebuah arti dan gaya Perjanjian Baru. Hal ini ia lakukan, dalam kumpulan di tahun 1719 tersebut, dengan menafsirkan seluruh ayat dari 150 Mazmur, dengan pengecualian duabelas bait yang ia rasa tidak cocok bagi tujuan ini. “Joy to the World” adalah parafrase dari ayat-ayat ini yang diambil dari bagian akhir kedua dari Mazmur 98:4, 7-9 yang berbunyi:

Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.

Mazmur 98 adalah sebuah lagu sukacita mengenai cara-cara Tuhan yang menakjubkan untuk melindungi dan memulihkan umat pilihan-Nya. Mazmur tersebut mengharapkan saat dimana Yehova akan menjadi Tuhan bagi seluruh bumi dan hukum Israel akan diterima oleh segala bangsa. Akan tetapi, Watts telah memberikan bait ini sebuah parafrase yang menyegarkan – sebuah pernyataan pujian Perjanjian Baru akan keselamatan yang dimulai ketika Tuhan berinkarnasi sebagai seorang bayi di Betlehem untuk mengenyahkan kutuk karena kejatuhan Adam. Isaac Watts awalnya memberi judul teksnya ini “The Messiah’s Coming and Kingdom” – “Kedatangan Mesias dan Kerajaan-Nya.”

Sejak kecil, Isaac Watts menunjukkan kejeniusannya dalam bidang literatur dan kecakapan belajar. Pada usia lima tahun, ia belajar Bahasa Latin; sembilan tahun, Yunani; sebelas tahun, Perancis; dan tigabelas tahun, Ibrani. Selain menulis himne, Watts dikenal juga sebagai seorang pelajar teologia dan filsafat yang sangat rajin, dan, sepanjang hidupnya, ia menulis banyak volume penting yang memberikan pengaruh yang berkuasa atas pemikiran Inggris, selama akhir abad ketujuhbelas dan awal abad kedelapanbelas.

Ketika Watts masih remaja, ia sangat tidak puas pada mutu menyanyikan Mazmur yang menyedihkan dalam gereja-gereja pada masanya itu. Satu hari Minggu setelah pulang dari sebuah ibadah yang menyanyikan Mazmur seperti itu dan membuatnya sangat memperhatikan dan kristis akan nyanyian jemaat, Isaac muda ditantang oleh ayahnya dengan kata-kata, “Jadi, anak muda, mengapa kau tidak memberikan kami sesuatu yang lebih baik untuk dinyanyikan?” Watts, yang saat itu berusia delapanbelas tahun, menerima tantangan ayahnya itu. Hari Minggu berikutnya ia menghasilkan himne pertamanya, yang disambut jemaat dengan semangat. Selama dua tahun selanjutnya, Watts muda menulis teks himne baru bagi jemaat setiap Minggu. Ia menerbitkan sebuah kumpulan yang terdiri dari 210 himne ini, di tahun 1707, dalam sebuah buku berjudul Hymns and Spiritual Songs. Kumpulan tahun 1707 ini dan kemudian himnal di tahun 1719 mewakili monument penting dalam pengembangan himnodi Inggris. Kedua terbitan itu merupakan himnal sebenarnya yang pertama dalam Bahasa Inggris.

Keseluruhannya, Isaac Watts menulis kira-kira 600 himne sepanjang hidupnya. Dia patut disebut sebagai “Bapak Himnodi Inggris” karena keberaniannya meninggalkan irama Mazmur tradisional dan menggunakan “himne-himne ketenangan manusia” – pernyataan yang didasarkan seluruhnya pada pemikiran dan kata-kata satu orang – Watts pada umumnya dianggap sebagai anggota gereja yang radikal pada masanya. Namun sekarang, lebih dari dua setengah abad setelahnya, himnal-himnal kita masih berisi karya-karya Watts, seperti: “O God, Our Help in Ages Past” – sebuah parafrase dari Mazmur 90, “Jesus Shall Reign” – sebuah keadaan dari Mazmur 72, maupun himne-himne “ketenangan manusia”, seperti: “When I Survey the Wondrous Cross” (Memandang Salib Rajaku, KPRI no. 49), “I Sing the Mighty Power of God,” dan “Am I a Soldier of the Cross?”

Sangatlah menarik untuk membuat sedikit perbandingan antara Isaac Watts dan George Frederick Handel, yang karyanya pada umumnya dipercaya menjadi sumber bagi musik himne ini. Watts adalah seorang yang ringkih, dengan tinggi lima kaki (152,4 cm), bersahaja namun berkelakuan sopan, sementara Handel dikenal sebagai seorang yang sehat, pemarah, ahli internasional dari Jerman dalam keyboard, opera dan oratorio. Keduanya tinggal di Inggris pada masa itu dan terbukti saling mengenal satu sama lain.

Kisah mengenai kontribusi Handel yang paling besar dalam sacred music, oratorio Messiah sangat diketahui oleh banyak orang. Di tahun 1741, Handel mulai menulis musik untuk teks Alkitabiah ini, dan, dalam waktu hanya duapuluh empat hari telah menyelesaikan seluruh tigapuluh tiga lagu. Messiah ditampilkan pertama kali untuk umum pada 13 April 1742. Tak diragukan, ini merupakan oratorio yang paling sering dipentaskan, dan juga yang paling dihargai. Pada tahun 1836, Lowell Mason, seorang Amerika, pemimpin paduan suara, komposer, dan pengajar di sekolah umum, diperkirakan telah menyusun ulang sebuah bagian dari Messiah karya Handel, kemungkinan dari beberapa frase dalam “Comfort Ye” dan “Lift Up Your Heads,” untuk dicocokkan dengan kata-kata karya Watts “Joy to the World.” Tune adaptasi ini dikenal dengan nama “Antioch” dan pertama kali muncul dalam terbitan Lowell Mason, Modern Psalmist, di tahun 1839. Meskipun beberapa tune lain pernah digunakan dengan teks Isaac Watts, “Antioch” terbukti merupakan tune yang paling terkenal dan abadi. Lowell Mason juga adalah komposer untuk musik bagi himne “A Charge to Keep I Have,” “My Faith Looks Up to Thee,” dan penggubah dari “O Day of Rest and Gladness”. Himne terkenal lainnya yang musiknya dikontribusi oleh Mason, antara lain: “From Greenland’s Icy Mountain” (Dari Kutub ke Kutub, KPRI no. 155), “Nearer, My God, to Thee,” dan “When I Survey the Wondrous Cross” (Memandang Salib Rajaku, KPRI no. 49).

Melalui kombinasi talenta dari seorang jenius literatur Inggris yang ringkih di abad ke delapanbelas, seorang kelahiran Jerman, raksasa musik dari periode yang sama, dan seorang Amerika dari abad ke sembilanbelas, pemimpin paduan suara dan pengajar, himne besar lainnya lahir dan sejak saat itu menemukan tempat yang tetap dalam halaman-halaman himnal gereja kita untuk digunakan sepanjang masa Adven ini.

Silent Night, Holy Night

Teks: Joseph Mohr, 1818

Musik: Franz Xaver Grüber, 1818

Tune: STILLE NACHT

Firman Tuhan: Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Latar Belakang:

Joseph Mohr dilahirkan di kota Salzburg yang indah, di Austria, pada tahun 1792. Sebagai seorang anak laki-laki, ia menjadi anggota koor yang aktif di Katedral Salzburg. Pada 1815, Mohr ditahbiskan ke dalam keimaman Gereja Roma Katolik. Setelah pentahbisannya, ia melayani di beberapa wilayah di Salzburg. Ketika sedang melayani sebagai seorang asisten imam pada tahun 1818, dalam sebuah gereja baru, St. Nicholas di Obernorf, di wilayah Tyrol, pada ketinggian Pegunungan Alps yang indah, Mohr menulis teks untuk lagu Natal yang paling favorit di antara semua nyanyian Natal yang ada. Pastur Mohr dan Franz Grüber, kepala sekolah desa dan organis gereja, sudah sering berbicara tentang fakta bahwa himne Natal yang sempurna belum pernah ditulis. Dengan target ini di kepala, dan setelah ia menerima berita bahwa organ di gerejanya sendiri tidak dapat berfungsi, Pastur Mohr memutuskan untuk menulis himnenya sendiri, segera, supaya mereka mempunyai musik untuk Misa Malam Natal dan jemaatnya yang setia tidak kecewa. Setelah menyelesaikan teks itu, ia membawa tulisannya kepada Franz Grüber, yang berseru ketika ia melihat kata-kata itu, “Temanku Mohr, kau sudah menemukannya – lagu yang tepat – terpujilah Allah.”

Grüber segera menyelesaikan tugasnya, yaitu menuliskan tune yang tepat bagi teks baru ini. Musiknya yang sederhana dan indah menyatu sempurna dengan semangat kata-kata Pastur Mohr. Himne ini diselesaikan tepat waktu untuk Misa Malam Natal, dan Pastur Mohr bersama Franz Grüber menyanyikannya, diiringi gitar Grüber. Himne ini memberikan pengaruh yang besar kepada jemaat, bahkan sampai pada generasi-generasi berikutnya. Berlalunya waktu nampaknya hanya menambah daya tarik lagu ini.

Baik Mohr maupun Grüber tidak bermaksud supaya himne mereka digunakan di luar wilayah desa kecil mereka di pegunungan. Namun, dilaporkan bahwa beberapa hari setelah Misa Malam Natal, petugas reparasi organ, Karl Maurachen dari Zillerthal, seorang pembuat organ terkenal di area itu, datang ke gereja dan mendapatkan sebuah salinan dari himne baru tersebut. Melaluinya, nyanyian itu tersebar ke semua wilayah Tyrol, dan lagu itu pun menjadi terkenal sebagai lagu rakyat Tyrol. Berbagai grup seperti Strasser Children’s Quartet yang terkenal itu segera mulai menggunakan himne ini dalam konser mereka di seluruh Austria dan Jerman. Pada tahun 1838, lagu ini pertama kali muncul di sebuah buku himne Jerman, dengan diberi judul “himne yang tidak diketahui asal usulnya.” Lagu ini pertama kali diperdengarkan di Amerika pada 1839 ketika sebuah keluarga dari Tyroalena Singers, Rainers, menggunakan musik itu selama tur konser mereka. Dengan cepat lagu ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya. Paling tidak terdapat delapan versi terjemahan Inggris yang diketahui sekarang. Nyanyian ini sekarang dinyanyikan di dalam semua bahasa utama dunia dan adalah favorit universal di mana pun lagu-lagu Natal dinyanyikan.

Terjemahan John F. Young ini adalah versi yang paling banyak digunakan di Amerika. Young dilahirkan di Pittston, Kennebec County, Maryland, pada tanggal 30 Oktober 1820. Ia ditahbiskan ke dalam Gereja Episkopal dan melayani selama beberapa tahun sebagai bishop di negara bagian Florida.

Selama pelayanannya di gereja, ia sangat tertarik pada musik sakral. Terjemahan dari teks Jerman Mohr ini pertama kali muncul pada 1863 di Service and Tune Book yang disusun oleh Clark Hoolister. Selain terjemahan teks ini, Young juga dikenal sebagai editor dari dua buku himne yang sudah diterbitkan, Hymns and Music for the Young, di tahun 1861, dan Great Hymns of the Church, diterbitkan setelah kematiannya oleh John Henry Hopkins, di tahun 1887.

Tiada yang Mustahil (Nothing Is Impossible)

Eugene L. Clark lahir pada tanggal 23 Maret 1924, Eugene L. Clark dianggap sudah bisa mewakili judul hymne-nya yang paling terkenal, “ Tiada yang Mustahil” (Nothing is Impossible).

Clark adalah seorang yang begitu piawai memainkan piano, jarinya seolah melayang ketika menyentuh tuts-tuts piano tetapi di kemudian hari dia menderita penyakit radang sendi yang melumpuhkannya dan akhirnya Clark pun mengalami kebutaan total.  Ketika akhirnya sudah tidak mungkin lagi bagi Clark untuk melanjutkan main piano ataupun organ, dia meminta untuk dibawakan mesin tik ke sisi sebelah tempat tidurnya.

Dengan alat penemuan yang pada zaman itu tergolong baru dan hebat, serta pemikirannya yang tajam, Clark terus mempersembahkan musik-musiknya yang indah dari atas tempat tidur. Tiap not demi not, jeda demi jeda, serta bar demi bar dalam kertas lagu Clark, mesin tik itu sudah membantunya menciptakan produk-produk dari pikirannya yang masih aktif- sesuatu hal yang baik karena penyakit radang sendi ataupun kebutaan total tidak bisa membelenggu bakat yang diberikan Tuhan kepadanya.

Ratusan musik tentang Injil, hymne, beberapa gubahan musik koor, juga 3 kantata misionaris telah mengalir melalui hati dan pikiran Clark yang berdedikasi dalam memperkaya musik dunia keKristenan.

Satu lagunya paling terkenal yang terinspirasi dari Lukas 18:27 yaitu “Tiada yang Mustahil” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1964. Karena cinta kasih, kesetiaan, dan kesabaran istrinya yang selalu mendampingi dia dan juga menjadi salah satu asset paling berharga bagi Clark dalam menciptakan karya-karyanya maka Clark memberikan penghargaan kepada istrinya atas keberhasilan pelayanannya.

UMATNYA PUJILAH (Come, Christians, Join to Sing)

Lagu ini awalnya ditulis untuk nyanyian anak yang judulnya “Come Children Join to Sing.” Pertama muncul dalam Sacred Melodies for Sabbath Schools and Families (1843) yang diedit oleh Christian H. Bateman. Liriknya ditulis oleh Christian Henry Bateman yang juga menulis banyak lagu-lagu kristen untuk anak-anak. Dia mempublikasikan buku nyanyian anak yang berjudul “The Sacred Song Book” yang sangat terkenal di Skotlandia dan terjual lebih dari 6 juta buah. Kemudian hari, orang-orang dewasa pun sangat senang dengan lagu-lagu tersebut. Salah satunya yaitu “Come Children Join to Sing” diubah judulnya menjadi “Come, Christians, Join to Sing.” Christian Henry Bateman sebenarnya adalah seorang hamba Tuhan Moravian di Skotlandia. Pada umur 30, dia berpindah ke Congregational Church. Dan pada 56 dia menjadi anggota Church of England.  Ketika dia menjadi anggota di Congregational Church, dia mulai menulis lagu-lagu untuk anak-anak tersebut.

“Come, Christians, Join to Sing” adalah suatu panggilan untuk bernyanyi dengan sukacita memuji Tuhan. Ajakan ini terdapat juga dalam Mazmur 95:1, “Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita”. Kata-kata “Alleluia, Amin” selalu dinyanyikan 3 kali dalam setiap baitnya. Alleluia (Hallelujah) dari bahasa ibrani artinya “Puji Tuhan.” Dan “Amen!” dari bahasa yunani artinya “sungguh, pasti, benar.” “Pujilah Tuhan!”Amin!” adalah dua seruan ibadah yang telah bergema di sepanjang sejarah ibadah Kristiani dan Yahudi. Lagu pujian ini disela dengan kata ‘Haleluya!” dan kata “Amin!”, yang mengajak untuk memuji Tuhan dan yang merupakan perayaan kebaikan Allah dalam Kristus serta penantian saat berlanjutnya pujian tersebut dalam kekekalan di sekeliling tahta Allah. Melodi-nya begitu joyful dan menyenangkan untuk dinyanyikan.

Yesus Yang Ku Pilih

Lirik           : Rhea F. Miller (1984-1966)

Musik        : George Beverly Shea (1909 – 2013)

Lirik lagu ini merupakan puisi yang ditulis oleh seorang perempuan bernama Rhea F. Miller. Ia lahir pada 1894 di Brooktondale, New York. Ibunya Bertha, adalah seorang Kristen yang takut Tuhan sedangkan ayahnya seorang yang sering minum-minuman keras. Bertha terus mendoakan suaminya yang akhir suatu kali bertobat dan bahkan menjadi hamba Tuhan. Rhea dibesarkan dalam keluarga demikian. Pada tahun 1922, suatu saat Rhea berjalan melewati lapangan dekat rumahnya serta merenungkan kembali bagaimana ayahnya bertobat dan memutuskan untuk berkomitmen hidup bagi Kristus. Dari renungannya inilah, Rhea menuliskan barisan puisi indah ini.

Pada tahun 1932, seorang musisi berumur 23 tahun bernama George Beverly Shea membaca puisi ini dan begitu terinspirasi. Ia pun membuat alunan melodi untuk puisi tersebut. Suatu kali George menyanyikan lagu ini di rumahnya. Saat itu ibunya mendengarkan George bernyanyi, ibunya begitu tersentuh dengan kata-kata dan alunan melodi yang begitu indah.  Sesudah itu lagu ini pun dinyanyikan di gereja dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Lagu ini merupakan suatu ekspresi lahir baru yang sejati. Sebagaimana dinyatakan dalam alkitab: Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, …” (Filipi 3:8). Kristus sudah mati bagi kita yang berdosa supaya kita tidak lagi hidup dalam kesia-siaan. Lagu ini kembali mengingatkan kita untuk terus mengutamakan Kristus dalam segala hal.

Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”

1 Yohanes 2:17